Chapter 10.

135 9 0
                                    

Seminggu kemudian...

Bel pulang sekolah sudah terdengar di telinga para murid, dengan semangat 45 mereka langsung meninggalkan kelas satu persatu dengan ekspresi bahagia. Tidak dengan Viona, dia biasa-biasa saja.

Irvan sudah stand by di depan kelas Viona sambil bermain game, ketika murid-murid keluar dari kelas Viona, mendadak Irvan di gerumuni para wanita yang menyukainya. Entah bagaimana caranya dia keluar dari sekumpulan 'Irvanovers'. Ketika melihat ke belakang,Irvan melihat celah yang lumayan agak besar, dengan cepat ia langsung keluar dan memasuki kelas Viona lalu menutup pintu dengan rapat-rapat. Ia melihat Viona yang tengah duduk sambil menundukan kepalanya. Irvan berfikir bahwa Viona itu tidur dikelas. Irvan mulai mendekati meja Viona dan duduk di hadapan Viona.

"Vio" panggilan pertama untuk Viona,namun Viona tak mendongkakan kepalanya.

"Vio"panggilan kedua pun masih tetap sama.

"Vio lo ti-" Viona mulai mendongkakan kepala nya dan terlihatlah wajah Viona yang begitu pucat serta hidung mancung nya yang memerah.

"Vi lo-lo kenapa? Sakit ya? Udah yu kerumah sakit gue anterin. Gue takut lo kenapa-napa" sahut Irvan dengan raut wajah khawatirnya.

"Ngapain lo peduli sama gue?"

Diam

Diam

Diam

"Eng-engga penting ayok gue anter ke rumah sakit buruan loh itu ih aduhh.." cerocos Irvan yang memalingkan pembicaraan agar tak ketahuan Viona bahwa dia sangat khawatir pada orang yang ia sukai.

"Ga perlu. Anter ke taman aja"

"Ehh lo itu aneh ya, orang sakit mah bawanya ke rumah sakit bukan ke taman" cerocos Irvan yang seperti Saykoji saja 'ngerap'.

"Yaudah jangan deket-deket gue lagi"

"Ehh jangan gitu dong Vi lo mah ah gitu.." bujuk Irvan pada Viona yang sangat takut pada Viona,karna ketika berurusan dengan Viona,apa-apa selalu terjadi.

"Yaudah ayo lah ke taman" ucap Irvan lalu beranjak dari duduk nya dan berjalan bersisian dengan Viona menuju parkiran.

*

"Vio" ucap Irvan yang dari tadi hanya diam saja, begitu pun Viona. Mereka sudah sampai di taman dari tadi.

"Hm"

"Hehe kamaren gue liat foto-foto lo yang di nakas ruang tamu, yang sama abang lo itu"

"Hm"

"Gue juga liat ada foto satu keluarga, apa itu keluarga lo?"

Deg..

"Emang kenapa?" tanya dingin Viona yang perasaan nya mulai tak karuan jika ada yang mengingat keluarga nya.

"Engga sih, gue belom pernah liat aja pas ke rumah lo" jawab santai Irvan.

"Mereka udah pisah" ucap Viona dengan nada rendah, terdengar seperti lirihan. Namun Viona berusaha agar tak terbayang kembali kisah masa lalu nya.

"H-Hah udah pisah? Sejak kapan Vi? Duh sory ya gue gatau" celetuk Irvan yang membuat Viona menundukan kepalanya.

"Pas gue masuk SD"

"Ohh gitu.. Maaf ya Vi gue gatau banget sumpah, gue gak bermaksud buat ngingetin lo apala-"

"Gausah bahas"

"Yaudah Vi, pulang yu ntar abang lo nyariin lo lagi"

"Hm"

Ya begitulah Viona,kadang dingin,cuek,masabodo,gapedulian,ketus,jutek, tapi dibalik semua itu Viona mempunyai perasaan Rapuh yang amat dalam.

*

"Thanks lo selalu ngebantu gue" ucap Viona yang baru saja sampai di halaman rumah nya. Walaupun nada nya dingin tapi niat Viona ingin mengucapkan terimakasih.

"Selow aja, oiya ntar malem ada acara ga?"

"Ga ada. Kenapa?"

"Gue mau ngajak lo jalan hehe bisa ga?" tanya Irvan yang meyakinkan Viona.

"Bisa"

"Oke tar malem gue jemput jam 7 Vi"

"Oke,gue masuk"

"Gue juga mau balik" ucap Irvan lalu memasang helm fullface lalu meninggalkan halaman rumah Viona.

Viona memasuki rumahnya dan Nathan sudah stand by di depan TV untuk menonton kartun,sudah tak aneh bagi Viona.

"Ehh adek gue udah pulang,baru balik lo?" tanya Nathan sambil mengacak pelan rambut Viona, tak lupa juga Viona menyalimi tangan kakanya.

"Iye bang"

"Tar malem gue mau ngajak lo makan malem di luar"

"Gue di ajak jalan sama si Irvan"

"Yahh gue keduluan mulu nih sekarang.. Hmm tapi gapapa lah lain kali aja"

"Gue batalin aja sama dia"

"Ehh gausah lo jalan aja sama dia, tenang Vi dia juga ganteng ko jadi gabakalan malu laa jalan sama dia eh tapi gantengan gue sih" cerocos Nathan diserati cengiran khasnya dan tangannya yang menyisir rambut nya itu.

"Yaudah,gue mau istirahat dulu" ujar Viona sambi lberjalan menuju anak tangga.

"Jangan lupa mandi lo biar punya doi"

"Emang lo punya?" tanya Viona ketika berada di tengah anak tangga dan memalingkan wajahnya menatap Nathan.

"Eng-engga sih tapi gebetan banyak hehe"

"Najis" cibir Viona lalu meneruskan langkah nya menuju kamar.

Viona melemparkan tubuhnya ke kasur, entah angin dari mana,ia jadi selalu teringat Irvan. Padahal dia bukan siapa-siapa Viona,cuma sekedar sahabat. Ia jadi teringat ketika pertama kali kenalan,menonjoknya ketika berkelahi, memeluk nya ketika dia sedang dilanda emosi,membawanya ke UKS,dan selalu mengantarnya pulang. Dan yaa satu lagi,Viona terkadang gugup dan detak jantungnya tidak terkontrol jika di dekat Irvan. Apakah ini yang dinamakan cinta? Entahlah.

Jam sudah menunjukan pukul 18:50, yang artinya sepuluh menit lagi Irvan akan sampai Di rumah Viona. Viona sudah siap dengan jeans putih dengan sweater biru langit dan rambut di ikat seperti buntut kuda. Viona tidak suka dandan seperti anak remaja diluaran sana, ia paling hanya merias wajahnya dengan bedak baby dan liptint saja.

Tid..Tid..Tid..

Suara klakson sudah terdengar berarti Irvan sudah sampai di halaman rumah Viona. Viona mulai menuruni anak dan melihat Nathan sedang berjalan menuju pintu.

"Noh degem lo udah ngejemput"

"Sahabat"

"Apa aja lah. Ohiya jangan pulang terlalu malem ya lo" ujar Nathan lalu mengacak rambut Viona yang sudah rapih itu.

"Anjir gue beresin susah-susah"

"Iye dah tauu yang punya gebetan mah bedaa" celetuk Nathan yang membuat Irvan dan Viona tertawa kecil.

"Bang gue pinjem adek lo ya" teriak Irvan agar Nathan bisa mendengarnya

"Awas lo ngapa-ngapain adek gue"

"Siap dah"

Lalu Viona pun menaiki motor Irvan dan melesat pergi meninggalkan rumah Viona, tujuan Irvan saat ini adalah taman kota yang saat akhir-akhir ini ramai karna ada pentas seni untuk sumbangan dana.

**

VIONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang