Chapter 11.

126 7 3
                                    

Viona dan Irvan sudah sampai di sebuah cafe yang cukup terkenal, banyak sekali anak remaja lainnya yang datang ke cafe tersebut. Suasana yang cukup ramai ditambah alunan lagu Ed Sheeran - Perfect membuat suasana semakin harmonis.

"Pesen apaan Vi?" tanya Irvan yang baru saja memanggil pelayan.

"Eskrim coklat aja"

"Saya cappucino mas"

"Baiklah tunggu lima menit ya,permisi" ujar pelayan tadi yang tersenyum dengan ramah.

"Vio" ucap Irvan yang menatap Viona dengan datar, apakah ia harus menyatakan perasaan nya sekarang ataukan nanti?

"Hm" jawab Viona yang sibuk dengan ponselnya.

"Gue mau ngomong"

"Ngomong aja"

Irvan gugup,jika Ia harus menyatakan perasaan nya saat ini pada Viona. Ia takut jika Viona menolaknya dan menjauhinya,karna untuk mendekati Viona kembali tidaklah mudah.

"Sebenernya gue su-"

"Ini pesanannya mas, selamat menikmati" ucap pelayan itu yang menghentikan ucapan Irvan.

"Mau ngomong apaan?"

"Tapi lo janji ya jangan marah kalo gue udah beres ngomong"

"Hm"

"Gue suka sama lo" ucap Irvan dengan lancar meskipun hatinya ragu. Irvan yakin Viona akan menolaknya, tapi dia takut jika nanti Viona akan menjauhinnya gara-gara menghancurkan persahabatannya.

Ucapan Irvan sukses membuat Viona menghentikan kegiatan makan eskrim nya dan menoleh menghadap Irvan. Dua pasang mata itu bertemu dengan tatapan intens,kenapa Irvan berbicara seperti itu. Viona menyentritkan dahinya bertanda dia bertanya.

"O-oke gue bisa jelasin, sebenernya gue suka sama lo pas pertama gue kenal lo. Entah kenapa gue ngerasa lo itu beda dari yang lain. lebay emang,tapi itu menurut kata hati gue, gue juga gatau kenapa tiap deket lo gue ngerasa gugup, tapi makin lama gue kenal lo gue mulai suka sama lo,gue mulai sayang sama lo" jelas Irvan yang hanya membuat Viona terdiam, dia bingung harus menjawab apa. Apakah harus menerima Irvan apakah menolaknya?.

Irvan menarik tangan mulus Viona dan menatap Viona dengan harapan Viona akan menerimanya.

"Will you be my girlfriend?" ucap Irvan yang membuat Jantung Viona sudah berdegup kencang sedari tadi ketika ia mengatakan bahwa Irvan menyukainya.

"Sory Van, gue gabisa"Viona melepaskan genggaman tangan hangat Irvan, ia yakin keputusan nya itu benar. Saat ini Viona hanya ingin berstatus sahabat dengannya, bukan pacaran.

Gue gabisa..

Gue gabisa..

"Oke gapapa tapi kita masi jadi sahabat kan" tanya Irvan yang meyakinkan Viona dan hanya dibalas anggukan olehnya.

Suasana semakin canggung, Viona hanya diam saja sedari tadi begitu pun dengan Irvan.

"Pulang ga?" kini Viona membuka mulutnya walaupun hanya sekedar mengajak pulang tapi dia masi ingin menikmati suasana malam.

"Ayo,lo keluar duluan aja gue mau bayar dulu" jawaban Irvan hanya dibalas anggukan oleh Viona.

*

"Makasih Vi buat malem ini hehe" ucap Irvan yang baru saja sampai di halaman depan rumah Viona.

"Ya,gue masuk"

"Gue pulang ya,oiya besok lo berangkat sama gue aja ntar gue jemput"

Tanpa basa-basi lagi Irvan langsung menghidupkan kembali motornya dan melesat pergi meningalkan rumah Viona.

Viona mulai membuka pintu rumah,seperti Nathan sudah tidur atau sedang menyelesaikan tugas kuliahnya. Ia mulai menaiki anak tangga dengan kecepatan sedang, entah kenapa ia jadi teringat kejadian yang berlangsung tadi.

"Gue suka sama lo"

Bayangan suara Irvan masi terdengar jelas di pikiran nya, semoga saja Viona tidak mengambil keputusan yang salah dengan menolak Irvan.

Setelah mengganti pakaian nya dan mencuci muka,Viona merebahkan tubuhnya diatas kasur. Ia jadi teringat kenangan masa lalunya. bukan bersama orang tua nya, melainkan bersama sosok lelaki yang dulu pernah mengatakan hal yang sama seperti Irvan tadi..

"Vi, gue suka sama lo" ucap laki-laki itu yang menatap Viona dan menggenggam tangan mungil Viona.

"Eh apa gue ga denger"

"Gue suka sama lo Viona Salshabila.."

"Hmm.. Gue juga" jawab Viona dengan nada yang kecil dan mungkin tak terdengar oleh lelaki itu.

"Jadian dong?" ujar lelaki itu yang sepertinya bahagia mendengar respon dari Viona walaupun nada suara nya kecil.

"Ha-hah? Lo denger gue ngomong apa?"

"Iya lah.. Jadi gimana nih?"

"Gimana apanyaa?"

"Lo itu ya Vi, selain cuek,lemot juga haha" tawa lelaki itu pecah karna tak kuat melihat ekspresi Viona yang mulai Blushing itu.

"Ih lo mah"

"Will you be my girlfriend Viona Salsabila?"

"Yes, I will" jawab Viona dengan gugup nya.

"Huuhhh gue akhirnya bisa dapetin lo jugaa Haha thanks Vi lo bikin gue bahagia banget pokonya hari ini" jelas lelaki itu yang ternyata sedari tadi merekam pembicaraan Viona dengan nya. Yang jelas lelaki itu terlihat sangat bahagia,tapi bukan bahagia karna sudah menjadi pacar Viona.

"Lo ngapain ngerekam percakapan kita?" tanya Viona karna penasaran.

"Sengaja gue rekam supaya musuh gue tau kalo gue udah dapetin lo, karna kalo gue udah dapetin lo,gue bisa dapetin uang satu milyar dari musuh-musuh gue dan juga saham perusahaan milik bokapnya mereka" jelas panjang lelaki itu yang membuat mata Viona menjadi berkaca-kaca, ia tak menyangka bahwa lelaki yang ia sukai akan setega ini padanya, Viona tak habis fikir kenapa ia menyukai lelaki yang sama sekali tak menyukainya.

"Ja-jadi lo jadiin gue bahan taruhan.." lirih Viona karna tak menyangka ia akan mengalami hal seburuk ini.

"Yap, dan lo sekarang udah tau, haha thanks banget Viona.. Semoga cepet move on dari gue ya" tawa lelaki itu masi belum berhenti hingga ia keluar dari cafe tang biasa mereka kunjungi.

"KENAPA HARUS GUE LAGIII" teriak Viona yang baru saja sadar dari mimpi buruknya. Entah mengapa ia jadi memimpikan saat ia di tembak oleh orang yang ia sukai namun ia hanya di jadikan bahan taruhannya. Tak lama kemudian Viona melanjutkan tidurnya, semoga saja dia tak lagi memimpikan masa lalu nya itu.

**

VIONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang