~KIKA~
.
.
.
Langit kelabu seolah menggambarkan hati orang-orang yang berkumpul di pemakaman siang itu, mengantar seseorang pada peristirahatan terakhirnya. Tangis mengiringi kepergiannya, dengan ikhlas yang dipaksakan.
Jeka tidak mampu mengangkat kepalanya. Pundaknya terasa sangat berat. Kehilangan Kira adalah yang paling buruk. Menjadi titik paling rendah dalam hidupnya.
Dihadapannya, gundukan tanah basah penuh dengan taburan bunga. Ternyata tidak hanya Jeka dan Karamel saja yang mencintai Kira, banyak yang menangisi kepergian Kira. Terutama anak-anak dari panti asuhan madam Zura. Mereka sangat dekat dengan Kira, dan merasa sangat kehilangan atas kepergiannya.
Dibawah gundukan tanah itu telah bersemayam cinta sejatinya, Kira Hamada. Sejak awal Jeka kesulitan untuk mengendalikan air mata yang tidak ada hentinya mengalir. Bahkan Jeka sempat harus memakai masker oksigen karena kesulitan bernapas.
Jeka turun dari atas kursi rodanya, bersimpuh memeluk nisan Kira. Tidak ia pedulikan orang-orang disekitarnya, Jeka memeluknya rindu. Bahkan belum sehari, tapi ia sudah merindukan Kira hingga ingin mati.
Jeka mencium nisan itu seolah tengah mencium kening Kira.
Hujan mulai turun, orang-orang perlahan menepi dan pulang. Tersisa Jeka yang masih menemani istrinya.
"Ki, kamu kedinginan sayang? aku peluk ya ... aku gak akan ninggalin kamu Ki," ujar Jeka dengan suara bergetar.
Jeka membaringkan tubuhnya memeluk makam Kira. Bersama hujan, Jeka menangis semakin keras menumpahkan perasaannya.
Orang-orang yang sedang berteduh tidak jauh dari makam Kira hanya bisa menangis melihatnya, Jeka sangat terpukul. Mereka ingin membawa Jeka berteduh, tapi lelaki itu menolak dan bersikeras ingin bersama Kira.
"Ki, aku kangen Ki ...." Jeka berujar dengan keras berharap Kira mendengarkannya dan kembali.
Tubuhnya sudah bergetar kedinginan, bahkan kakinya mengalami spasme dan nyeri. Tapi Jeka tidak peduli ia belum ingin beranjak, masih ingin bersama Kira.
"Kiraaa ... Sayang ...."
Jeka tidak bisa mendengar sahutan dari Kira, padahal sedari tadi ia memanggil Kira. Jeka memeluk nisan Kira, membayangkan kepala Kira terbenam dipelukannya seperti semalam.
Kara memeluk Jeka dari belakang. Memeluk punggung ayahnya yang berguncang karena menangis.
Hujan sedikit reda, tubuh kecil itu lepas dari pengawasan Madam Zura. Kara kemudian menangis sambil memeluk ayahnya.
"Dada... Hiks... Pulang ..." pinta Kara diikuti isaknya.
Jeka tidak memalingkan tubuhnya, masih memeluk erat nisan Kira."Mum di sini sendiri Kara ... Dada tidak bisa meninggalkan Mum. Kara pulang bersama Madam ya?"
Kara menggelengkan kepalanya, semakin memeluk Jeka erat. "Dada, Kara mau sama Dada ... Hiks..."
Pemakaman itu menjadi saksi, betapa perpisahan itu sangat menyakitkan. Semua cahaya seperti padam dalam satu masa. Semua warna pudar tak bersisa; hanya tersisa kelabu duka.
-Kika-
"Jek apa menurutmu Kira tidak akan marah melihat usahanya kau sia-siakan?" seru Kin sambil berkacak pinggang.
Jeka masih bergeming dengan tatapan kosongnya. Tidak dia pedulikan Kin yang sedari tadi bicara padanya.
Kin mengusap wajahnya frustrasi dan menatap Jeka iba, Jeka tak ubahnya mayat hidup. Sejak kepergian Kira, Jeka hanya bergeming diatas ranjangnya sambil memeluk foto Kira. Tidak melakukan aktifitas apapun, enggan makan, enggan turun dari ranjang, sehingga seluruh aktifitasnya dilakukan di atas ranjang dibantu oleh perawat pribadi yang Kin bayar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kika {End}
AcakSickmale.Lovers💕 By nonanaf .... "Kau tidak berguna, tapi kaya. Dan aku sangat berguna, tapi tidak kaya. Jadi kepikir sekarang kita serasi..." Kira mendekatkan wajahnya pada wajah kaku Jeka, "...Suami." .... Kira terpaksa menikah dengan Jeka karena...
