Kedua satpam penjaga gerbang kediaman putra sulung Jeon bergerak menggeser tataan besi itu secara bersamaan, menutup kembali pintu gerbang yang terbuka setelah kepergian nyonya besar dari sana
Seorang pria mematung di tempat nya berdiri menatap kepergian mobil tersebut hingga menghilang dari penglihatan, di telisik dari wajahnya terdapat perasaan cemas serta sorot matanya yang gelisah
Berhenti memberikan nya obat obatan
Kau akan membunuh putra ku
Jaehyun menghela nafas berat, dia meremas secarik kertas yang nyonya Jeon berikan kepadanya. Termenung untuk beberapa saat sebelum dia akhirnya memutuskan untuk pergi menuju ruangan pribadi nya
Sepanjang langkah kaki yang dia lebarkan ada sebuah perasaan yang tidak bisa dia jelaskan mengapa, tentang perintah nyonya Jeon, rasa hormat kepada ibu dari majikan nya serta perasaan Jaehyun terhadap Jeongguk yang semakin hari ikut cemas dengan tabiat putra sulung bermarga Jeon tersebut
Masuk kedalam ruangan pribadi nya yang hangat, Jaehyun segera melepas jas serta beberapa kancing yang terasa mencekik leher. Matanya segera bergerak pada 6 layar monitor berisikan rekaman CCTV seluruh ruangan di rumah ini
Dia mencari sesuatu. Mata dan tangannya bergerak cepat memindah rekaman pengawas yang satu dengan yang lainnya sampai pada ketiga kali layar itu berpindah gambar, dia menemukan apa yang dia cari
Taehyung
Mendapatkan orang yang dia cari, Jaehyun kemudian menghela napas lega sembari menarik kursi kerja untuk dia duduki, menaruh kedua tangan di meja dan kembali termenung persoalan perintah yang diberikan langsung oleh nyonya Jeon tadi
"Nyonya saya memohon maaf , namun saya tidak bisa menolak permintaan sir Jeon"
"Permintaan yang mana? permintaan putra ku yang hampir menelan pil penenang 1 botol setiap hari nya? dimana rasa kemanusiaan mu Jaehyun-ssi"
Jaehyun tidak bisa berkutik, menelan pahit kenyataan bahwa tuan nya sudah benar benar mengonsumsi obat setiap hari nya tanpa jeda
"Berikan surat ini pada Kim"
"Jika tidak bisa menjadi menantu yang baik, paling tidak gunakan dia sebagai budak sex putraku"
Tuk
Tuk
"Jae kau didalam?"
Lamunan itu buyar seketika begitu pintu kerjanya di ketuk dari luar Jaehyun tersadar sedikit panik, mengetahui jika yang mencarinya adalah Taehyung
"Ya tuan saya di dalam"
"Okay?"
"Ya.."
Terdiam beberapa detik Jaehyun berpikir orang tersebut mungkin saja pergi, tetapi dia menjadi bodoh karena tidak mungkin tuan nya itu hanya bertanya omong kosong tanpa menyampaikan tujuan mengapa dia mencarinya
"Apakah kau akan terus ada didalam Jae?"
"T-tidak! sebentar"
•
•
•"Kau terlihat tidak sehat"
"Saya baik tuan, sangat baik"
Taehyung mengamati wajah gugup Jaehyun, sangat jelas terlihat jika pekerja nya itu sedang tidak baik baik saja terlebih setelah mengetahui jika yang baru saja datang adalah mertua nya
"Kenapa tidak memanggil ku?"
Taehyung jelas bertanya karena dirinya merasa tidak sopan jika mengetahui kedatangan orang yang paling di hormati oleh semua orang datang tanpa dia temui bahkan sekedar mengetahui kehadiran nya saja dari pekerja bukan dirinya sendiri
"Nyonya sedang terburu buru..beliau sempat menanyakan keberadaan tuan dimana dan setelah mengetahui jika tuan tidak enak badan nyonya meminta untuk tidak memanggil tuan turun''
Kepala kecil itu mengangguk pelan memberikan gestur mengerti akan apa yang baru saja Jaehyun sampaikan, paling tidak rasa bersalah Taehyung sudah berkurang. Namun berbicara soal tidak enak badan Taehyung bukannya benar benar sakit melainkan tubuh nya yang masih lemas akibat perbuatan suaminya semalam
Memikirkan hal itu Taehyung jadi teringat oleh pertanyaan yang ada sedari malam, pertanyaan yang sangat membutuhkan jawaban
"Jae apa yang tidak aku ketahui tentang suamiku?"
Mendapatkan pertanyaan itu Jaehyun mengerutkan kening, melipat bibirnya menahan gugup sembari menatap mata Taehyung yang juga memasang wajah penuh rasa ingin tahu
"Soal apa tuan?"
"Semuanya"
Melihat raut wajah pekerja terpercaya suaminya itu Taehyung semakin yakin ada yang disembunyikan darinya selama ini
"Jae?"
Berniat menyadarkan Jaehyun dari lamunan, Taehyung menautkan alis bingung ketika lawan bicaranya menyodorkan secarik kertas yang dilipat segi panjang dengan tulisan tangan khas tertera nama nyonya Jeon didepan nya
•••
"u're not fucking deaf are u?"
"Sir.."
"Bawakan saya obat Jaehyun"
BRAKK
Seisi meja terlempar tak beraturan, suara benda yang berjatuhan terdengar begitu nyaring hingga lantai utama. Pelakunya tak lain tuan rumah itu sendiri, pria dengan penampilan berantakan yang kini tengah meremat pakaian pekerja nya kuat dengan sorot mata yang memerah penuh amarah
"S-sir j-jeon..-"
Jaehyun mencoba melepaskan genggaman kuat yang menyesakkan lehernya, disaat Jeongguk semakin hilang kendali yang mungkin akan menjadikan saat ini sebagai detik detik terakhir Jaehyun untuk bisa melihat majikan nya itu kembali
''Ingat kesepakatan kita Jaehyun."
Suara nya begitu tegas meski pelan, intonasi nya sangat jelas menusuk di pendengaran. Dapat dia rasakan amarah Jeongguk yang perlahan seakan mencabut paksa nyawa nya, dia tidak sanggup melawan lagi, ujung jari nya sudah hampir memutih wajahnya memerah padam dengan urat urat yang menonjol pada lehernya, Jaehyun akan mati ditangan majikan nya
Semua ini tidak akan terjadi jika Jaehyun menuruti permintaan Jeongguk, permintaan yang sudah jelas dilarang oleh ibu nya sendiri. Dia tidak bisa melawan perlakuan Jeongguk, karena dirinya tahu jika tuan nya itu sangat amat merasa sakit tanpa penenang itu
Brugh
uhuk..uhuk..hahhhhh
Jaehyun menghirup udara rakus, begitu tubuhnya dijatuhkan keras oleh pemilik Jeon's company diatas lantai marmer yang dingin. Dengan terbatuk dan dada yang terasa sakit Jaehyun perlahan terlentang, air matanya keluar akibat sakit nya yang tertahan dia meremat dadanya dengan mata merah serta perasaan yang takut menatap pada siluet Jeongguk yang pergi meninggalkan dirinya sebelum akhirnya Jaehyun tak sadarkan diri
KAMU SEDANG MEMBACA
ooqʎpuɐƆ || KV 1 END
FantasyPemuda kiriman orang tuanya untuk putra kebanggaan mereka, pria tampan namun begitu irit dengan senyuman berkeinginan memiliki keturunan tanpa adanya ikatan pernikahan Bukan sebuah paksaan, namun sang pemuda menjalankannya dengan perasaan yang tidak...