Pertanyaan tak terduga yang diucapkan Citra menyentak Raka. Dahinya berkerut tak percaya. Ditatapnya gadis itu dengan ekpresi keras. "Kamu bilang apa?"
Citra memberanikan dirinya untuk bertanya sekali lagi. "Mas mau menikah dengan saya?"
Raka awalnya menganggap dirinya salah dengar ketika Citra bertanya pertama kali. Setelah dia mendengarkan di kali kedua dirinya makin merasa tidak percaya. Raka mengeraskan rahangnya. Ditatapnya gadis cantik yang memikat hatinya itu dengan tajam."Kamu sadar dengan apa yang kamu tanyakan?" tuntut Raka.
"Saya sepenuhnya sadar, Mas." Citra menatap Raka dengan penuh keyakinan. "Apa yang terjadi hari ini juga menyadarkan saya. Mas gak bisa sendirian di saat sakit seperti ini. Mas butuh orang lain untuk membantu dan merawat saat Mas Raka sakit. Saya mau mendukung dan memberi Mas semangat untuk bangkit kembali. I want to give you the support that you need. Saya teringat apa yang selalu dilakukan Ayah kepada Ibu. Saya ingin melakukan hal yang sama untuk Mas Raka."
"Saya gak butuh rasa kasihan kamu, Citra!" Raka berkata dengan nada dingin. Dia marah dengan apa yang Citra katakan.
"Bukan itu, Mas!" bantah Citra. "Bukan itu rasa yang saya miliki untuk Mas Raka."
"Lalu apa?"
"Cinta," jawab Citra dengan tegas. "Saya cinta Mas Raka."
"Don't talk rubbish!" sergah Raka marah.
"It's true. Since the first time I met you," aku Citra pada Raka. Karena memang itulah yang dia rasakan. Bahkan setelah mengetahui apa yang terjadi pada Raka, penyakitnya dan dugaan kemungkinan bagaimana Raka mendapatkan penyakit itu, semua itu tidak membuat rasa itu memudar. Hati Citra menyakini kalau Raka sudah meninggalkan semua itu di belakang. Hal itu dibuktikan saat mereka berdua bertemu dengan laki-laki di supermarket.
Entah mendapat kekuatan dari mana, Raka membawa tubuhnya bangun. Mungkin amarahnya atau obat dan bubur yang sudah dia makan. Raka meletakkan nampan berisi bubur yang baru dimakan setengahnya dengan kasar ke atas nakas di samping tempat tidur.
"Saya sangat berterima kasih dengan apa yang kamu sudah lakukan hari ini dan sebelum-sebelumnya untuk saya. Tapi saya gak mau lihat lagi kamu mengasihani saya. Saya permisi!"
Dengan langkah pasti Raka keluar dari kamar Citra. Setelah mengambil tas dari atas sofa dia keluar dari unit Citra, meninggalkan Citra dengan segala perasaan yang menghantamnya kuat. Sedangkan yang bisa Citra lakukan hanya memandangnya pergi. Kali ini Citra kembali memberikan waktu untuk Raka mencerna semua yang dia ungkapkan.
Tapi tidak seperti dua minggu sebelumnya kali ini bertekad Citra tidak akan melepaskan Raka begitu saja. Raka tentu tidak dalam kondisi yang baik kalau dia sampai tidak sadarkan diri seperti tadi. Dalam usahanya kali ini Citra meminta bantuan dari sekutunya dulu saat mereka memulai misi 'Temani Raka', Vidi. Malam itu setelah membereskan sisa makan Raka dia mengirim sebuah pesan pada Vidi.
Citra
Mas Vidi, I need your help.
Ini mengenai Mas Raka.
Mas Raka lagi sakit. Tadi sempat pingsan di lobi apartemen.
Tolong liatin Mas Raka di kantor, ya, Mas.
Kalau ada apa-apa beritahu saya.
Terima kasih.
Pesan dari Citra baru Vidi balas keesokan paginya.
Vidi
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Senja Itu Kita Bertemu
Ficción GeneralRaka pernah tergoda dan salah jalan. Kini dia mendapatkan teguran dan balasan dari kesalahannya. Karena itu dia berusaha memperbaiki diri dari apa yang tersisa. Raka tidak tahu kalau Tuhan sangat menyayanginya. Karena ternyata bukan hanya teguran da...