07

532 69 6
                                    

.

.

Kelas 12 SMA itu adalah masa-masa yang sangat krusial. Saat di mana para remaja menentukan langkah yang akan diambil untuk masa depan mereka. Hinata pun tidak jauh berbeda. Sejak memasuki semester baru di awal tahun, Hinata tidak punya waktu selain ikut bimbingan untuk persiapan ujian universitas setiap hari. Tidak terasa hal itu membuat Hinata sibuk hingga melupakan taruhannya dengan Sasuke. Jangankan memikirkan Naruto dan Sasuke, tidak lupa memakai skincare rutin tiap malam saja sudah bersyukur.

"Hinata, kau sudah memutuskan mau ambil jurusan apa?" Hiashi bertanya di tengah-tengah makan malam.

"Belum tahu, ayah."

"Sudah berkonsultasi dengan gurumu?" Hinata mengangguk. "Apa kata mereka?"

"Mereka menyarankanku untuk mengambil jurusan hukum atau psikologi. Katanya aku lebih cocok di bidang sosial daripada sains."

"Heeee, yang benar kau, Kak? Kok bisa psikologi sih? Kau 'kan harusnya diobati bukan mengobati orang~" Hanabi menggoda kakaknya.

"Jaga mulutmu Hanabi!" Hinata menodongkan garpu yang ia gunakan pada Hanabi. Sementara Hanabi hanya menjulurkan lidahnya, kembali mengejek.

"Kenapa kau tidak konsultasi saja pada Shikamaru? Dia berhasil lulus tiga tahun setengah, 'kan?" ucapan Hiashi membuat keluarga Hyuuga sadar jika mereka kedatangan tamu. Salahkan Shikamaru yang hanya diam selama keluarga Hyuuga berbincang.

"Tapi, bukannya Kak Shikamaru mengambil jurusan teknologi jaringan komputer, ya?" Hinata mengangguk menyetujui Hanabi.

"Aku juga tidak mau kuliah jauh di Paris." kini balik Hanabi yang mengangguk.

"Setuju. Aku pun baru sadar jika tidak perlu kuliah jauh. Universitas di Tokyo sudah banyak yang bagus, Paman." akhirnya Shikamaru bersuara.

"Begitu, ya? Aku sih tidak terlalu pusing. Semua kembali pada Hinata. Jika tidak keberatan, mau kau membantu Hinata memilih jurusan dan kampus untuknya?"

"Dengan senang hati, Paman." Shikamaru tersenyum, Hinata juga tersenyum. Sementara Hanabi cemburu dan ingin dibantu oleh Shikamaru juga.

.

.

"Ne, Sasuke, kau sudah memutuskan mau kuliah di mana?" tanya Naruto. Kini ia dan Sakura sedang berada di apartemen Sasuke.

"Belum tahu, mungkin Tokyo University." jawab Sasuke.

"Hee, aku juga mau ambil kedokteran di sana!" Sakura ikut bergabung sekarang.

"Kalau kau 'kan sudah pasti akan diterima lewat jalur undangan, Sakura." Naruto cemberut, merasa iri karena tidak termasuk ke dalam siswa yang bisa mendaftar penerimaan mahasiswa lewat jalur rapot.

"Makanya, harusnya kau belajar lebih giat lagi sejak masuk SMA dulu, Naruto!" Naruto menutup-buka telinganya mendengar ocehan Sakura.

"Ah, sudahlah. Jangan omeli aku lagi, Sakura!" Naruto bangkit berdiri. Ia berkeliling di dalam apartemen Sasuke untuk menghindari ocehan Sakura.

"Si bodoh itu memang bebal!" Sakura menghela napas. Kemudian ia berbalik untuk menghadap Sasuke. "Ne, Sasuke, kenapa tidak ambil kedokteran di Tokyo University sepertiku saja? Bukankah lebih baik sekelas dengan orang yang kau kenal?"

Semburat merah muncul tipis di pipi Sakura. Entah kenapa ia malah membayangkan dirinya dan Sasuke menjadi couple kampus idaman yang sama-sama kelak akan menjadi pasangan dokter terkenal.

"Akan aku pikirkan."

Bagus, kini progres impian Sakura sudah naik dua puluh persen.

"Sasuke, ini apa?" Naruto tiba-tiba keluar dari kamar Sasuke dengan sebuah kotak terbuka yang agak tidak beraturan.

Denganmu [SasuHina X Shikamaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang