011 - Reuni (2)

383 139 60
                                    

Please.. jangan ada sider ya
Merosot tajam nih vote-nya!
(Mode ngambek)

Tapi maaf ya nggak update beberapa hari. Ini wattpad lagi error.

Yang sider, awas ya! Ku unpub ni book 😤 minimal vote 60, aku baru gas update selanjutnya.

155 followers, aku boom update untuk book ini. Ya kalau belum tamat nih book 🤧 tapi sans, masih lama

Happy Reading

"Ji Yeonwoo.."

Taehoon berhenti di depan pemuda bersurai coklat tua yang sedang meminum bir dengan dua jalang di samping kanan dan kirinya. Ia tersenyum tipis, mengukir seringai samar sebelum menundukkan kepala. Memulai naskah drama yang sudah dia susun sedemikian rupa di otaknya.

"Woah.. lihat nih, si primadona sudah datang," sambutnya Hyunsoo dengan seringai liciknya.

Yeonwoo membisu, menatap Taehoon yang menundukkan kepala sembari menggigit bibir bawahnya. Kemudian pandangannya turun, menelisik penampilan pemuda itu yang terlihat manis. Dia pun tersenyum lantas berdiri, merangkul bahu Taehoon yang lebih pendek darinya.

"Kok nggak pakai dress?" bisiknya di telinga Taehoon yang memerah karena berang. Lalu mengecup cuping telinga pemuda itu yang membuat si empuh bergidik.

'Asu.. asu, pengenku geprek otongnya kalau nggak inget punya rencana,' batin Taehoon sambil tetap mempertahankan topeng karutnya.

"Maaf.. uh, Hoonie.. Hoonie.. nda bisa, Hoonie laki.." cicitnya sambil memilin ujung pakaiannya. Walau dalam hati ia mengumpat, merasa geli dengan dirinya yang sok imut.

Wajah Yeonwoo mendekat, mengendus ceruk leher Taehoon yang beraroma bayi. Lalu menjilat dan menggigitnya.

'Oalah anjing,' umpat Taehoon dalam hati. Lantas mendorong kasar tubuh pemuda di depannya sebagai bentuk refleks-nya.

Dugh.

Yeonwoo terjatuh ke sofa dengan cukup keras. Kepala belakangnya pun membentur dinding yang menimbulkan suara. Taehoon bergidik, pura-pura takut pada tatapan jengkel pemuda itu. Meskipun dalam kalbu ia tertawa terpingkal-pingkal.

"Kau berani, hah?!" bentak Yeonwoo dengan napas memburu layaknya banteng yang mengamuk.

Taehoon pura-pura menggigil. Semakin menunduk tatkala Yeonwoo mendekat dan mencengkram kerah bajunya. Tubuhnya pun terangkat karena tenaga, napasnya tersengal lantaran tercekik.

Dia refleks memegang kuat tangan kanan Yeonwoo yang mencekal kerah bajunya. Lalu memandang pemuda itu dengan kedua mata berkaca-kaca dan bibir yang bergetar pelan. Ia menunjuk gurat karutnya yang membuat sosok di depannya tersenyum penuh arti.

Radar bahaya pun muncul di kepala Taehoon. Lamun tak berniat melakukan apapun sebagai perlawanan. Dia harus bersikap sebagaimana korban dalam pembullyan. Tidak boleh melawan ataupun menantang.

"Guys.. kita pesta berlima. Sudah lama, kan kita tidak memainkan barang kita!" ajak Yeonwoo sembari mengukir seringai di durjanya. Kemudian dia menyeret Taehoon layaknya seekor kambing, membawanya menuju kamar yang tersedia di gedung ini.

Sementara keempat temannya mengekor dari belakang. Taehoon meronta, berupaya melepaskan diri dari jerat tangan besi Yeonwoo. Lamun yang didapatkannya setelah mengerahkan asa adalah tamparan.

"Bisa diam, nggak?!" bentak Yeonwoo setelah menampar pipi kanannya. Setelah itu tubuhnya diangkat, digendong ala karung beras oleh pemuda jelmaan beruang ini.

"Lepas..! Turunkan aku!!" seru Taehoon seraya memukul punggung tegap Yeonwoo yang sekeras batu.

Lalu dia melirik, menilik sekawanan pemuda lain yang tertawa riang melihatnya. Sial, emosinya tersulut. Taehoon hampir kelepasan jika sebuah suara tak menghentikan intuisi kelamnya.

Crossdresser {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang