Bab 5

747 112 6
                                    

Happy weekend!


Hari ini sehabis makan siang Citra merasa mengantuk sekali. Tapi dia memiliki banyak pekerjaan yang harus dikerjakannya hari ini. Oleh karena itu, setelah dari kantin dia segera pergi ke pantry untuk membuat kopi mumpung waktu istirahat masih ada sepuluh menitt lagi. Dia bisa membuat kopi di sana sebelum memulai kembali pekerjaannya.

Saat memasuki ruangan pantry dia menyadari ada sesosok laki-laki yang sedang duduk membelakangi pintu. Sepertinya laki-laki itu sedang makan siang di sana pikir Citra.

"Permisi," ujarnya saat memasukin ruangan itu. Dia melakukan itu karena tidak ingin membuat kaget laki-laki yang sedang ada di sana.

Laki-laki itu pun memutar kepalanya ke arah suara. Dia hanya menganggukkan kepala kepada Citra.

"Mas," sapa Citra saat mengenali sosok laki-laki itu. "Lagi makan siang?" tanyanya canggung karena sikap laki-laki tadi yang datar dan terlihat tidak ingin diganggu.

Laki-laki itu kembali mengangguk membuat Citra jadi merasa tidak enak dan salah tingkah.

"Misi, ya, Mas Raka. Saya hanya mau bikin kopi saja," ucapnya tak enak.

"Silahkan," Raka menjawab dengan nada datar sambil kembali mengarahkan perhatiannya kepada makanan yang sedang dimakannya.

Citra pun segera mendekati lemari pantry yang berada di samping meja yang digunakan Raka untuk makan siang. Dia mengisi air di teko listrik lalu mengambil satu bungkus kopi instan yang tersedia di sana. Citra menunggu air itu mendidih tanpa sekalipun membalikan badan ke arah Raka. Untungnya tidak butuh waktu lama hingga air itu mendidih. Citra segera menuangkan air ke dalam gelas kertas yang sudah dia tuangkan kopi dan mengaduknya. Setelah selesai kemudian dia mencuci sendok bekas mengaduk lalu membalikkan badan untuk pamit kepada Raka.

"Saya duluan, Mas!" Citra tidak mungkin begitu saja keluar dari ruangan itu tanpa pamit karena bagaimana pun Raka senior di kantor itu. Tidak sopan kalau dia langsung pergi.

"Ya," jawab Raka singkat dan datar.

Citra pun berlalu dan keluar dari ruangan itu. Ketika sampai di luar dia kemudian memikirkan sikap Raka yang tadi dia dapati.

'Sudah lebih dari sebulan sejak dia kembali dari acara lamarannya. Tapi kenapa Mas Raka malah makin dingin sikapnya, ya? Dia seperti tidak ingin didekati. Saat bertemu waktu itu di lift pun dia terlihat datar dan tanpa senyum meskipun masih mau berbicara denganku. Sebenarnya apa yang terjadi? Apa benar dia gagal menikah?' pikir Citra dalam hati.

Citra lalu menghela nafas berat. Dia juga akhirnya menyadari kalau Raka ternyata lebih memilih makan sendiri di pantry dibandingkan makan bersama rekan kerjanya.

' Jadi dia sekarang membawa makanan yang dia beli di kantin untuk dimakan di pantry? Tapi kenapa?' pikirnya lagi.

Citra pun memutuskan untuk memikirkan itu lagi nanti karena dia menyadari kalau dia masih harus kembali menyelesaikan pekerjaannya yang lebih butuh dia pikirkan.

Akhirnya sore hari tiba dan Citra sudah mengerjakan sebagian besar pekerjaannya. Hanya tinggal sekitar sepuluh persen lagi. Dan dia memutuskan untuk melanjutkannya dengan sedikit lembur. Pikirnya paling setelah magrib nanti semuanya bisa dia selesaikan.

"Belum selesai, Cit?" tanya Lidya. Lidya sudah merapihkan barang-barangnya di meja kerja.

"Belum, Mbak. Ini tinggal rekap terakhir asuransi kesehatan yang harus dibayar," jawab Citra. Perusahaan termpat Citra bekerja tidak hanya memberikan fasilitas asuransi dengan BPJS Kesehatan saja untuk karyawannya. Tapi juga ada asuransi kesehatan tambahan yang diberikan. Bank tempat mereka bekerja memiliki produk asuransi. Dan awal tahun adalah waktu mereka untuk memperbarui kontrak asuransi.

Di Senja Itu Kita BertemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang