DUA PULUH TIGA

242 56 42
                                    


Happy reading!!!


Pukul satu dini hari Hafiz terbangun saat tak sengaja merasa suhu tubuh Syafa meningkat. Ia segera turun dari ranjang lalu mengambil kompresan dan air hangat.

Merasa tubuhnya yang terasa tidak enak membuat tidur Syafa terasa kurang pulas kali ini. Ia terbangun saat merasa benda hangat menempel pada keningnya. Ia melihat Hafiz yang sedang duduk di depannya sembari memeras kompresan.

"maaf" lirih laki-laki itu saat melihat Syafa terbangun karena ulahnya.

Ia menggeleng. "Makasih" ucapnya nyaris tak terdengar.

"Ke rumah sakit aja ya Sya?" Bujuk laki-laki itu.

Lagi-lagi Syafa menggeleng.

"Hafiz, Allah itu baik banget ya sama hambanya. Kadang kita aja yang nggak tau diri. Saat sakit Allah tarik tiga hal, pertama, keceriaan kita. Kedua, serela makan kita. Dan yang terakhir Allah juga tarik dosa kita" ucap Syafa mencoba mengambil posisi duduk di bantu oleh Hafiz.

Laki-laki itu tersenyum lalu menyambung ucapan istrinya. "Dan saat sembuh Allah kembalikan dua hal. Yang pertama, keceriaan kita. Kedua selera makan kita. Tapi Tidak dengan dosa kita.

Syafa tersenyum hangat. Ia melirik sebuah gitar yang berada di samping lemari. "Kamu bisa main gitar sama nyanyi?"

Laki-laki itu mengangguk.

"Ayo coba aku mau denger" titahnya tersenyum senang.

"Nggak sya ini udah malam. Kamu butuh istirahat" balas cowok itu yang di cemberuti Syafa.

"Iya iya, tapi di reff nya aja ya" final laki-laki itu yang di balas anggukan oleh Syafa.

"Iman dan takwamu yang meluluhkan.
Rasa ini menjadi cinta."

"Kekasih idaman yang ku harapkan. Semoga cinta ini menjadi nyata."

"Ana uhibbuka fillah. Ku mencintaimu karena allah."

"Jika dia yang Terbaik untukku.
Dekatkanlah hati kami ya allah."

"Ana uhibbuka fillah. Ku mencintaimu karena allah."

"Jika dia yang Terbaik untukku.
Dekatkanlah hati kami ya allah."

****

Pagi ini Syafa tengah menyiapkan buku-buku untuk ia bawa ke sekolah. Hafiz yang sedang duduk di pinggir ranjang pun segera berlari menuju kamar mandi. Syafa yang terkejut pun mengikuti laki-laki itu dari belakang.

"Wlekk!!wlekk!!wlekk!!" Hafiz memuntahkan isi perutnya. Hanya cairan bening yang keluar.

"Wlekk!!wlek!!wlek!!" Syafa datang lalu meminjat tengkuk Hafiz. Ia menatap suaminya yang sedikit pucat.

Laki-laki itu terus  memuntahkan isi perutnya. Setelah di rasa cukup ia membersihkan mulutnya lalu menatap dirinya di pantulan cermin.

"Udah enakan?" Tanya Syafa menatap Hafiz khawatir. Laki-laki itu hanya mengangguk lemah.

"Kita ke rumah aja ya?" Ucap Syafa. Ia benar-benar sangat khawatir sekarang. Hafiz terkekeh lalu menggeleng.

"Gausah. Kayaknya aku cuman masuk angin aja."

HAFISYA ; My Husband Mas Santri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang