002 - Terbayang

874 187 25
                                    

Langsung dua part ya. Kalian bisa nganalisis konflik yang mendatang dari part ini.

Jangan lupa vote dan comment 😘 (emot nya astagfirullah).

Happy Reading

Ranah gulana saling bertumpang tindih. Membebankan segala rasa yang merunyam kalbu. Tiada hari tanpa lisan, tiada hari tanpa emosi.

Gyeoul membisu. Ia mendengar tanpa mencerna semua lisan dari ayahnya. Dia pusing, enggan membebankan diri dengan segala pemikiran sang ayah yang kedengaran kolot.

Dia nakal, tapi tidak sepenuhnya. Ia hanya mencari hiburan supaya lepas dari beban rasa dan tanggungan keluarga yang terlalu meluntah. Gyeoul lelah dituntut sempurna, menjadi bandel dan bebas adalah jalan alternatif untuk melenyap jenuh.

"Baru lulus sudah tawuran, mau jadi apa kamu besok? Nilai pas-pasan sudah hancur harapan, jangan perburuk dengan tindak-tanduk mu yang kaya banteng!"

Gyeoul melongos. Ia menghela napas perlahan sebelum mengalihkan pandang ke tv yang menyala di ruang tengah. Dia saat ini sedang diberi ceramah no jutsu oleh ayahnya.

Itu ampuh kalau Naruto yang melakukannya. Namun kalau ayahnya yang melakukan, bukannya tobat malah makin merambat-rambat.

"Kamu tidak mendengar, kan?!"

Gyeoul berdecak. "Ini dengerin! Bawet amat!" timpalnya geram.

"Lancang sekali kamu!"

'Ini bapak satu kapan matinya, sih?' batin Gyeoul.

Gadis itu berang. Tak mau memaki. Namun mengutuk dalam batin. Dia lelah dengan tabiat ayahnya yang egoistik. Mementingkan untung tidaknya perangai sang anak bagi bisnisnya.

Gyeoul muak. Dia tak pernah ingin lahir dengan sendok emas. Dari dulu hingga sekarang ia selalu merutuk, menyalahkan segala sesuatu yang merunyam kalbunya kepada sang ayah.

Bersyukur? Hampir tidak pernah. Masa sehari-harinya selalu dia habiskan dengan perangai buruk dan kutukannya.

"Kamu dengar tidak?" bentak sang ayah.

Gyeoul tersentak lantas menggeleng acuh. Membuat sang ayah mengepalkan tangan dengan uap panas yang mengepul di kepalanya. Berang menggerogoti jiwa, berimbas pada perbuatan fisik yang menoreh lara.

"Anak kurang ajar!"

Darahnya pun mendidih mendengar lisan berbisa dari sang ayah. Ia mendesis, menahan gejolak rasa yang meluap-luap dalam dada. Tiada guna tersulut suluh.

Minyak melawan api hanya memperburuk kobaran yang merugi. Gyeoul mempertahankan ketenangan  yang mengikis. Bersikap seolah acuh dengan segudang rasa yang menggelora.

"Besok ikut ayah makan malam."

Gyeoul mengernyit, menanti sambungan kata yang tersangkut di tenggorokan sang ayah.

"Ayah akan menjodohkanmu dengan rekan kerja ayah."

Jgerr.

Dia dijodohkan. DI JODOHKAN.

"Hello pak tua! Ini zaman I-Phone 14 Pro Max, masih ada jodoh-jodohan? Kolot sekali!" cibir Gyeoul tak terima.

Sang ayah menggeram. Ia hendak mendaratkan tangan ke pipi anaknya. Lamun suara lembut dari arah dapur membuat niatnya terkubur.

"Sayang.. cukup.."

"Sayang.. sayang asu!"

"HAN GYEOUL!"

Gyeoul mendengus. Lantas melipat kedua tangan di depan dada dengan garis lurus di wajahnya. Dia mencibir dalam hati, menilik tanpa minat seorang wanita muda yang mendekat secara perlahan.

Crossdresser {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang