Terseok-seok Citra mengikuti langkah lebar Raka. Tapi merasakan betapa erat genggaman Raka di pergelangan tangannya membuat Citra menghentikan keinginan untuk meminta Raka memperlambat langkah. Citra bisa menduga kalau Raka sedang diliputi emosi saat ini.
Perubahan suasana hati Raka setelah bertemu laki-laki tadi membuat tanya hadir dalam kepalanya. Siapa dia? Apa hubungannya dengan Raka sehingga membuat suasana hati Raka berubah drastis seperti ini?
Dan tentu saja pertanyaan terakhir yang ditanyakan laki-laki tadi mengusik rasa ingin tahu Citra. Tes? Tes apa yang laki-laki itu maksud.
Mereka berdua akhirnya sampai di depan mobil Raka yang terparkir. Raka segera melepaskan genggamannya untuk mengambil kunci mobil di kantong celananya. Dia segera membuka pintu mobil dan meminta Citra masuk sebelum bergegas memasukkan belanjaan ke bagasi dan masuk ke sisi pengemudi. Setelah menghidupkan mobilnya Raka pun langsung menjalankan mobilnya meninggalkan supermarket itu. Mereka menghabiskan perjalanan menuju apartemen dalam diam. Sesekali Citra mendapati Raka menggenggam erat kemudi hingga urat-urat muncul di sepanjang lengannya.
Raka meruntuki pertemuannya dengan Bimo hari ini. Dia sungguh tidak menduga itu terjadi. Supermarket yang dia datangi jauh dari tempat Bimo tinggal. Tapi mengapa dia malah bertemu dengannya di sana. Ditambah lagi dia sedang berbelanja bersama Citra. Dan Raka sangat takut dengan pertanyaan terakhir yang diucapkan Bimo. Dia takut pertanyaan itu menimbulkan kecurigaan Citra padanya. Dia takut rahasianya akan terbongkar dan diketahui Citra. Sungguh dia belum ingin Citra pergi karena takut pada penyakitnya.
Sampai di apartemen, masih dalam keheningan, Raka dan Citra menaiki lift menuju lantai mereka tinggal. Citra yang bingung dengan situasi yang terjadi di antara mereka akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. "Kita langsung ke unit Mas Raka untuk masak?" tanyanya canggung.
Pertanyaan Citra mengalihkan perhatian Raka dari segala hal yang berputar di kepalanya. Dia menarik napas panjang sebelum akhirnya menjawab. "Kalau kita istirahat dulu gimana? Nanti sore baru kita masak. Kamu pasti capek kan habis muter-muter?"
Awalnya mereka berencana untuk langsung memasak untuk makan siang setelah berbelanja. Tapi apa yang terjadi di pintu supermarket tadi sepertinya membuat Raka merubah rencananya. Raka juga merasa harus menata hati dan pikirannya terlebih dahulu sebelum menghadapi Citra kembali.
"Baik, Mas. Mas Raka juga istirahat dulu, ya. Mas kan baru aja sembuh."
Rasanya ada yang mencubit hati Raka saat mendengar kalimat penuh perhatian yang Citra katakan. Kenapa baru sekarang mereka bertemu? Di saat Raka tidak mungkin lagi bisa meningkatkan apapun yang terasa di antara mereka berdua.
Citra berusaha tidak ambil pikir dengan situasi yang terjadi kini. Dia berusaha menjaga sikap dan ekspresinya sejak peristiwa tadi. Berusaha untuk tidak membuat Raka terganggu. Nanti saat dia tiba di apartemennya baru dia akan mengizinkan kepalanya bekerja lagi.
"Makasih sudah menemani saya belanja," ucap Raka saat mereka bersisian di persimpangan lorong.
"Sama-sama, Mas. Nanti kabari saya kalau Mas sudah siap belajar. Saya akan ke unit Mas Raka."
"Oke. Yuk, mari, Citra." Raka pun melangkahkan kakinya terlebih dahulu menuju unit tempatnya tinggal. Sedangkan Citra masih berdiam di sana sejenak menatap punggung Raka yang semakin menjauh.
Sampai di unit tempatnya tinggal Citra segera masuk ke dalam kamar mandinya untuk mencuci tangan dan kakinya. Satu hal yang selalu diajarkan oleh kedua orang tuanya. "Di luar banyak kuman. Supaya kita tidak membawanya ke dalam rumah, kita harus cuci tangan dan kaki." Begitu pesan ibunya dulu.
Setelah itu dia langkahkan kaki ke sofa yang ada di apartemennya. Citra merebahkan badannya di sana. Sambil menatap langit-langit apartemennya Citra kembali memutar lagi kejadian di pelataran supermarket tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Senja Itu Kita Bertemu
Ficción GeneralRaka pernah tergoda dan salah jalan. Kini dia mendapatkan teguran dan balasan dari kesalahannya. Karena itu dia berusaha memperbaiki diri dari apa yang tersisa. Raka tidak tahu kalau Tuhan sangat menyayanginya. Karena ternyata bukan hanya teguran da...