Warning!!! Adult content.
Buat yang lagi puasa bacanya abis magrib, ya, guys!
Happy reading!
Citra mencium tangan Raka selepas ibadah subuh pertama mereka. Raka kemudian mencium kening istrinya dengan penuh sayang.
"Mas tahu gak, aku senang banget kalau lagi salat di musola yang imamin Mas Raka. Aku langsung buru-buru ambil wudhu. Gak mau ketinggalan. Suara mas tuh enak banget. Padahal Mas cuma baca takbir sama salam doang," ungkap Citra setelah Raka menjauhkan diri. "Tapi aku pernah sekali ikut Mas magriban waktu lembur. Rasanya adeeem banget dengerin suaranya Mas."
"Oh, ya?"
Citra mendadak mengerutkan bibirnya saat dia teringat sesuatu. "Tapi bukan cuma aku aja, sih, Mas. Banyak cewek-cewek yang ngincer jadi makmumnya Mas Raka. Tapi untunglah sekarang aku miliki eksklusif di rumah."
Raka tertawa mendengar gerutuan istrinya. Tapi saat melihat bibir istrinya makin mengerucut Raka menarik lembut tangan istrinya untuk mendekat padanya. Lalu setelah Citra sudah masuk ke dalam pelukannya Raka mencium pelipis istrinya penuh sayang. Mata Raka berkaca-kaca saat dia berkata, "Iya, Mas sekarang cuma punyanya kamu. Hanya kamu." Raka sungguh berterima kasih atas kebesaran hati istrinya menerima dia. Citra pun balas memeluk Raka erat dan mereka berdua masing-masing diliputi oleh rasa haru.
"Mas mau aku masakin apa pagi ini?" tanya Citra sambil melepaskan pelukan mereka agar bisa memandang suaminya.
"Apa aja yang gak ngerepotin kamu," jawab Raka. Hatinya rimbun oleh bunga-bunga yang bermekaran. Sungguh dia sangat bersyukur memiliki Citra sebagai istrinya.
"Gak mungkin repot kalau cuma masak, Mas. Kan setiap hari aku juga masak." Kemarin siang setelah resmi jadi suami istri, Citra dan Raka sepakat mengubah cara panggilan mereka.
"Tapi... ," Raka ragu-ragu ingin meneruskan. "Mas takut kamu masih sakit."
Pipi Citra merona saat mengetahui apa maksud Raka. "Enggak, kok, Mas." Mata Citra memandang Raka malu-malu.
Ya, mereka berdua telah melakukan apa yang biasanya dilakukan oleh pasangan penngantin baru pada malam pertama mereka. Meskipun pada awalnya Raka sempat merasa ragu. Namun Citra meyakinkan Raka. Mereka berdua kan sudah berkonsultasi dengan Tante Deswita cara aman melakukannya.
"Mau Mas bantuin masaknya?" tawar Raka.
Pertanyaan Raka membuat Citra tersenyum senang. "Boleh. Tapi aku yang potong-potong! Mas bantuin cuci sayurnya atau yang lain," ujar Citra saat teringat kejadian beberapa minggu lalu.
"Iya, Sayang." Raka mengambil kembali tangan Citra dan menggenggamnya. "Sebenarnya Mas juga biasa pakai pisau. Kan sebelumnya Mas juga masak sendiri. Kejadian kemarin itu murni kecelakaan. Sudah jalannya begitu supaya kamu tahu kondisi Mas. Kalau dipikir-pikir, sekarang Mas malah merasa bersyukur ada kejadian itu."
Citra membalas genggaman tangan Raka. Dia memberikan sebuah senyum menenangkan. "Kalau aku masak ayam kukus jahe sama rebusan pokcoy, kira-kira Mas suka gak?" Citra sudah bertekad untuk mengembalikan kondisi kesehatan Raka termasuk membuat bobot badannya kembali seperti sedia kala. Oleh karena itu, Raka butuh asupan protein yang cukup.
"Pasti suka. Semua yang kamu masak pasti Mas suka."
"Aku baru tahu kalau Mas Raka bisa ngegombal."
Raka mendekatkan wajahnya ke arah Citra lalu mengecup bibir istrinya ringan. "Mas gak gombal, Sayang. Masakan kamu memang enak."
"Makasih, Mas," jawab Citra malu. Karena pujian Raka juga ciumannya.
Lalu keduanya pun bangkit berdiri. Setelah merapihkan alat salat mereka berdua menuju dapur. Citra mengeluarkan bahan-bahan masakan dari dalam kulkas. Kemudian dia menyerahkan potongan ayam pada Raka untuk dicuci. "Habis dicuci ayamnya kita marinasi dulu baru abis itu dikukus," beritahu Citra pada Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Senja Itu Kita Bertemu
Narrativa generaleRaka pernah tergoda dan salah jalan. Kini dia mendapatkan teguran dan balasan dari kesalahannya. Karena itu dia berusaha memperbaiki diri dari apa yang tersisa. Raka tidak tahu kalau Tuhan sangat menyayanginya. Karena ternyata bukan hanya teguran da...