🎐 : e n a m

1.9K 86 16
                                    

$~ Kika ~$
.
.
.

"Hey suami, kenapa kau memasang wajah ngenes, eoh?" Kira mengusap ujung bibirnya dengan santai, enak sekali rasa jus apel ini. Manis dan sedikit masam.

Kira kembali membenarkan posisi kaca mata hitamnya, menatap wajah Jeka yang memerah.

Kira menyanggah kepalanya dengan tangan, menghadap Jeka.

Seperti yang telah Kira katakan, dia punya destinasi lain dan inilah destinasinya. Berjemur di pantai.  Salah satu kegiatan yang dirindukannya.

Jeka dan Kira tengah berjemur di pantai, tempat ramai. Untuk pertama kalinya, bagi Jeka. Selain rumah sakit dan taman sialan kemarin tentunya.

Kira memasang senyum jahilnya, mendekati Jeka yang berbaring di kursi rodanya. Kursi roda mahal yang dimode berbaringkan.

"Apa kau cemburu?" bisik Kira sambil menyentuhkan payudaranya ke pipi Jeka. Jeka tanpa sadar menelan ludah, melihat dengan jelas belahan dada Kira.

Kira yang hanya memakai Bikini, mencetak tubuh moleknya.

Perasaan malu dan tidak percaya diri yang sedari tadi ia tahan, melayang entah kemana setelah jalang halalnya ini mendekat. Berganti dengan perasaan berdebar, ingin menerkam?

Sedari tadi Jeka ingin menangis, tapi coba untuk ia tahan sekuat mungkin. Cukup di depan Kira ia kehilangan harga diri.

Menyadari wajah Jeka berubah mupeng, lengkap dengan liur yang makin deras. Bibirnya tersenyum licik. Kira menjauhkan dirinya. Berlari ke pantai meninggalkan Jeka sendiri menatap pantat sintalnya menjauh.

Sisi buaya Jeka masih hidup, apalagi diberi ikan segar seperti Kira. Wajah cantik alami, tubuh molek dengan kulit mulus tanpa cela, belum lagi tonjolan-tonjolan berlebih pada beberapa bagian ... ugh hentikan Jek, sadarlah.... Kau cacat?!

Jeka menatap sedih tubuh atletis yang dulu dibentuk susah payah di gym kini berubah menjadi tubuh kurus dengan beberapa bagian kulit bergelambir.

"Hai paman!"

Suara cempreng seseorang membuat Jeka berhenti dengan lamunannya. 

"Paman Tampan sekali ..." Suara cempreng itu memuji, dan Jeka masih berusaha mencari. Dimana kiranya suara itu berasal.

"Paman kok seperti adikku...? dia juga ngeces hehehe... " Ternyata suara itu berasal dari gadis mungil ini, sekarang tengah duduk di tempat Kira tadi berbaring.

Wajahnya manis, meski dengan dua gigi ompong di depan. Gadis kecil itu berdiri dan menunjuk mulut Jeka yang berliur.

"Apakah ini gaya baru orang tampan paman?" gadis kecil itu menatap wajah Jeka penasaran, Jeka memutar matanya malas.

Dia ini memuji atau mencaci? 

"Paman, apa semua orang dewasa itu pendiam ya?" si gadis kecil mulai bosan karena Jeka tak menyahutinya.

Jeka risih, hingga ia berusaha mengusirnya. Tapi yang keluar hanya lenguhan tidak jelas.

Hengh... engh...

"Apa Paman sedang latihan bernyanyi?"

Gadis bodoh! aku sedang mengusirmu!!! Jeka mencaci dalam hati.

Gadis kecil itu tersenyum melihat wajah Jeka yang memerah, dia pikir Jeka malu.

"Lanjutkan Paman, tak perlu malu..." Pintanya dengan lembut.

Angh... hengh...

Volume air liur Jeka meningkat, rasanya sungguh terlalu... ia sangat tidak nyaman. Ingin menangis saja.

Kika {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang