Happy reading!!!
Akhirnya Syafa pun kembali mau makan lagi setelah berhari-hari tidak mau makan. Kini wanita itu tengah menyiapkan makanan buatannya.
"Gimana?" Tanya Syafa saat Hafiz mulai mencicipi masakannya.
"Enak, masakan kamu emang selalu enak, sayang" jawab laki-laki itu.
Syafa tersenyum bangga. Memang sedari dulu masakannya itu selalu enak. Pede amat mbak-mbak
"Yaudah, kalo enak pokoknya kamu harus nambah makannya."
"Siap. Kamu juga harus makan, aku nggak mau kalau calon anak kita entar kenapa-napa."
"Iya iya."
****
Hari keberangkatan Hafiz pun telah tiba. Hal tersebut membuat Syafa sibuk memasukkan baju-baju suaminya ke dalam koper. Berat hatinya membiarkan Hafiz jauh darinya. Ia pasti akan sangat merindukan pria itu.
"Kamu nggak bakalan lama kan?"
Hafiz terkekeh, ini adalah pertanyaan ketiga puluh yang Syafa ucapkan. Hafiz langsung memeluk istrinya, memejamkan matanya beberapa saat dalam hangatnya pelukan wanitanya.
"Iya sayang, nggak bakalan lama. Aku janji setelah semuanya selesai aku bakalan langsung pulang" jawab Hafiz.
"Sya, aku bakalan kangen banget sama kamu" sambung laki-laki itu lagi.
"Nak, kamu baik-baik ya sama bunda. Jangan nakal, ayah perginya cuman sebentar kok. Jagain bunda kamu ya" ucap Hafiz seakan-akan mengajak anaknya yang masih di dalam perut berbicara.
****
Kini keduanya sudah tiba di bandara internasional. Sebenarnya tadi ayah, bunda dan mertuanya ingin ikut mengantar Hafiz juga tapi katanya mereka ada urusan mendadak. Entah urusan apa. Mereka berdiri sembari menunggu waktu keberangkatan Hafiz, yang akan tiba beberapa saat lagi.
Syafa sudah tak kuasa menahan tangisnya. Hafiz segera memeluknya. Jika ini bukan kepentingan ia tak akan meninggal Syafa dan calon anaknya.
"Udah ya, jangan nangis lagi" bujuk Hafiz.
Entah kenapa rasanya begitu berat untuk membiarkan Hafiz pergi. Padahal cuman dua hari. Tapi rasanya seperti akan di tinggal lama.
"PERHATIAN, PARA PENUMPANG PESAWAT GARUDA INDONESIA DENGAN NOMOR GA402 DI HARAPKAN SEGERA MENUJU PESAWAT-"
"Sya, udah jangan nangis lagi. Ini hanya dua hari" laki-laki itu menghapus jejak air mata dikedua pipinya.
"Pesawat aku udah mau berangkat, kamu gapapa kan?"
Syafa mengangguk, ia mencoba membiarkan Hafiz pergi. Ia juga tak ingin membuat Hafiz khawatir sepanjang perjalanan jika ia terus menangis.
"Aku pergi ya Sya, jaga kesehatan. Aku sayang banget sama kamu. Jangan baik-baik calon anak kita ya" ucap Hafiz mengelus lembut pipi Syafa dan melangkah menjauh.
"Hati-hati. Kalau udah sampai kabarin aku."
Beberapa saat, Hafiz berlari lagi kearah Syafa. Ia lupa akan hadiah yang akan dirinya berikan ke istrinya.
Syafa mengerutkan keningnya menerima hadiah dari Hafiz. Di kotak itu ada sebuah surat yang bertuliskan.
"Selamat Syafa, telah menjadi wanita pertama dan terakhir dalam hidup aku."
****
Hari ini adalah hari di mana hafiz akan pulang ke Indonesia. Syafa berjalan menuju garasi dimana mobilnya berada. Setelahnya ia mulai menancapkan gasnya dan berjalan meninggalkan pekarangan rumahnya. Ia yang akan menjemputnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAFISYA ; My Husband Mas Santri (END)
Teen FictionSingkat. Cerita ini menceritakan tentang seorang anak geng motor yang di jodohkan dengan seorang santri. ****** Al-hafidz Abdul Zian, seorang santri salah satu pondok pesantren yang terkenal di kotanya. Pria tinggi dengan hidung mancung. Pahatan waj...