Chapter 4.

173 12 0
                                    

***

Pikiran Viona melayang kemana-mana,entah sudah berapa bulir air mata yang ia jatuhkan karna mengingat keluarga kecilnya yang kini telah hancur,

Flashback On

"Vionaa!! Sini kamu ikutnya sama mama! Laki-laki itu sungguh tidak tahu diri" bentak Difa selaku Mama nya Viona membuat anak itu tidak hentinya menangis

"Tapi Vio pengen sama papa mahh.. Hikss..hikss" lirih anak yg berusia 5 tahun itu,

"Jangan susah di atur kamu, Heh kamu lelaki brengsek pokonya mulai saat ini kamu tidak boleh lagi datang kehadapanku dan anak-anaku lagi!! Pergi sana dengan wanita yang engkau gauli di belakangku!!" teriak Difa yang berusaha menahan Tangis.

"Baiklah jika itu maumu, jangan ada lagi Hubungan di antara kita! Saya sudah mengurus perceraiannya!" balas Anwar yang sudah meledak emosinya.

"Papaaaa.." teriak anak kecil itu lalu menghampiri Papa-nya dan memeluknya.

"Iya sayang,kamu harus jadi anak yang baik ya,suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi,jika kamu disakiti oleh Mama mu bilang saja sama Papa ya nak,papa harus pergi sekarang" ucap Laki paruh baya itu lalu meninggalkan Viona kecil yang masih menangis semakin menjadi.

Flashback Off

Viona melempar barang apa saja yang ada didekatnya, rasa frustasi itu seakan tidak pernah hilang dalam dirinya, dia teringat kembali kekecewaan apa yang sampai saat ini membuatnya begitu menjadi nakal.

"BANGSATT ARRGHH!!" Viona kembali menonjokan tangannya pada sebuah dinding berulang kali hingga membuat tangannya menjadi sedikit berdarah, sakit? Pasti. Namun lebih sakit ditinggalkan oleh seseorang yang kita sayang.

"VIO LO SADAR GA SIH?" teriak seseorang yang baru saja menghampirinya. dengan tatapan marah,Irvan pun memeluk Viona kencang agar dia merasa tenang dan tidak lagi melakukan hal nekad itu.

"Lepasin gue Van!" Viona berontak, emosinya makin menjadi karna banyangan masa lalu selalu menghantuinya.

"Gue gabakal lepasin lo! Gak gini juga lo kalo lampiasin emosi lo" ucap Irvan yang berusaha menenangkan Viona.

"Kenapa harus gue yang jadi korbannya Van, kenapaa!!" lirih Viona yang tangis nya sudah pecah di pelukan Irvan.

"Iya gue ngerti tapi lo sekarang tenang ya, gue ada disini bakalan nemenin lo"

"Cerita aja, gue bakalan denger ko"
Timbal Irvan yang ingin tau kenapa dan ada sebenarnya dengan Viona. Viona langsung melepaskan pelukan Irvan dan duduk kembali di sofa.

"Gue ga bisa cerita" Viona menatap kedepan dengan tatapan kosongnya itu, ia berusaha untuk tidak terlihat rapuh.

"Okee gue bakal kasih waktu, lo kalo ada masalah ngomong ke gue aja, gue siap jadi sahabat lo"

Sahabat? Mungkin kini mereka hanya sebatas sahabat, ntah bagaimana jawaban Viona dengan hal yang Irvan ucapkan tadi.

"Sahabat?" tiba-tiba Viona mengangkat kepalanya memandang Irvan yang tersenyum kepada nya "iya, lo mau kan jadi sahabat gue?"

"Asal lo baik aja"

Irvan terlekeh mendengar jawaban Viona itu. "Lo itu senga,dingin tapi ternyata lucu juga ya"

"Lo aja belom tau siapa gue yang sebenernya"

Akhirnya Irvan dan Viona kembali ke kelas nya masing-masing karna takut nanti jika ada yang melihat mereka berdua,gosip akan bertebaran dimana-mana. Karna satu masalah kecil saja bisa tersebar luas di seluruh SMA Nusa Bangsa.

***

VIONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang