24

736 72 39
                                    

Yo gaiss, lama tak bertemu?
Akhirnya sayaa up lagiii di pagi hari yang indahhh!!!
Ahahaha, jangan lupa tekan vote ya and komen biar saya makin semangat!!!
See uuuuu!!!



























~JanganLupaFollowAkunSaya~
~HappyReading~































"Bukankah itu tidak masalah? Mereka bekerja dan dibayar, setidaknya organisasi terbantu oleh tenaga mereka." lanjutnya dengan mantap, ia tak gentar sedikitpun.

"Uang, kehormatan, tidak akan pernah kalian dapatkan. Semua yang kalian lakukan sia-sia, bukan hanya nyawa kalian tetapi nyawa orang terdekat kalian juga menjadi jaminannya! Jika pikiran kalian hanya untuk uang, itu artinya kalian adalah seorang bajingan!"

.
.
.

Diam, tidak ada yang membantah perkataan Mitsuri. Jika di resapi, semua itu memang benar.

"Jika kalian masih memiliki hati nurani, maka jadilah kuat! Tidak perlu merengek ketika ada ditepi jurang, karena itu tidak akan membantu sama sekali!" lanjut wanita pemilik tahi lalat dibawah mata itu, ia melirik teman-temannya.

"Kalian merasakannya?" ujarnya diangguki Muichirou, "ya, dari awal." jawab Inosuke.

"Aku tidak tahu Muichirou setegas itu," gumam Akemi ketika melihat sang teman melayangkan pedangnya sendiri, "kalian berteman dari lama?" Shouta menyahut, ngomong-ngomong Akemi jadi lebih dekat dengan keduanya selepas misi kemarin.

"Ya, tapi dia bilang dia baru saja bangkit. Karena itu aku baru tahu," Akemi segera menjelaskan, "begitu? Pantas saja kau juga kaget." timpal Asahi.

"Ya, dia benar-benar mengejutkanku dengan statusnya itu." Akemi terkekeh, ia jadi termotivasi untuk berlatih lebih giat.

"Tapi, ada yang aneh diantara mereka," keduanya melirik Shouta, apa yang dimaksud anak ini?

"Mereka terlihat sangat waspada, bukan begitu?" jelas Shouta seraya menunjuk kearah podium.

"Yang kutahu, para Hashira selalu menggunakan pernafasan penuh setiap saat." oceh Akemi, mengingat kembali pelajaran dari Kakeknya.

Tiba-tiba saja, Giyuu mengambil mikrofon dari Mitsuri. "Siapa orang yang memilih tempat ini?"

Hening cukup lama sampai seseorang mengangkat tangan, dan di waktu yang bersamaan Muichirou turun guna mengambil pedangnya sendiri. Tak lupa Muichirou memberikan tatapan malasnya pada Haru, pemuda yang menegurnya waktu itu.

"Siapa yang akan melakukannya?" kembali mereka saling melirik, Inosuke menawarkan diri. "Aku saja," katanya dengan percaya diri. Banyak yang bertanya-tanya, sebenarnya apa yang akan dilakukan oleh si kepala babi.

"Kau, naik keatas sini." titah Zenitsu dan tanpa banyak bicara orang yang mengangkat tangan barusan melangkahkan kaki. Beberapa pemburu menyingkir untuk memberikan jalan.

"Kenapa kau menatap anak itu begitu, Mui?" tanya Mitsuri disaat Muichirou telah kembali ke atas, Rin yang mendengarnya sedikit melirik pada sang adik.

"Tidak ada, hanya dia pernah mericuhiku." Muichirou mendengus tidak suka, Mitsuri menganggukkan kepala tanda mengerti.

"Apa yang akan mereka perbuat ya?" bisik Akari yang tidak biasanya peduli pada sekitar, Rena mengedikkan bahu. "Aku tidak tahu," jawabnya ketus.

"Kalau kesal jangan ditumpahin sama orang lain, kebisaan banget sih," tuding Haru tiba-tiba, Rena mendelik seketika.

Pengulangan | KNYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang