BAB 3

3.7K 256 1
                                    

HAPPY READING 🌹

Suasana menjadi hangat dengan tawa riang antara ibu dan anak itu. Yang sedang asik bercanda bersama dimeja makan. Hingga beberapa saat bel pintu berbunyi, dengan cepat pelayan datang untuk membukakan pintu. Mereka berdua bertanya tanya siapa yang datang dijam segini.

"Sepertinya Kalian sangat bahagia" seseorang itu datang bergabung bersama menuju meja makan.

Suara itu jelas tidak asing ditelinga Jungkook, Karena dia sangat tau suara yang sudah dia dengar bahkan saja dia baru lahir. Saat dia sedang asik makan dia hentikan itu dan langsung berdiri didepan ibundanya.

"Jika kau Melindungi bundamu seperti itu sepertinya aku benar benar bisa meninggalkan kalian dengan tenang"

"Ayah, Bunda Malam tadi begadang, Jadi  bunda gak punya waktu untuk berdebat, mending ayah pergi dari sini" pinta Jungkook dengan lembut agar tidak menyinggung ayahnya.

"Ayah tidak datang untuk berdebat sayang, lihatlah, ayah ingin menjemputmu sebagai penerus jeon groub" mengeluarkan sebuah berkas.

"Bunda, bunda kekamar dulu, Jungkook punya sesuatu yang ingin dibicarakan dengan ayah" memanggil pelayan untuk menemani bunda pergi kekamar.

Setelah memastikan bunda masuk kedalam kamar, Jungkook beralih duduk dikursinya, mengambil berkas ditangan ayahnya dan membacanya hati hati dengan roti dimulutnya.

"Cukup mengesankan, Tapi aku gak suka, Bawa pulang lagi aja" memberikan kembali berkas yang sengaja dibawa ayahnya untuknya.

"Jeon Jungkook, kau satu satunya putra ayah, Hanya kau yang boleh mengambil alih Jeon groub, Dengan Begitu kau bisa mencapai apapun yang kau mau" masih berusaha membujuk Jungkook untuk tanda tangan meskipun dia sudah menolak.

Dia tak langsung menjawab ucapan ayahnya melainkan menghabiskan roti dan susunya terlebih dahulu.

"ahh..kenyangnya... Dengar, aku gak perlu fasilitas, Kekayaan, barang mewah atau apalah itu, kau bisa menyimpannya atau berikan kepada bunda"

"JEON JUNGKOOK!!" Pada akhirnya ayahnya berteriak padanya, dia sudah tidak tahan dengan sikap Jungkook yang tidak sopan dan membangkang padanya.

"Kau bisa anggap rumah sendiri"

Dia mengabaikan ayahnya lalu naik ke atas menuju kamarnya. Padahal ayahnya sudah datang jauh jauh hanya untuk membujuknya, tapi yang dia dapatkan justru sikap dingin anaknya.

Waktu berlalu, Jungkook sudah selesai bersiap siap, hari ini dia masih ada beberapa eksperimen yang belum selesai dikampus. Dia berniat menyelesaikan itu dan membawa bunda pergi jalan jalan, bunda kelihatan sangat lelah akhir akhir ini.

Saat sedang memperhatikan penampilannya dipantulan cermin, tiba tiba suara teriakan pelayan membuatnya terkejut, dengan buru buru keluar dari kamar untuk memeriksa apa yang sedang terjadi. Saat dia keluar, dia tambah dibuat terkejut ketika melihat bunda yang terbaring disamping tangga dengan beberapa pelayan didekatnya.

"Bunda! Bunda kenapa?! Bundaa! Buka mata bunda! "

"Bibi, kok bisa gini sih?!" Dia bertanya dengan pelayan yang harusnya tau apa yang terjadi. Tapi pelayan itu terus menangis dan menjawab Jungkook dengan terbata bata, membuatnya semakin kesal dibuatnya.

"Ngomong yang benar bngst!!" Selama ini dia sama sekali tidak pernah membentak para pelayan maupun siapapun, tapi karena dia panik jadi dia menjadi hilang kendali. Emosi yang dikeluarkan berlebihan hingga membuat kepalanya kembali pusing, pandangannya kembali buram dan rasanya dia kesulitan untuk menyeimbangkan tubuhnya.

Benefits -Taekook [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang