10

971 101 51
                                    

Yoo minnaa~~~
Saya balik~~
Tanpa bicara panjang lebar,
Silahkan klik vote dan membacanya...^^
Sekian, selamat membaca~









~HappyReading~
~JanganLupaFollowAkunSaya~













"Hah, baiklah, aku akan kembali tidur. Kau makan ini," Giyuu memberikan makanan pada sang Gagak, lalu kembali ke tempat tidurnya.

"Kochou, aku akan selalu menunggu..." lirihnya dan kembali terbuai oleh alam mimpi, mengistirahatkan tubuh lelahnya.

.
.
.

Cklek.

Muichirou langsung berbaring di kasurnya saat masuk, sedangkan Yuichirou menggelengkan kepala di dekat pintu.

"Kau ini, pelan-pelan! Bagaimana jika tulang rusukmu semakin parah," tegur sang Kakak, Muichirou menghela nafas. Benar juga, dia ada luka dalam.

Muichirou mengeluarkan kantung kecil pemberian Giyuu, di sana terdapat beberapa kacang emas dan juga obat herbal.

Obat yang biasa Shinobu berikan waktu dulu padanya ketika patah tulang, sepertinya Giyuu bisa membuat ramuan yang satu itu. Saking seringnya dia patah tulang dulu, Shinobu sampai memberi tahu pria itu resepnya.

"Itu pemberian Tomioka sensei 'kan?" Muichirou menatap sang Kakak yang sudah ada di hadapannya, "Wah, itu obat herbal?" tanyanya lagi, Muichirou mengangguk.

"Kak, bisa tolong ambilkan air dan gelas?" tanpa banyak bicara Yuichirou segera mengambilkan apa yang di inginkan sang adik, "Terimakasih."

Muichirou menerima airnya dan segera memindahkan serbuk dari bungkus kertas ke gelas lalu menyeduhnya dengan air. Terlihat gelas itu kini berisi ramuan pekat berwarna hijau.

"Aku sangat membenci ramuan ini," desis Muichirou sebelum menenggak habis ramuan itu, Yuichirou bergidik, dari yang dia lihat ramuan itu sudah pasti sangat pahit.

"Mui, apa rasanya sangat buruk?" Muichirou menatap datar sang kembaran, "Ya, ini bahkan lebih pahit dari obat dokter," jawabnya, Yuichirou meneguk ludah.

"Tetapi, luka ini akan segera sembuh. Aku tidur duluan ya Kak," Yuichirou mengangguk dan tak lama dengkuran halus sang adik terdengar, anak itu tersenyum.

Yuichirou simpan nampan berisi gelas itu di atas nakas, ia bisa mengembalikannya ke dapur besok, sebelum naik ke atas ranjangnya sendiri Yuichirou menyempatkan mengelus kepala sang adik.

"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, tetapi, aku hanya merasa kau akan menempati takdir sulit nantinya. Semangat, kau masih punya diriku di sisimu." bisiknya pelan dan pergi ke tempat tidurnya sendiri.

.

"Cepat masuk dan tidur," Mitsuri menatap prianya kesal,."Hah... Sampai kapan kau mau menatapku seperti itu, hmm..." lembut Obanai pada pacar cantiknya yang sedang kesal.

"Ya kau sih! Kenapa tadi malah langsung pulang?! Aku kan masih ingin melihat penari jalanan itu!" rajuk Mitsuri, mereka tadi memang sempat jalan-jalan sekalian jalan pulang dari sekolah.

"Ini sudah hampir malam, kita baru saja berkemah dan kau juga baru sembuh. Aku tidak ingin dirimu terkena angin malam, dan yang kudengar sekarang di sekitar sini sedang rawan pembunuh." Obanai menjelaskan panjang lebar pada pacar bebalnya, Mitsuri terdiam.

Benar juga, sekarang sedang sangat rawan di sekitar sini. Dari matahari terbenam sampai pagi selalu ada korban jika ada orang yang keluar malam-malam.

Pengulangan | KNYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang