Seperti biasa. Jangan lupa vote!
Happy Reading
Gyeoul termangu. Kedua manik delimanya terpaku oleh sosok pemuda yang meringkuk di atas kasur. Tubuhnya bergetar pelan, terbelit selimut yang melindungi dari mara.
Dia terisak dalam senyap, meluapkan pilu yang terbendung di benaknya sedari tadi. Gyeoul menghela napas, kepalanya berdenyut tatkala sekelibat histori menikamnya. Ia ingat air muka si manis, tertelan dalam karut dan keputusan asaan yang membelenggu.
"Taehoon belum mau bicara?" tanya Hansoo di ambang pintu.
Gyeoul menggeleng sembari menunjuk gundukan selimut yang ada di ranjang. Hansoo pun menghela napas, tak tahu perihal apa yang disembunyikan putranya. Apalagi ketika gadis itu menceritakan pertemuan mereka dengan Lee Hyunsoo, teman Taehoon sewaktu SMA.
"Taehoon tak pernah cerita apapun pada saya selain rasa buncahnya," celetuk Hansoo seraya mengingat wajah manis sang anak.
Dia tak menyangka jikalau Taehoon menyimpan segudang rahasia yang menyebabkan tabiatnya berubah. Putranya masih periang. Namun terasa janggal hingga menusuk kalbu.
"Paman, saya boleh tahu sesuatu?" Gyeoul bertanya dengan hati-hati sembari mendekat ke arah Seong Hansoo yang termenung di ambang pintu.
Pria itu memberikan izin. Gyeoul pun bertanya tentang alamat sekolah Taehoon. Siapa tahu ia menemukan sesuatu yang mampu menghubungkan benang merah.
Benang merah yang ia dapatkan seolah berkesinambungan. Namun tak beraturan seperti sebuah puzzle yang belum tersusun. Dia hanya perlu mencari dalang yang mampu menyusun berbagai puzzle ini menjadi kesatuan yang utuh
Gyeoul tak sanggup melihat Taehoon yang menghadapi ketakutannya seorang diri. Menuai kelesah yang menjerat rasa.
Dia dimakan oleh dilema. Ia bertanya dalam kalbu, mengapa pemuda itu membenamkan segala kiat histori yang terselubung dalam memorinya. Tak bisakah Taehoon berterus terang padanya? Akan sangat sulit menyambungkan benang merah jikalau jarum tak bisa diajak menyulam.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan di pintu. Hansoo pun bergegas menyambut, barang kali itu tamu penting. Gyeoul yang tak ingin dimakan kelesah berlebih akhirnya memilih mengekori ayah Taehoon, menilik siapa yang bertamu di jam makan malam.
"Halo, Paman. Selamat malam.."
Suara ini. Gyeoul bergegas menilik lantas membulatkan mata tatkala kedua maniknya menangkap gambar sosok belanak yang menuai ketakutan dalam diri Taehoon. Ia menggeram, menyangka jikalau pemuda itu mengikutinya kemari.
"Halo juga, kalian siapa ya?" Hansoo menyambut ramah kedua orang asing yang mengunjungi rumahnya. Tanpa mempedulikan Gyeoul yang menggeram berang di belakang.
"Saya ke sini mau minta maaf, Paman. Saya tadi lancang..." ucap Lee Hyunsoo sambil menunduk, menyembunyikan air muka bersalah yang dibuat-buat.
Sementara pemuda di sampingnya menggelengkan kepala lalu mengutarakan niat mereka kepada Seong Hansoo. Gyeoul yang melihat ketiganya bercengkrama membuat resah kian membludak. Ada rasa yang menjanggal nalar, menolak paham pada tabiat dua pemuda asing di depannya.
"Kami boleh izin melihat Taehoon? Siapa tahu dia membaik setelah bocah ini meminta maaf."
Pemuda berambut coklat muda itu menyikut lengan Hyunsoo dengan keras seolah memberi kode untuk merespon. Wajah sosok itu pun dibuat berang seakan-akan tak terima dengan tindak-tanduk temannya yang menuai konflik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crossdresser {HIATUS}
Fanfiction🎑Follow dulu hayuk Gyeoul terperangah, tak percaya jikalau dirinya akan dijodohkan oleh seorang perempuan yang cantiknya ngalahin dia. Awalnya dia menolak, MENOLAK LESBI! Namun saat gadis itu melepas rambut panjangnya, eh.. dilepas? "LAH KAMU COWOK...