.
.
Hinata baru keluar dari ruang kuliahnya. Hari ini adalah hari pertama kembali ke universitas. Tidak banyak yang disampaikan dosennya. Hanya sekitar tentang kontrak kuliah dan pengantar mata kuliah. Ketika langkahnya dua langkah dari pintu kelas, gawai Hinata berdering. Sebuah pesan masuk dari Shikamaru. Kujemput jam enam?
Hinata tersenyum membaca pesan tersebut. Ia mengetik jawaban pesan dan mengirimnya ketika sampai di depan elevator. Ya, aku akan memilih baju dulu. Menurutmu, aku musti pakai baju seperti apa, Kak?
Pintu elevator terbuka. Hinata masuk diikuti tiga mahasiswa lain. Dua menit Hinata menunggu elevator tersebut bergerak menuju lantai dasar. Sebuah pesan masuk lagi bersamaan dengan bunyi denting elevator yang terbuka di basement.
Aku sudah membelikanmu sesuatu. Mustinya sudah sampai di apartemenmu sekarang, pakailah untuk nanti malam. Hinata terdiam sebentar guna membaca pesan tersebut. Lagi? Shikamaru beli barang lagi?
"Maaf, apa kau akan keluar?" sebuah suara menyadarkan Hinata. Ia berdiri tepat di depan pintu elevator sehingga menghalangi jalan masuk.
Hinata terkesiap. "Ah, maaf. Aku akan keluar sekarang." Hinata maju dua langkah untuk keluar elevator dan berhenti sebentar. Ia membuka gawainya lagi, membalas pesan Shikamaru. Oke, aku akan memakainya.
"Yo, Hinata!"
Hinata mengernyit. Ia yang baru tiba melihat Sasuke bersandar pada mobilnya. Penampilan lelaki itu agak berbeda dari sebelumnya. Rambutnya sudah kembali pendek, terpotong rapi seperti masa SMA dulu. "Ngapain kau?" tanya Hinata.
"Galak sekali. Aku menunggumu tentu saja."
"Untuk apa menungguku?" Hinata masih berdiri agak jauh dari mobilnya.
"Aku mau numpang ikut mobilmu pulang. Apartemen kita satu arah." Sasuke menegakkan badannya yang sedari tadi bersandar di pintu penumpang Hinata.
"Aneh." Hinata berjalan menuju sisi lain mobilnya. "Kau 'kan punya mobil sendiri. Kenapa menumpang?"
"Mobilku di-service begitu tiba di Tokyo. Ayolah, aku ikut sampai perempatan saja. Waktu liburan 'kan aku sering memberimu tumpangan."
"Aku tidak pernah memintanya."
Sasuke berdecih pelan. Alasannya kurang kuat kah untuk menipu Hinata?
"Beri aku tumpangan, nanti aku kabulkan pemintaanmu."
"Hah?!" Hinata sedikit meninngikan suaranya. Seorang mahasiswa berkacamata menoleh padanya, ia cepat-cepat memalingkah wajah. Lagian Sasuke itu bicara apa? Memangnya dia jin mengabulkan permintaan segala?
"Baiklah, baiklah. Masuk." Hinata mengalah. Ia membuka pintu mobil dan masuk ke bangku pengemudi. Diam-diam Sasuke tersenyum senang dan merayakan kemenangannya dalam hati. Dengan perasaan senang, Sasuke masuk dan duduk di bangku penumpang samping pengemudi.
Mencoba tidak memedulikan kehadiran Sasuke, Hinata menyalakan mesin mobil dan mulai melaju. Ketika mereka keluar gebang universitas, Hinata melirik Sasuke sebentar. "Seatbelt, please?" kata Hinata.
Sasuke menoleh pada Hinata. Perempuan itu duduk tegap, memakai sabuk pengaman. Oh iya, Sasuke baru sadar kalau Hinata sering pakau sabuk pengaman setiap pergi bersamanya. "Untuk apa? Jaraknya dekat cuma sekitar sepuluh menit."
"My car, my rule!" Hinata menginjak rem sengaja dengan menukik saat di lampu merah. Badan Sasuke agak condong ke depan dan jidatnya hampir saja menabrak kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denganmu [SasuHina X Shikamaru]
FanfictionRating: M (MENGANDUNG KONTEN SENSITIF UNTUK YAOI AND LGBTQ!!!!) "Hinata, ayo bertaruh, siapa yang akan mendapatkan Naruto." "Bicara denganmu membuat kepalaku panas saja!" "Kau yakin hanya kepalamu saja yang merasa panas?" "Berengsek kau, Uchiha!" "J...