18

317 51 6
                                    

.

.

Hari-hari biasa selama perkuliahan. Beres kelas sorenya, Sasuke buru-buru keluar gedung fakultas teknik dan pergi menuju fakultas hukum. Tanpa mobil, mencari alasan agar bisa menumpang lagi dengan Hinata.

"Oi, Oi, Sasuke!" seseorang memanggil Sasuke yang berlari di koridor fakultas teknik. Mendengar namanya dipanggil, Sasuke berhenti sebentar dan menoleh. Terlihat seorang pemuda tapi tidak terlalu muda dengan kemeja terbuka dua kancing melambaikan tangan. "Kemari, sebentar!"

"Untuk proyek akhir semester ini, kau sudah selesai desainnya belum?" Sasuke mengernyit pada pria berambut klimis itu.

"Maaf, senpai, aku belum menyelesaikannya. Lagipula, masih ada waktu tiga bulan, 'kan?" kilah Sasuke. Ia tidak suka buru-buru menyelesaikan tugas, aka masih jadi tim SKS (Sistem Kebut Semalam).

"Ah, kau ini bagaimana sih? Kan kau satu kelompok denganku. Kita diskusikan dulu nanti malam bagaimana?" si senpai merangkul Sasuke sok akrab. "Ini tahun terakhirku untuk mengambil mata kuliah desain rumah modern. Kau harusnya mengerti, 'kan?"

Sasuke merutuk dalam hati. Kalau memang satu kelompok dan kakak tingkatnya itu lebih butuh, mustinya bisa ia kerjakan lebih dulu saja, 'kan?

"Maaf senpai, malam ini aku ada acara. Kita diskusikan sehabis kelas besok siang saja, ya." Sasuke melepaskan rangkulan senior itu di bahunya. "Aku akan menghubungi nanti, Senior Hidan."

Sasuke membungkuk sebentar, ia pamit untuk pergi. Meskipun ia kesal karena Dosen Asuma malah membuatnya satu kelompok dengan Hidan, si senior tingkat lima yang belum lulus-lulus, Sasuke dididik untuk tetap menghormati yang lebih tua. Tapi, kali ini Sasuke benar-benar sedang terburu. Ia harus menemui Hinata, mulai berbincang dengan perempuan yang seminggu dihindarinya itu.

Begitu sampai di gedung fakultas hukum, Sasuke menengok ke kanan-kiri. Berdasarkan perhitungannya, mustinya Hinata sudah kelar kuliah sekarang. Terima kasih pada mode pengintaiannya seminggu lalu.

"Nah, mobilnya masih ada." Sasuke tersenyum lega ketika mendapati mobil Hinata masih terparkir di basement gedung. Dengan siaga, Sasuke bersandar pada mobil dan menunggu Hinata datang.

Setiap ia melihat bunyi elevator yang berjarak satu meter dari mobil Hinata terparkir, Sasuke akan membenarkan posisinya. Setelah elevator terbuka untuk yang ketiga kalinya, Sasuke bisa melihat surai indigo yang dicarinya. Tapi, bukannya bersemangat, Sasuke malah mengernyit kesal. Dari sini ia bisa melihat Hinata-nya sedang beriringan dengan lelaki berkucir dan saling melemparkan tawa.

"Aku tahu, kau memang selalu bisa aku andalkan, Kak Shika." Hinata memukul pelan bahu Shikamaru begitu keduanya keluar dari elevator. Ketika Hinata hendak menoleh, Shikamaru menarik badannya. Membuat Hinata berhadapan dengannya dan memunggungi Sasuke yang sudah menatap kesal.

"Aku menyayangimu, kau mengerti kan, Hinata?"

Sasuke bisa mendengar ucapan Shikamaru. Ia melotot sebentar. Setelahnya, Sasuke putuskan untuk berjalan menjauh. Niatnya berbaikan dengan Hinata sudah hilang. Tanpa menunggu kelanjutan perbincangan Hinata dengan Shikamaru, Sasuke menutup kepalanya dengan hoodie. Ia berjalan ke arah yang berbeda. Kembali keluar gedung fakultas.

Sasuke mengambil gawainya. Ia membuka aplikasi line, mencari grup untuk kelas desain rumah modern. Sasuke mengetik nama seniornya, Hidan. Menjadikan akun itu sebagai teman dan mengiriminya sebuah pesan. Senpai, ini aku Sasuke. Malam ini kita bisa bertemu di mana untuk membahas ujian akhir?

.

.

Pukul lima lewat lima puluh tiga menit, Sasuke melihat Hinata yang keluar dari elevator bersama laki-laki yang paling ia tidak suka. Shikamaru Nara. Di matanya, Hinata terlihat sedang berbahagia bersama laki-laki dewasa itu. Namun, yang sebenarnya terjadi adalah Hinata benar bahagia, untuk arti lain yang berbeda dengan pikiran Sasuke.

Denganmu [SasuHina X Shikamaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang