Yuk jangan lupa vote!
Jangan lupa follow juga!:(Happy Reading
Di bawah candra malam ini, tiada setitik pun mega di langit. Dan Candra telah terbit bersamaan dengan tenggelamnya syamsi. Dengan cepat ia naik dari kaki langit, mengunjungi segala dan semua yang tersentuh cahayanya. Juga hutan, juga laut, juga hewan, dan manusia.
Taehoon termenung di bawah candra, memandang angkasa lepas yang nampak terang benderang dari malam biasanya. Dia tersenyum, menyapa medalion putih yang tersebar di kanvas hitam. Lalu menunduk, membayang nasib yang sebentar lagi mencatuknya.
"Taehoon..!"
Seseorang memanggil.
Taehoon pun menoleh, menilik gadis yang mengisi ruang hatinya dengan sejuta bunga. Dia tersenyum, melambaikan tangan kepada Gyeoul yang berlari ke arahnya. "Malam, Eolie!" sapanya dengan cengiran khasnya.
Gyeoul tertegun. Lantas bertanya pada calon suaminya yang bersikap lain dari biasanya, "Hoonie.. kamu nggak papa?"
Taehoo mengangguk lalu tersenyum cerah dengan binar kosong di matanya. Dia tidak baik-baik saja, hanya mencoba tuk bersikap biasa pada gadis yang dicintainya. Lamun intuisi tak pernah salah, Gyeoul tak akan pernah tertipu oleh permainan senyum yang membuat hati teriris sembilu.
Gyeoul paham. Dia mengerti rasa yang menggelora di benak calon suaminya. Tertekan di bawah ancaman tanpa bisa berkutik sedikitpun. Ia pernah mengalaminya sekali, tapi tak terlalu berdampak buruk bagi kisahnya.
Lamun berbeda dengan pemuda itu. Dia mengalami tekanan yang tak mampu ia ungkapkan pada siapapun. Membisu dalam sedu, tersiksa dalam batin. Gyeoul sedih tatkala mengingat pembicaraannya bersama Hyungseok tadi pagi.
"Kamu mau pergi ke reuni SMA-mu?" tanyanya sembari mengusap rambut coklat muda yang disukainya.
Taehoon mengangguk. Lagi-lagi pemuda itu menunjukkan senyum hampa yang menggores kalbunya. Gyeoul tersenyum, pura-pura memaklumi keputusan pemuda itu yang kelihatan berat.
"Taehoon..."
"Hum?"
"Lawanlah.."
Taehoon mengerutkan dahi. Dia tak paham maksud dari perkataan Gyeoul barusan. Lamun saat ia hendak bertanya, gadis itu lebih dulu menjelaskan.
"Jangan diam jika dilecehkan. Jangan menangis karena ditindas. Lawanlah Taehoon.. ku mohon. Aku tak bisa mendampingimu malam ini. Dirimulah bisa menjagamu.. jadi, jangan lemah atau aku akan meninggalkanmu!"
Taehoon membulatkan mata. Tak percaya dengan kalimat akhir yang terlontar di lisan pujaannya. "Eolie.. mau ninggalin Hoonie?" tanyanya dengan suara bergetar pelan.
"Jangan nangis! Aku akan meninggalkanmu jika kamu diam dan menangis saat diapa-apakan mereka," balas Gyeoul dengan senyum datarnya.
"Aku serius.." lanjutnya sembari melipat kedua tangan di dada.
Taehoon yang mendengar ucapan tersebut langsung membeku di tempat. Dia tak ingin kehilangan Gyeoul. Namun bisakah ia melawan tekanan orang-orang yang mengukir lara di benaknya.
Apakah ia mampu menjadi sosok dirinya yang dulu? Atau justru tenggelam dalam teratu raga yang memusnahkan jiwa.
Taehoon takut. Dia tak ingin kehilangan mataharinya. Ia juga tak mau kembali ke dalam jurang gelap yang membunuhnya secara perlahan.
Gyeoul yang melihat perubahan raut wajah Taehoon pun tersenyum simpul. Dia berhasil menanamkan ketakutan yang lebih besar di atas ketakutan yang kecil. Ia hanya ingin calon suaminya melawan meskipun tahu caranya salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crossdresser {HIATUS}
Fanfiction🎑Follow dulu hayuk Gyeoul terperangah, tak percaya jikalau dirinya akan dijodohkan oleh seorang perempuan yang cantiknya ngalahin dia. Awalnya dia menolak, MENOLAK LESBI! Namun saat gadis itu melepas rambut panjangnya, eh.. dilepas? "LAH KAMU COWOK...