Suasana tampak sepi saat Amanda memasuki rumah. Usai melepas sepatu dan menggantinya dengan sandal, gadis itu beranjak menuju kamar Bima. Di sana, Bima sedang tertidur pulas. Sendirian. Ketika Amanda menutup pintu dari luar, hidungnya menghirup aroma masakan yang asalnya dari dapur. Aroma itu menuntunnya ke sana dan dirinya menemukan Adipati sedang berdiri di depan kompor.
"Kamu sudah pulang?" Adipati menoleh ke belakang sebentar, lalu kembali fokus pada sudip dan wajan. "Bisa minta tolong bangunin Bima? Sebentar lagi magrib."
"Eh, tapi dia lagi pules kayaknya."
"Ya, mau gimana lagi. Nggak baik tidur pas lagi magrib."
Mendengar ucapan Adipati, Amanda tertohok, merasa tersindir. Dirinya sering melakukan kebiasaan buruk itu saat masih di rumah, ketika sedang libur kerja tentunya. Ratmi saja melakukan hal yang sama, bahkan molor sampai isya. Selama di sini, Amanda belum pernah menunjukkan kebiasaan itu. Waktunya terkuras berkat Bima.
"Emang nggak apa-apa kalau dibangunin sekarang, ya?"
"Nggak apa-apa. Dia sudah biasa."
Baiklah kalau begitu. Amanda putar badan, balik lagi ke kamar Bima. Kali ini, dia berani mendekat, lalu juga berani menggoyangkan tubuh anak itu sampai matanya terbuka.
"Bangun, yuk! Udah mau magrib, nih." Begitu ucap Amanda.
Tidak disangka, mudah sekali membangunkan Bima. Mungkin karena dari kecil sudah dibiasakan. Lagi-lagi, Amanda merasa dirinya kalah jauh dari anak kecil.
"Kamu mau cuci muka? Tante bantuin, yuk!"
"Kok, tante lagi? Kan, katanya Bima boleh panggil ibu."
"Eh." Amanda jadi salah tingkah. "Iya, ibu lupa. Maaf, ya, belum terbiasa."
"Ibu kenapa semalam nggak tidur di sini?"
Lagi, Amanda kebingungan. Semalam dia dan Adipati tidur terpisah seperti biasa. Amanda di kamarnya, sementara Adipati di kamar Bima. Sebelumnya Amanda sudah menawarkan diri gantian menjaga Bima, tapi ditolak.
"Kasur Bima, kan, kecil. Kalau ditidurin bertiga, nanti Bima kesempitan." Amanda mengarang alasan.
"Ya udah nanti tidur di kamar Bapak aja yang kasurnya lebar."
Eeeh, nggak gitu konsepnya, jerit Amanda dalam hati. "Nanti, ya, sekarang Bima cuci muka dulu."
Bima menurut. Amanda segera mengantarkan anak itu ke kamar mandi. Membantunya mengambilkan sabun dan air. Setelah bersih, Amanda juga yang membantu mengeringkan wajah dan tangan Bima.
Ibu dan anak itu menyusul Adipati ke dapur. Namun, rupanya sudah tidak ada di sana. Berniat ingin mencari, laki-laki itu muncul lebih dulu dari pintu kamarnya. Amanda terpaku melihat penampilan suaminya malam ini. Mengenakan koko putih dan sarung hitam. Rambutnya pun tampak basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konjungsi Rasa - [Terbit]
RomantiekAmanda tidak menyangka harus berurusan dengan editor menyebalkan macam Adipati Surya sejak dirinya terpilih sebagai salah satu peserta project Duda Series. Agar sinopsisnya cepat diterima, sang editor menawarkan sebuah kesepakatan. Bodohnya, Amanda...