29

561 48 33
                                    

Yo Gais, kalian sudah menungguku dari lama?
Maaf maaf... Baru ada inspirasi hehe...
Dan Saya juga mohon maaf lahir dan batin yaaa....

Ah, mulai sekarang harus ekstra hati-hati karena musim sedang sangat ekstrim. Selalu berganti-ganti dengan cepat...

Pokoknya hati-hati ya kalian semuaaa~
See uuu






































~HappyReading~
~JanganLupaFollowAkunSaya~































Setelah beberapa saat Giyuu melepas kan bibirnya dan menatap Shinobu tepat di mata, pria itu mendalami keindahan Netra si gadis kupu-kupu.

"Aku tidak pernah menemukan kupu-kupu secantik dirimu." Ucapan Giyuu sukses membuat wajah Shinobu merah padam, panas menjalar ke seluruh pipi si gadis.

"Ara~ Ara~ Ciuman yang bagus~" suara Kanae yang tiba-tiba mengejutkan keduanya, sontak Giyuu melepaskan pinggang Shinobu dan terlihat Kanae tersenyum iblis. Disamping nya ada Sanemi yang menutup mata Kenzo.

.
.
.

Tangan yang renta seolah tidak lagi memiliki daging, hanya ada kulit membungkus tulang. Kanao memegang dengan hati-hati, seolah tangan sang anak akan patah jika digenggam terlalu erat.

Air mata Kanao tidak hentinya turun kala menatap perawakan Takuri yang kini sangat berbeda dengan dulu, Kanao mengingat segalanya. Bagaimana rupa putri kecilnya.

"Sayang... Putriku... Putri cantikku..." Suara Kanao tercekat kala memanggil sang anak seperti dulu, tiga orang di belakangnya terheran mendengar panggilan Kanao.

Bagaimana mungkin seorang anak SMA memanggil putri pada nenek tua? Itu tidak masuk diakal! Aoi sudah ingin menepuk bahu Kanao, mungkin saja temannya ini sedang mengigau. Tetapi hal itu ia urungkan kala menyaksikan sendiri bagaimana Kanao mengusap rambut orang tua renta itu dengan penuh kasih sayang.

"Psstt... Kenapa anak itu terus memanggil nenek buyut kita seperti itu?" bisik Fiashi pada sang adik yang kini menggelengkan kepala bingung.

Kanao mengusap buliran air yang tak kunjung berhenti, ia tersenyum. "Sayangku... Aku senang kau dapat terus hidup hingga saat ini... Berapa generasi yang telah kau lewati untuk menungguku kembali? Maafkan kaa-san... Kami... Kami tidak kembali sesuai janji, aku dan tou-sanmu tidak menepati janji... Maafkan kami... Kami sungguh minta maaf..."

Takuri menggeleng. "Tidak... Kaa-san... Terimakasih telah kembali, kaa-san selalu cantik... Aku senang bisa menatap kaa-san lagi..."

Suara yang sangat pelan dan sedikit bergetar karena umur itu sangat berbeda dengan suara halus kecil yang dulu Kanao ingat, itu menunjukkan sudah berapa banyak waktu dan umur yang tergerus. Kanao mengusap tangan Takuri dengan lembut.

Jauh di lubuk hati Kanao tidak terima takdir seperti ini, ia melewatkan banyak waktu mengenai pertumbuhan putri serta putranya. Ah, Kanao jadi teringat si bungsu Reita. Apa putranya masih hidup?

"Takuri... Aku tidak akan meninggalkanmu lagi kali ini, aku tidak peduli dengan perang yang akan datang lagi... Aku... Akan berada di sampingmu menggantikan waktuku yang hilang... Aku... Aku tidak akan meninggalkan putriku untuk yang kedua kalinya..." Ucap Kanao lembut, menatap putrinya dengan penuh kasih sayang.

Takuri terus merasakan bagaimana belaian sang ibu yang sudah lama tak pernah ia rasakan lagi, ini bagaikan mimpi, bertemu kembali dengan sang ibu.

Tak terasa air mata Takuri jatuh, ia mulai menangis mengingat selama perjalanan hidupnya yang sangat susah dan menakutkan. Melihat hal itu, Kanao segera memeluk sang anak erat. Tangis Takuri pecah seketika.

Pengulangan | KNYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang