Chapter 25

13 1 0
                                    

Pagi itu, hal yang ditakutkan terjadi. matanya bengkak karna semalaman menangis, ia pasti ditanya sebab dan akibatnya oleh kakaknya itu. Viona berdecak kesal mengingat wajahnya yang kini makin berantakan, belum lagi hati dan fikirannya yang sudah tak tergambarkan lagi.

"Good morninggg.. ayo cepetan bangun sekolah" ucap Nathan sambil membuka pintu kamar Viona. kebiasaan itu sering ia lakukan, padahal sebenarnya Viona selalu marah jika Nathan main asal masuk ke kamarnya.

"Udah bangun" ucap Viona sambil berbicara membelakangi kakaknya itu yang masih berdiri diambang pintu.

"Lo kemarin pulang jam berapa habis dari rumah si Irvan?"

"Delapan"

"Tumben masih siangan, gak main dulu lo sama pacar?"

"Gue gak punya pacar." tegas Viona sambil membalikan badannya.

Nathan yang melihatnya sedikit kaget, mengapa wajah adiknya berbeda dari biasanya. ia dekati tubuh mungil itu untuk menanyakan apa yang terjadi. namun, belum sempat bertanya, Viona sudah mengadahkan tangannya sebelah diikuti jari telunjuk yang mengarah kepada Nathan yang mengisyaratkan untuk berhenti dan tidak bertanya.

"Mata lo kenapa itu bengkak gitu? abis nangis?"

"Diem, gue gak mau bahas"

"Yaudah oke, tapi lo gapapa kan? lagi ada masalah apa emangnya?"

"Gapapa. udah sana keluar, gue mau siap-siap ke sekolah."

"Yaudah, gue tunggu di meja makan"

Tidak ada jawaban lagi dari keduanya, Viona langsung masuk kamar mandi untuk melanjutkan aktivitas seperti biasanya. sedangkan Nathan keluar kamar dengan hati yang sedikit tidak tenang. ia yakin bahwa adiknya itu sudah menangis hingga tertidur semalam. apa penyebabnya? baru saja kemarin dia merasa adiknya bahagia, lalu.. kesedihan apa lagi yang terjadi kali ini?

Di meja makan pun, Viona tidak banyak berbicara, begitu pula dengan Nathan. Viona tahu jika kakaknya itu pasti memiliki banyak pertanyaan. namun, ia tak berani menanyakannya. 

"Gue udah putus sama si Vanno." ucap Viona yang membuka percakapan ditengah keheningan mereka sejak tadi.

"Serius? baru aja jadian kan kalian tuh?"

"Iya, semalem gue liat dia jalan sama cewek lain, gue panggil dia tapi malah ditingal."

"Serius lo? wah gila tu bocah berani main-main sama lo! awas aja nanti kalo muncul gue abisin dia" Nathan yang sejak tadi santai menjadi terbawa emosi.

"Udah gapapa, males gue berurusan sama dia lagi."

***

Setibanya disekolah, Viona sengaja menukar tempat duduknya dengan teman yang ada disebelah kirinya. ia sengaja lakukan itu karana malas berurusan lagi dengan Vanno.

Saat Vanno tiba diambang pintu kelas, atensinya langsung ia arahkan untuk mencari Viona. sadar bahwa posisi duduknya sudah berubah, ia langsung menghampiri Viona yang sedang melamun didekat jendela sambil mendengarkan lagu melalui earphone. dengan sangat hati-hati, Vanno sentuh pundak gadis itu. Viona yang tersadar dari lamunannya hanya menoleh ke belakang, lalu memalingkan lagi pandangannya ketempat semula.

"Kita harus ngomong vi.."

"Ada yang mau gue jelasin soal kemarin vi"

"Yang lo liat ga kayak yang lo kira"

Ucap vanno yang tiba-tiba menundukan tubuhnya sejajar dengan meja, tak lupa ia pegang tangan Viona dengan lembut, namun Viona segera melepaskan pegangan itu. dan langsung melepaskan earphone yang sejak tad iterpasang ditelinganya.

"Gak ada yang perlu dijelasin lagi. kemarin semuanya udah jelas." ungkap Viona dengan nada datarnya.

"Engga Vi, itu semua gak kaya yang lo pikirin"

"Udah emang seharusnya kita putus, lo sama gue emang gak cocok. lo pantes dapet yang lebih baik. udah ya gausah ganggu gue lagi"

"T-tapi Vi.. izinin gue ngasih penjelasan dulu"

"Gue gak butuh penjelasan lo, kita udah putus, udah itu aja. jangan ganggu gue lagi"

"Tapi kita masih bisa tetep temenan kan..?" ucap Vanno dengan polosnya.

"Gak tau"

Setelah Viona mengatakan itu, ia langsung pergi meninggalkan kelas. padahal, jam pelajran pertama sudah akan mulai. tak peduli namanya sudah dipanggil beberapa kali dari tadi oleh Vanno, yang ia pikirkan hanya ngin mencari ketenangan.

Ia arahkan langkahnya menuju tempar favoritnya dahulu saat sedang dilanda masalah, Rooftop. tempat yang tidak banyak dijajaki oleh siapapun karna sangat tidak terawat, padahal itu adalah tempat paling nyaman bagi Viona karna selain bisa melihat pemandangan yang indah, ia bisa menangis sesukanya karna tidak akan ada yang melihat.

Meskipun ia sudah katakan bahwa tidak apa-apa, namun hati terdalamnya amat terluka. mengingat kejadian semalam, menjadikanya malas untuk berurusan dengan laki-laki lagi. baru saja ia membuka hati lagi untuk lak-laki, namun dengan ending yang sama, ia harus merasakan kembali rasa kekecewaan itu.

"Apa ini karma karna nolak lo ya Van.." 

***

Hari-hari berlalu begitu cepat, Viona yang kini mulai acuh tak acuh dengan Vanno semakin kentara terlihat, jangankan untuk menjadi temannya kembali, ngobrol pun hanya sebatas menjawab 'iya' atau 'tidak' saja. Viona yang tidak terlalu banyak memiliki teman pun selalu terlihat sendirian, Irvan yang kini mulai sibuk denan persiapan ujian sekolah dan ujian masuk universitas menjadi jarang main bersama Viona, mereka biasanya hanya bertemu dijam istirahat saja,

Irvan mengira hubungan Viona dan Vanno masih baik-baik saja,  makanya ia mengurangi intensitas untuk bertemu dengan Viona karna takut Viona akan risih dengannya. Padahal, Viona yang paling senang jika hubungannya sudah berakhir dan mungkin akan bisa dekat kembali seperti dahulu dengan Irvan.

"Nanti abis pulang mau kemana?"

"Gue ada les tambahan Vi, kenapa emangnya?"

"Oh.. gapapa"

"kenapa? lo mau kemana emangnya?"

"Udah lama banget gak sih kita gak makan eskrim sore-sore ditaman"

"Cie... lo kangen gue ya haha"

"Gak sih, gue kangen suasananya aja"

"Kan bisa sama pacar lo"

"Kalo ada, ngapain gue ngajak lo"

"Lah.. terus si Vanno kemana?"

"Tau dah males gue bahas dia, kita udah putus dari lama"

"Kok gue gatau? dari kapan"

"Lo gak nanya"

"Dari kapan Vionaa..?"

"Pas gue pulang ngejenguk lo pas sakit"

"Buset udah lama bener, dan gue baru tau sekarang?"

"Ya lo nya sibuk mulu"

"I-iya sih.. tapi kan lo bisa ngasih tau gue Vi"

"Udah lah gak penting, jadi mau kagak nih sore?"

"Besok deh, gue besok free"

"Yaudah."

Siang itu mereka bubar menuju kelas masing-masing. Viona dengan moodnya yang kini sedikit membaik, berjalan santai dengan Irvan yang terus mengusilinya. masa-masa dimana ia ditemani Irvan, baik dalam keadaan susah maupun senang, ia benar-benar merindukan moment itu. Ia ingin habiskan masa-masa dimana ia masih bertemu dengan Irvan sebelum akhirnya akan sibuk dengan kuliahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VIONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang