Warn: OOC, typo(s), a bit lemon and LGBTQ+ SENSITIVE CONTENT!
.
.
Hinata bisa merasakan perbedaan pandangan orang-orang padanya sejak peristiwa tak disengaja saat festival sekolah lalu. Sejak hari itu, ia merutuki dirinya sendiri.
"Bodoh! Kenapa tidak bisa menahan diri sih?!"
"Lebih bodoh lagi kau membiarkan dirimu disentuh laki-laki gay, Hinata!"
"Bajingan! Bajingan! Bajingan!"
Kata-kata umpatan terus dirapalkan putri sulung Hyuuga. Hanabi yang sudah kesal karena kakaknya terus mengurung diri, bertambah kesal saat mendengar kakaknya bicara kasar terus-terusan.
"Kalau kau mau bicara begitu terus, sekalian saja lepas topengmu di depan semua orang!"
Hinata mendelik sebal pada adiknya yang muncul di pintu kamar.
"Suka-suka aku! Itu 'kan hakku mau bersikap bagaimana pun!"
Hanabi memutar bola matanya malas. Kakaknya yang satu itu memang bebal. Beda dengan kakak sepupu yang sudah dianggap seperti kakak kandungnya.
"Terserah. Yang penting kau harus ikut makan malam."
"Tidak mau!"
"Kau tidak mau bertemu dengan Kak Neji?"
"Tidak –hah?!"
Hinata bangkit dan berlari dengan cepat menuju lantai bawah. Lihat, Hanabi sudah ditinggalkan.
"Kak Neji?"
Seorang pemuda berambut coklat panjang menoleh. Pemuda itu adalah kakak sepupu laki-laki Hinata yang pergi merantau untuk melanjutkan studinya. Kedua mata mereka bertemu, saling memberikan senyuman hangat.
.
.
"Kenapa kau tidak mengabari kalau mau pulang?" Hinata memanyunkan bibir. Bermanja pada Neji di ruang tengah rumahnya.
"Aku ingin memberikan kejutan."
"Dan aku terkejut!" Hinata mendengus. "Sampai kapan kau ada di sini?"
Neji terlihat sedang berpikir. "Enam bulan, mungkin."
"Studimu sudah selesai?" Neji menggeleng.
"Aku butuh waktu untuk memulihkan diri."
"Kau terkena penyakit?" Hinata khawatir, pasti.
"Tidak. Aku hanya... patah hati." Hinata bisa melihat tatapan pilu Neji. Ia rasa darah dalam tubuhnya mendidih, sepertinya ia ingin marah. Siapa yang tega membuat Neji Hyuuga patah hati?
"Wanitaku pergi dengan wanita lain, Hinata."
"He? A-apa?! Maksud–" Hinata terkejut, tidak tahu musti bereaksi bagaimana. Lalu, membuang napas. "Manusia gay memang merepotkan."
"Tidak. Aku hanya apes, mungkin." Neji memandang langit-langit.
Mungkin tidak semua. Iya, Hinata juga tahu. Tapi, yang ia kenal orangnya memang begitu.
"Kau kenapa?"
"Aku?" Hinata menunjuk dirinya sendiri. "Memangnya kenapa?"
"Kata Hanabi kau terlihat sering marah-marah akhir-akhir ini. Ya memang bukan hal yang aneh kalau kau marah-marah tapi pasti ada sebabnya, 'kan?"
Hinata berdecak kesal. Adiknya itu memang tidak bisa tutup mulut. Seharusnya ia menghibur Neji tapi malah ia yang bercerita.
"Begitu, ya?" Neji merasa sedikit terkejut sebenarnya tapi ia mengendalikan diri. "Kapan taruhan kalian akan berakhir?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Denganmu [SasuHina X Shikamaru]
FanficRating: M (MENGANDUNG KONTEN SENSITIF UNTUK YAOI AND LGBTQ!!!!) "Hinata, ayo bertaruh, siapa yang akan mendapatkan Naruto." "Bicara denganmu membuat kepalaku panas saja!" "Kau yakin hanya kepalamu saja yang merasa panas?" "Berengsek kau, Uchiha!" "J...