9📱Menemani

222 39 1
                                    

Kediaman keluarga Hartanto cukup ramai setelah kepindahan Devan ke rumah tersebut. Ia sudah berhasil memindahkan kantor pusat jadi sekarang ia tidak perlu bolak-balik ke luar kota.

"Devan... Daniel..." Panggil Mama Tika dari meja makan.

"Iya Ma kenapa?" Tanya Daniel yang sudah berdiri di samping sang Mama.

"Tolong ya ini anterin bingkisan sesuai sama namanya." Jelas Mama Tika sambil memberikan lima kotak bingkisan pada Daniel.

Daniel mengangguk dan ia tidak sengaja melihat satu kotak bingkisan atas nama Rani.

"Itu yang dimeja enggak sekalian?"

"Oh itu punya Tante Rani biar Devan aja yang nganterin soalnya lumayan jauh."

"Biar Daniel sekalian aja yang nganterin semuanya Ma soalnya Daniel ada jadwal pemotretan." Kata Daniel tanpa sadar.

Mama Tika mengerutkan dahinya, "Beneran?" Daniel mengangguk.

"Daniel berangkat dulu ya Ma." Pamit Daniel sambil membawa kotak bingkisan tersebut.

"Iya hati-hati." Balas Mama Tika yang dibuat terkejut dengan sikap tak biasa putra bungsunya tersebut.

"Anjir kok gue bisa ngomong gitu." Rutuk Daniel pelan sambil memaki dirinya dalam hati.

"Kenapa Ma? Maaf ya tadi aku habis mandi." Kata Devan yang masih membawa handuk.

"Enggak papa kok soalnya udah dianterin semua sama adik kamu."

Devan mengernyitkan dahinya, "Tumben dia mau."

"Mama juga kaget tadi."

Setelah satu jam Daniel baru sampai di kediaman Kristianto setelah mengantarkan bingkisan yang lainnya.

Daniel keluar dari mobil dengan langkah ragu, ia juga terus merutuki kebodohannya karena bisa-bisanya ia menawarkan diri secara suka rela untuk pergi ke rumah ini.

"Daniel lo bodoh banget bisa sampai sini." Rutuknya saat sudah sampai di depan pintu.

Daniel ragu untuk membunyikan bel rumah tersebut, "Mending gue balik aja deh." Katanya sambil menjauh dari pintu.

Daniel menghentikan langkahnya, "Gue kan ke sini buat nganterin bingkisan dari Mama jadi tuh cewek enggak mungkin kepedean."

Daniel berusaha meyakinkan diri untuk memberikan bingkisan tersebut, jadi dia kembali berjalan menuju pintu.

Bugh...

Tiba-tiba saja Joanne yang membuka pintu memukul kepala Daniel dengan gagang sapu. Kemunculan Joanne juga mengejutkan Daniel sehingga Daniel jatuh tersungkur.

"Aw..." Rintih Daniel sambil memegangi kepalanya.

"Ya ampun Daniel!" Pekik Mama Rani khawatir.

"Kan udah Mama bilang dilihat dulu jangan asal mukul." Omel Mama Rani pada putri bungsunya tersebut.

"Kalau tadi maling beneran gimana coba Ma?"

"Tapi kenyataannya Ini Daniel."

"Salah dia sendiri Ma kayak maling bolak-balik gitu." Kata Joanne yang berusaha membela diri.

Mama Rani menatap Joanne dengan tajam yang membuat Joanne menutup mulutnya dengan rapat.

"Daniel maafin kelakuannya Joanne ya." Mohon Mama Rani sambil membantu Daniel duduk dikursi teras.

"Enggak papa kok Tante."

Padahal Daniel ingin sekali memaki Joanne tapi, ia menahannya karena sungkan dengan Tante Rani.

Jodoh di Tangan Netizen II Yeonjun Ryujin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang