•04• Istri atau Pengasuh?

29.9K 3.4K 39
                                    

Jujur saja, Amanda tidak begitu suka dengan anak kecil, cenderung menghindar ketika didekati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jujur saja, Amanda tidak begitu suka dengan anak kecil, cenderung menghindar ketika didekati. Baginya, anak kecil itu merepotkan, memusingkan, dan yang pasti menguji kesabaran. Tiap kali kumpul keluarga, Amanda tidak pernah minat akrab dengan anak-anak dari sepupu yang sudah menikah. Pun saat melihat anak tetangga main di depan rumah.

Kini, ketika memilih menerima kesepakatan Adipati, mau tidak mau, suka tidak suka, dengan berat hati Amanda akan membuka hatinya untuk anak laki-laki di hadapannya. Apalagi, anak ini sudah ditinggal pergi ibunya. Amanda merasa iba. Kenapa ibu-ibu tega sekali membiarkan anaknya hidup tanpa kasih sayang?

Amanda mencoba menampilkan senyum terbaiknya saat Adipati memperkenalkan dirinya pada anak itu. Amanda berusaha terlihat bahagia ketika bertemu anak itu.

"Halo, nama kamu siapa?" tanya Amanda seraya mengulurkan tangan.

Melihat itu, Adipati lantas berdiri, membimbing tangan sang putra agar menyatu dengan tangan Amanda. "Ayo, kasih tau nama kamu."

Anak itu menoleh ke arah ayahnya sebentar, lalu kembali memperhatikan Amanda dan berkata, " Namaku Bima, Tante."

"Nama yang bagus!" puji Amanda lengkap dengan wajah semringah. Jabat tangan itu sudah terurai.

Namun, sayangnya pujian tersebut tidak sampai ke hati Bima. Anak itu kembali bersembunyi di balik celana bapaknya. Amanda mendadak kikuk saat itu juga. Kan, sudah dibilangin dirinya tidak suka dengan anak kecil.

"Bapak, Bima mau es krim."

"Lho, kemarin sudah. Berarti sekarang nggak boleh."

"Nggak mau! Mau beli sekarang!"

Bukannya tenang, anak itu justru berontak. Mulai memukul kaki bapaknya. Adipati sampai kewalahan, bahkan guru-guru yang baru saja keluar mulai mendekat, tetapi pria itu menolak bantuannya.

Amanda diam di tempat. Otaknya berpikir keras. Sungguh, dia belum pernah menghadapi situasi ini. Harus apa, Amanda tidak tahu, tapi kalau tidak membantu, kasihan Adipati yang sudah jadi samsak anaknya.

"Bima, bapak nggak suka kalau kamu begini terus di tempat umum!"

Entah datang dari mana insting itu, Amanda dengan mudahnya melerai seorang bapak yang hampir menarik paksa anaknya. Ya, Bima masih berontak sambil menangis kencang, Amanda tetap mencekal tangan mungil itu. Sekarang, gadis itu berjongkok di depan Bima, tangannya mengusap air mata yang telanjur keluar.

"Tante juga suka es krim, lho. Tapi, es krim yang biasa tante makan bukanya besok. Kalau besok buka, tante ajakin kamu ke sana. Kamu mau nggak makan es krim bareng tante?"

Anak itu masih sesenggukan, tapi tangisnya sudah berhenti. "Beneran, Tante?"

"Iya, tapi sekarang Bima harus dengerin apa kata bapak. Hari ini nggak makan es krim dulu, ya. Tante janji bakal ajak kamu ke sana kalau nurut. Gimana?"

Konjungsi Rasa - [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang