14

404 67 6
                                    

.

.

Selama libur musim dingin dan tahun baru, Hinata menghabiskan waktunya di rumah. Hampir satu bulan setengah, Hinata bisa melihat Sasuke berkeliaran di rumahnya, hampir setiap hari. Alasannya macam-macam. Kadang bawa-bawa urusan bisnis keluarga, kadang bantu Hanabi belajar –setelah Hinata tidak mau mengajari lagi-, kadang main catur bareng ayah Hinata, dan kadang muncul tidak jelas saja ingin bertemu Hinata.

Seperti sekarang, lagi-lagi Sasuke menawarinya tumpangan, dan lagi-lagi saat Hinata diminta mengambil pesanan susu ke peternakan Yamada. Selama sebulan penuh Hinata benar-benar menyesali kebodohannya karena tidak bawa mobil balik ke Konoha. Sebenarnya jarak Konoha dan Kota Tokyo tidak jauh. Mungkin hanya perlu dua jam perjalanan darat tapi ayahnya tidak memberi kesempatan Hinata untuk pergi membawa mobilnya.

"Kau serius mau pakai itu?" Hinata keluar dari kamarnya dan menemukan Sasuke yang sudah berdiri menunggunya.

"Memangnya kenapa?"

Kenapa katanya?, batin Sasuke. Biar digambarkan, sekarang masih musim dingin –meskipun sudah di penghujung waktu sih- dan Hinata lagi-lagi memakai pakaian yang kelihatan tidak ada hangat-hangatnya. Hotpants, kaos berlengan pendek, dan sepatu sneakers ber-hak sekitar lima sentimeter.

"Pakaianmu terlalu musim panas." komentar Sasuke.

"Setiap orang berhak memakai pakaian apapun yang diinginkannya. Lagipula aku juga masih pakai mantel." Hinata menunjukkan mantel musim dinginnya yang ada di genggamannya. "Kalau kau mau mengantarku, sebaiknya kita pergi sekarang. Mumpung hari masih siang," lanjut Hinata.

Kalau sudah bahas tentang isu-isu kebebasan apalagi tentang feminisme, Sasuke milih mengalah saja. Terakhir ia melihat teman satu kelasnya saling berdebat malah berujung perkelahian. Well, selamat datang di universitas!

"Nona Hinata?" seorang wanita paruh baya memanggil Hinata saat perempuan itu turun dari mobil.

"Halo, Nyonya Yamada! Bagaimana kabarmu?" Hinata menyapa ramah.

"Baik. Apa kau ke sini untuk mengambil susu pesanan ibumu?" Hinata mengangguk pada Nyonya Yamada. "Ah, sebentar. Kami belum selesai memeras susunya. Maaf, bisa kau tunggu dulu? Aku akan menghampiri suamiku di kandang."

"Eh, tidak papa, Nyonya. Kalau boleh, aku juga mau ikut ke kandang. Sudah lama aku tidak bertemu Charlie."

Sasuke mengernyit. Charlie siapa? Apa saingannya ada lagi?

"Tentu, tentu. Ayo pergi bersama!" tanpa persetujuan Sasuke, Hinata sudah mengikuti Nyonya Yamada masuk ke dalam peternakan. Daripada menunggu di luar sambil menggigil, Sasuke lantas mengikuti kedua perempuan yang berjalan di depannya.

Perternakan Yamada cukup tersohor di Konoha. Meskipun keluarganya tidak berlangganan pada peternakan ini, Sasuke musti mengakui kalau peternakan Yamada sangat besar. Terdapat beberapa kandang di sini. Dari semua kandang yang ada, mereka berhenti di kandang ketiga sebelah kiri.

"Aku akan membantu suamiku. Kalau kau ingin bertemu Charlie, dia ada di kandang sebelah." Nyonya Yamada menunjuk pada kandang keempat sebelah kiri dari kedatangan mereka.

Sasuke bisa melihat Hinata yang dengan antusias membuka pintu kandang dan masuk ke dalamnya. Inilah detik-detik Sasuke bersumpah ingin menguliti seseorang bernama Charlie.

"Charlie!" Hinata berseru. Lalu sebuah suara terdengar diikuti bunyi lonceng. Sesuatu mendekati Hinata dan itu adalah... seekor anak sapi?

Sasuke menaikkan alisnya. Bingung. Ia cemburu pada binatang? Mungkin ia benar-benar ingin menguliti Charlie, dengan arti yang sebenarnya.

Denganmu [SasuHina X Shikamaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang