Selamat membaca ❤
"Citra, boleh saya bertanya sama kamu?" Setelah berpelukan di belakang pintu akhirnya Raka mengajak Citra untuk duduk kembali di sofa. Mereka berdua duduk bersisian dengan posisi menyerong agar keduanya bisa bicara dengan saling menatap satu sama lain.
"Tentang apa, Mas?"
"Kamu pernah dengar sesuatu mengenai saya di kantor?"
Ragu-ragu Citra menjawab, "Saya pernah mendengar kalau Mas tertangkap saat penggerebekan pesta seks sesama jenis." Sungguh dia merasa tidak enak mengatakannya.
Raka memberinya senyum menenangkan untuk memberitahu Citra kalau dia tidak masalah dengan apa yang diungkapkan gadis itu. "Ada lagi?"
"Mas gagal menikah setelahnya." Segera Citra cepat-cepat menambahkan. "Kalau ini bukan hanya mendengar tapi saya juga menyimpulkan sendiri. Mas mengajukan cuti untuk lamaran tapi tidak mengajukan kembali cuti untuk menikah."
Kini senyum di wajah Raka berubah raut pahit dan penuh penyesalan. Dia kembali teringat dengan kejadian beberapa bulan lalu itu.
"Heem," gumam Raka. "Citra, saya akan menceritakan semuanya sama kamu. Seluruhnya dan sejujurnya. Saya gak mau ada yang ditutup-tutupi. Andaikan nanti setelah mendengarkan kamu merasa keberatan dan ingin mundur, gak papa." Raka kemudian mengambil kedua tangan Citra dan menggenggamnya. "Kamu siap mendengarkan cerita saya?"
Citra memandang ke kedalaman mata Raka. Dia mencari-cari kekuatan di sana. Raka sendiri menatapnya penuh keyakinan sehingga membuat Citra merasa kuat untuk mendengar semuanya. "Saya siap, Mas Raka," jawabnya lembut tapi penuh keyakinan.
Kemudian mengalirlah semua dari mulut Raka. Bagaimana sampai dia bisa terjerumus pada kesesatan itu. "Tapi selama itu saya tidak pernah melakukan penetrasi. Saya tidak pernah mau," ujarnya jujur.
Raka juga menjelaskan hubungannya dengan kedua orang tuanya termasuk mengungkapkan rencana pernikahannya dengan Dinda yang sekarang menjadi istri Vidi. Tentu Citra tidak menyangka hal itu.
"Saya tahu mereka saling mencintai dan saya merasa bersalah karena harus berada di antara mereka. Hanya saja waktu saya butuh Dinda untuk pertahanan diri supaya saya tidak kembali tergoda. Tapi sepertinya Allah tidak menyukai niat saya itu makanya saya diberikan ganjaran yang setimpal. Sesuatu yang lebih kuat untuk menyadarkan saya dan membuat saya untuk tidak lagi mengulangi perbuatan buruk saya."
Raka menatap Citra lembut saat menyadari ada gentar yang tercermin dari matanya yang bergerak-gerak gelisah. Raka bisa mengerti apa yang dirasakan gadis itu. Dia pikir wajar kalau Citra menjadi takut setelah mendengar masa lalunya yang kelam.
"Bahkan setelah semua itu saya sempat marah sekali pada Allah. Kenapa saya sampai dihukum sejauh ini. Itu yang membuat saya jadi memandang pahit hidup saya. Tapi kemudian saya menyadari kalau Allah sangat menyayangi saya. Dia ingin saya menyadari kesalahan dan tidak mengulanginya lagi."
Raka kemudian memberikan tatapan penuh syukur pada Citra. "Dan kemudian kamu datang. Perhatian yang kamu berikan kepada saya membuat saya berharap akan ada suatu yang indah datang lagi di hidup saya." Raka mengakhiri ceritanya dengan meremas kedua tangan Citra. Dia lalu membawa tangan perempuan yang dicintainya itu ke pangkuan gadis itu sebelum melepaskan tautan tangan mereka. "Sekarang saya kembalikan semua keputusannya sama kamu. Saya berjanji tidak akan kecewa. Saya sudah sangat bersyukur dengan apa yang kita punya saat ini."
Citra menundukkan kepalanya. Dia melihat ke arah tangannya yang sudah bebas dari genggaman tangan Raka yang hangat. Kemudian gadis itu terdiam sejenak untuk merenungkan semua yang telah ia dengar. Dia tidak bisa berbohong kalau hatinya terasa nyeri setelah mendengar semuanya dengan telinganya sendiri. Rasanya dia ingin menyesalkan masa lalu Raka. Tapi kemudian dia menyadari sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Senja Itu Kita Bertemu
Ficción GeneralRaka pernah tergoda dan salah jalan. Kini dia mendapatkan teguran dan balasan dari kesalahannya. Karena itu dia berusaha memperbaiki diri dari apa yang tersisa. Raka tidak tahu kalau Tuhan sangat menyayanginya. Karena ternyata bukan hanya teguran da...