🎐 : l i m a

2K 67 3
                                        

$~ Kika ~$
.
.
.

"Hanya wanita susu ini yang menemanimu Jek," lanjut Kira.

Kira mengusap tangan kiri Jeka, sementara Jeka menatap Kira benci. Ia tidak suka berada di keramaian.

Kira tahu perasaan Jeka, tapi ya bodo amat. Kira tidak peduli. Yang penting tujuannya tercapai.

"Ini bukan tujuan utama kita, aku punya tempat yang lebih spesial lagi ..." bisik Kira sambil menjilat telinga Jeka.

Mata beriris hitam itu membola, tidak boleh. Tempat ini saja sangat memuakkan!!

"Eunghh ..."

Tidak!!!

Kira tertawa licik ; bodo amat.

Kira tiba-tiba menatap Jeka datar.

Menghela napas malas, dan berkata, "Yah, sepertinya baby Collins mengompol?"

Celana pendek berwarna cream milik Jeka tampak basah, bahkan air seninya sudah mengucur melewati kaki dan membasahi rumput dibawah kursi rodanya.

Tapi tak lama, Kira tersenyum setan. Mendekatkan mulutnya ke telinga Jeka, "apa kau ketakutan sayang?" bisik Kira dengan datar.

Jeka makin menatap Kira benci, ditambah ia mulai risih dengan bau air seninya sendiri.

"Heungggh... Euh..."

"Tunggulah," Kira beranjak dari duduknya dan meninggalkan Jeka sendiri.

Bibir Jeka bergetar, mulutnya mengeluarkan suara tak jelas, Jeka tak ingin ditinggal... Arghhh... Istri sialan!!!

"Heungggh... Eunghh...."

Jeka benci mengakui ini ; suaranya terdengar sangat menyedihkan. Belum lagi dengan liur yang makin mengucur. Dan air mata sialan yang tak bisa dicegah. Kenapa ia begitu cengeng??

"Heungggh!"

"Eungh,,, hiks..."

Tubuh Jeka bergetar karena tangisnya, orang-orang yang melihatnya hanya mengernyit jijik atau sekedar menatap iba dan pergi.

Jeka malu. Rasanya Jeka sudah tidak punya harga diri lagi!!!

Kira sungguh kejam. Sudah membawanya ke tempat umum, lalu meninggalkannya dalam keadaan menyedihkan!!!

Jeka pikir hanya mereka yang meninggalkannya... Ternyata... Memang tidak pernah ada siapapun di sisinya... Kenapa Jeka tidak mati saja Tuhan?

Jantung Jeka terasa berdetak lebih cepat, napasnya menderu dan semakin berat.

Uhukh...

Jeka tersedak air liurnya sendiri.

Nyeri luar biasa. Mata Jeka terpejam, tapi ia masih dapat mendengar suara orang di sekitarnya.

"Kasihan banget ... kayaknya dia lagi sekarat ..."

"Apa kita harus menolongnya?"

"Apa dia sendirian?"

"Dari pada bacot lebih baik kita menolongnya! Lihat tubuhnya kejang!"

Saat orang-orang tadi mulai menghampiri Jeka, bahkan hampir menyentuh Jeka, tapi tidak jadi, Kira datang.

Wanita dengan kemeja putih dan celana jeans itu mendekat dengan raut panik. Atau pura-pura panik?

Kira tersenyum dengan ramah dan sungkan, "Maaf nyonya dan Tuan, dia suami saya. Mohon jangan menyentuhnya ... Dia memiliki penyakit menular!"

Kika {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang