23

692 74 37
                                    

Yoo apa kabar semuanya,
Maaf baru bisa nyapa kalian sekarang.
Bulan kemarin saya ada musibah, dan selanjutnya saya disibukkan oleh kuliah.
Karena itu, saya baru bisa up lagi!

Jangan lupa tap vote dan berikan komenannya ya! Biar saya semakin semangat.

See you gais!!!





























~JanganLupaFollowAkunSaya~
~HappyReading~






















































"Tidak, ibuku masuk Rumah Sakit," setelahnya Inosuke pergi dari Uks, sebelumnya ia menyuruh Aoi untuk istirahat.

Perlakuan Inosuke sangat manis, ia menepuk kepala si gadis beberapa kali sebelum berangkat. Tentu saja hal itu membuat semua temannya melongo. Aoi pun hanya bisa diam tertegun, merasa jika semua ini adalah mimpi.

.
.
.

Tak... Tak.... Tak...

Suara langkah Inosuke menggema di lorong Rumah Sakit yang kala itu lumayan ramai, ia sampai di sebuah ruangan. Segera saja Inosuke buka pintu dihadapannya dan pemandangan yang ia lihat adalah kedua orangtuanya tengah berbincang.

"Inosuke," seru sang Ibu ceria, pemuda jangkung itu mendekat, ia tidak menghiraukan sang ayah dan bergegas memeluk ibunya.

"Mama baik-baik saja?" tanya Inosuke cemas dan sang ibu tersenyum lembut, wanita itu membelai wajah anak sulungnya.

"Ya, mama baik-baik saja. Tidak perlu khawatir, kau tahu Ino-chan-" wanita bersurai hitam biru itu menatap suaminya terlebih dahulu sebelum melanjutkan ucapannya.

"-kau akan segera menjadi Kakak."

Suasana hening, tak ada tanggapan dari Inosuke yang masih diguncang oleh banyak fakta. Kotoha serta Douma saling memandang, mereka tahu Inosuke akan shock tetapi tidak sampai seperti ini.

"Inosuke, kau tidak senang memiliki adik?" tanya Douma dengan menepuk pundak si anak, tak, namun tangannya di tepis seketika.

"Jangan sentuh aku, iblis rendahan." desis Inosuke dengan mata tajam, pemuda itu dapat melihat aura Iblis dari tubuh pria disampingnya.

Senyap, tak ada yang berbicara. Mereka sama-sama terkejut dengan ucapan sang anak. Tangan Douma menggantung di udara, ia melihat anaknya dengan sendu.

"Inosuke!! Apa-apaan ucapan kasarmu itu!!" setelah beberapa saat Kotoha sadar, lantas segera saja ia memarahi sang anak.

"Bagaimana bisa kau mengatai ayahmu seperti itu!" suara Kotoha sangat tinggi, emosinya naik sampai ubun-ubunnya terasa mendidih. Mungkin akibat hormon ibu hamil.

"Kotoha, tenang... Jangan terbawa emosi," Douma berusaha menenangkan sang istri yang meledak tiba-tiba, lelaki itu kembali memandang anaknya yang kini mengepalkan tangan erat.

"Inosuke, bisa kita bicara diluar?" pinta Douma namun Inosuke tak menjawab, pemuda itu berjalan keluar. Douma menghela nafas.

"Bagaimana bisa dia sangat kurang ajar padamu?! Ini karena kau selalu memanjakan Inosuke!" omel Kotoha pada suaminya.

"Tidak seperti itu, ada sesuatu yang harus kami bahas. Sebaiknya kau istirahat dan jangan memikirkan apapun. Mengerti?" nasihat Douma dan Kotoha mengangguk pasrah.

"Baiklah,"

"Kalau begitu aku akan menemui Ino-chan dulu, sampai jumpa..." Douma memberikan kecupan singkat di dahi si istri sebelum pergi.

Pengulangan | KNYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang