🎐: enam b e l a s

1.7K 91 34
                                        

$~ Kika ~$
.
.
.


Jeff benci harus mengakui keunggulan Jeka. Sejak kecil mereka adalah rival, bagi Jeff kakaknya adalah rival terbesarnya. Joy, ibu mereka tidak menerima kesalahan sekecil apapun. Sangat perfeksionis.

Collins bersaudara itu berebut perhatian Joy, meski kenyataannya Joy jarang ada untuk mereka. Jeff dan Jeka bersaing dengan suportif, mereka berusaha menunjukkan keunggulan masing-masing.

Tapi Joy tidak pernah mengakui mereka. Atau mungkin pernah, sekali, saat Jeff dan Jeka memenangkan sebuah lomba sains internasional? Saat itu mereka mendapatkan usapan di kepala. Sesuatu yang sangat berharga.

Sejak itu mereka semakin giat melakukan banyak hal untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan Joy. Sampai mereka lupa dengan keinginan mereka yang lain.

Ayahnya pun, Kevindra tidak jauh berbeda. Sibuk dengan dunianya, bahkan mereka pernah tidak bertemu selama 3 tahun karena lelaki itu terlalu sibuk. Dan saat mereka bertemu, Kevindra hanya akan menanyakan pencapaian mereka.

Tidak ada cinta dan kehangatan dalam keluarga Collins, isinya hanya investasi, kekayaan, kekuasaan dan kesempurnaan. Itu yang harus mereka miliki agar bisa diakui.

Dan Jeka, dengan sangat terpaksa Jeff harus mengakuinya. Bahwa saudaranya memang lebih unggul segalanya dari Jeff.

"ARGHHH ..."

Jeff membanting semua barang di pethouse nya. Bajunya sudah berantakan. Bahkan kedua tangannya bengkak dan berdarah, selain melempar Jeff juga meninju barang hingga tembok.

Otaknya buntu.

Mata birunya menatap standing miror di sudut ruangan. Bibirnya tiba-tiba tersenyum aneh.

"I'm done."








-Kika-










Marina melangkah mendekati Jeka. Wajah ketakutan Jeka tampak sangat menarik untuknya. Pria yang biasanya mampu mengintimidasi siapapun sekarang sedang menatapnya ketakutan, menarik bukan?

Jeka menggerakkan kursi roda elektriknya sambil mendorong Kara agar bersembunyi dibawah meja terdekatnya. Lalu Jeka menghalangi akses Kara. Sebelah tangan nya ia jatuhkan kebawah untuk Kara genggam.

"Yaampun baby, kau tampak lebih baik sekarang. Kukira kau adalah hantu ..." Marina menyingkirkan rambut Jeka dari kening dengan kukunya, posisinya yang setengah membungkuk membuat belahan lembahnya hampir tumpah.

Tapi otak Jeka tidak berselera terhadapnya, lain dengan lembah indah milik Kira.

Kening Jeka penuh dengan peluh, tubuhnya bergetar. Ia benar-benar takut. Tapi naluri Jeka untuk melindungi Kara lebih besar. Sehingga Jeka berusaha melawan rasa takutnya sekuat mungkin.

Marina terus berbicara hal tidak penting, yang pada kesimpulannya dia sedang mengenang masa kuliah dan mencemooh kondisi Jeka.

Jeka hanya menunduk, dan sebelah tangannya menjuntai kebawah. Menjaga Kara, agar Marina tidak melihat keberadaannya. Jeka takut Marina akan menyakiti Kara.

"Apa milikmu masih berfungsi Jek?" Bisik Marina sambil menyentuh celana Jeka. "Ugh, masih sebesar itu ..." Matanya menatap nakal.

"Ngghh... J-ja...nghan..." Jeka bersusah payah mencegah Marina bergerak lebih banyak. Tapi wanita itu semakin gila, tangan dengan kuku panjang bak setan miliknya malah bergerak makin liar.

Kika {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang