Chapter 8.

134 9 0
                                    


Hari ini hari minggu, hari dimana para remaja menghabiskan waktunya untuk tidur,bermain game,atau main. Lain dengan Viona, ia lebih memilih untuk jogging di pagi hari ini,karna tak ada teman Viona pun mengajak Nathan.

"Jogging yo" ajakan Viona berhasil menghentikan aktivitas Nathan sebentar,apalagi kalau bukan menonton kartun Spongebob di pagi hari. Sudah tua namun tontonan nya masi kartun.

"Tumben, tapi.. Ayo lah gue juga bosen nih" jawab Nathan yang langsung beranjak dari Sofa dan mengacak rambut Viona pelan lalu pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaian.

"Hm"

Nathan sudah siap dengan celana selutut dan baju kaos putih serta air minum untuk nya dan juga Viona jika nanti haus di jalan.

Sepanjang jalan mereka hanya diam, Viona rehat sejenak karna kaki nya sudah terasa pegal, Viona dan Nathan duduk di sebuah bangku putih. Pandangan Viona tertuju pada satu keluarga yang sedang bahagia, ia melihat seorang laki-laki yang sedang mengajari anak nya berjalan.sedangkan wanita itu mengabadikan moment tersebut dengan kamera digital nya. Entah mengapa dada Viona terasa sesak setelah melihat kejadian tersebut, ia jadi mengingat saat-saat bersama papanya, bahkan saat ini Viona tidak tahu papanya ada dimana. Nathan mengalihkan pandangannya ke arah Viona lalu melihat apa yang Viona lihat, Nathan mengerti,tak seharusnya Viona melihat kejadian tersebut yang membuat Viona semakin mengingat masa lalunya. Dengan kuat Viona menahan agar air matanya tak jatuh di hadapan Nathan, namun usaha itu sia-sia, benih air mata terjatuh berkali-kali. Viona langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan berusaha agar isakan nya tidak terdengar, namun disaat itu pula Nathan menarik tubuh mungil Viona agar berada dalam pelukannya dan menumpahkan seluruh kekesalan,kebencian, kekecewaan,dan kesedihan dalam pelukannya Nathan lewat menangis. Nathan selalu ada ketika Viona membutuhkannya disaat sedih seperti ini.

"Bangg.." suara Viona mulai terdengar, sepertinya ia mulai berhenti menangis dan perlahan mendongkakan wajah yang sudah memerah itu.

"Iya Vi" ucap Nathan yang menyusut sedikit air mata Viona yang masih tersisa di pipinya. Wajah yang terlihat banyak kesedihanan namun tertutupi oleh wajah yang dingin dan jutek.

"Lo ga bakal ninggalin gue kan?sama hal nya papa yang ninggalin gue"lirih Viona dengan suara serak karna dari tadi terus menangis.

"Iya Vi gue ga akan ninggalin lo,gue bakalan ngejaga lo bahkan sampe lo udah nikah nanti"

"Gue salah ga sih kalo gue terus-terusan ngerasa sedih ditinggalin papa,ngerasa di dunia ini kalo gue yang paling terpuruk"

"Lo boleh aja sedih karna lo ditinggalin cinta sejati lo,tapi lo harus mikir juga. Apa disana papa ngerinduin lo? Sedangkan disini lo mati-matian kangen sama dia. Dan lo juga jangan berfikir kalo lo orang yang paling terpuruk di dunia ini, dunia ini luas Vi gacuma lo aja yang ngerasa terpuruk dan hancur pas udah ditinggalin papa, masi banyak mereka di luaran sana yang udah gapunya orang tua, bahkan ada yang membuang anak-anak nya ke tempat yang gak layak, dan meskipun sekarang Mama masih ada dan jarang ketemu kita, lo harus bersyukur karna masih bisa ngeliat wajah Mama yang keliatan tegar padahal lebih sedih dari lo" jelas Nathan yang berusaha menenangkan Viona. Viona sejak tadi hanya diam,mencerna kata-kata yang baru saja terlontar dari bibirnya Nathan, ada benarnya juga Nathan berbicara seperti itu, Viona tak seharusnya sedih terlalu dalam. Ia harus bangkit dari keterpurukannya selama ini dan memulai hidupnya dari awal lagi.

Viona pun akhirnya memutuskan untuk pulang karna jam di pergelangan tangan nya sudah menunjukan pukul setengah sembilan pagi, di perjalanan Viona tidak berbicara sedikit kata pun, entah dia kenapa yang jelas Nathan hanya memandangnya sekilas dan pandangan nya fokus ke depan agar tak tersandung lagi, ya memang Nathan jika jogging suka tidak lihat-lihat yang nantinya dia tersandung batu kecil dan jatuh di hadapan banyak orang. 'Memalukan'

**

VIONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang