"Nyonya ada yang ingin bertemu"
Seorang wanita dengan kacamata yang dia kenakan sebatas hidung seketika mengalihkan pandangan nya kearah pelayan yang baru saja datang mengintrupsi kegiatan membacanya. Dia berhenti sejenak, mengamati pelayan tersebut dengan wajah datar terkesan tak suka akan kehadirannya yang mengganggu waktu berharga seorang nyonya besar dirumah ini, dia menaruh buku pada meja kemudian mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegap
"Nugu?"
"Nona C—Cho sarang"
Ketika nama itu keluar sontak matanya membulat kecil, nafasnya terlihat sedikit menjadi lebih berat dan sekelibat perasaan cemas seketika mengelilingi seisi pikiran nya. Dia meremat ujung baju, bibir yang di poles lipstik merah tua itu mendadak bergetar dengan mata terpejam dirinya menarik nafas panjang berusaha mencoba mengatur oksigen yang masuk secara tak beraturan
"Biarkan dia masuk"
"B—baik"
Pelayan itu berjalan cepat keluar dengan kepala tertunduk yang tak lama setelah kepergian nya seseorang datang menggunakan heels yang membaluti kaki jenjang itu melangkah menghampiri wanita tua yang diakui sebagai tuan rumah dari bangunan megah yang tengah dia pijaki saat ini. Wanita yang terduduk di ujung ruangan itu menampilkan senyum ramah, sengaja dia tujukan pada orang tersebut yang kini telah tiba tepat dihadapan nya
"Se—"
"Kim Seo Yeon—"
"Namaku Jeon Seo Yeon nona Sarang, tolong jangan lupakan suamiku meskipun dia telah lama tiada"
Sarang tersenyum kecil, dia menjatuhkan tas nya diatas meja kemudian bersedekap dada menghadap pada wanita tua yang mengaku sebagai nyonya Jeon yang tak henti mengukir senyuman di wajahnya yang elok, dapat dia akui paras cantik yang dimiliki oleh nyonya Jeon adalah anugrah terbesar kedua setelah takdir yang dia dapatkan selaku istri dari mendiang tuan besar Jeon dirumah ini
"Kau terlalu munafik untuk kusebut dengan marga yang nantinya akan menyandang namaku"
Nyonya Jeon hanya tersenyum menimpali, dia kembali menarik nafas panjang sebelum mengangkat pandangan untuk sekedar membalas tatapan dari lawan bicaranya
"Mama mengatakan aku harus segera menikah, karena papa akan menurunkan perusahaan pada suamiku nantinya"
"Sarang.. aku tidak pernah menyuruhmu untuk cepat menikah—"
"Umur ku genap tiga puluh pada akhir bulan, kapan lagi aku harus menunggu? janji mu untuk menikahkan ku dengan putra sulung mu pemilik Jeon's company"
Nyonya Jeon mengedipkan mata berulang, mulutnya bergetar gugup tak sanggup untuk membalas ucapan atau sekedar menatap tepat pada mata putri kandung nya. Dia membuang nafas kasar dan mengalihkan pandangannya dari atensi sang putri yang tetap berdiri menatapnya dengan tatapan nyalang
"Mama, sudah cukup penantian ku pada putra Jeon selama ini. Aku sudah cukup kuat ikut terlibat menjadi karyawan di perusahaan nya, kemudian aku tahan akan keputusan mu menikahkan nya dengan laki laki yang menjijikkan lalu— apa aku harus tahan melihat mereka bercinta dihadapan ku? melihatnya saja membuat ku mual"
Sarang memejamkan mata kuat, bayangan Jeongguk yang dia dambakan tengah bercinta dihadapan layar monitor nya membuat seisi kepalanya terasa seperti terbakar. Dia tak sanggup dan ketika kejadian itu berlangsung dirinya hanya dapat menangis dibalik layar laptop miliknya
"Aku sudah mengatakan akan sulit untuk mengatur perjodohan mu dengan Jeongguk"
"Pff—lalu?"
"Kau bisa mencari—"
KAMU SEDANG MEMBACA
ooqʎpuɐƆ || KV 1 END
FantasíaPemuda kiriman orang tuanya untuk putra kebanggaan mereka, pria tampan namun begitu irit dengan senyuman berkeinginan memiliki keturunan tanpa adanya ikatan pernikahan Bukan sebuah paksaan, namun sang pemuda menjalankannya dengan perasaan yang tidak...