Chapter 19.

72 1 0
                                    

**

"VIOOOOO" teriak Karin yang menggelegar di sepanjang koridor rumah sakit.

"Paan?" Sahutnya dengan nada datar.

"Lo gapapa kan? Duhh sory ya gue semalem gabisa jenguk lo aduhh gue banyak kerjaan rumah"

"Gapapa" ucap nya santai sambil berjalan meneruskan langkahnya menuju taman.

Setelah berada di sekitar taman, mereka mencari tempat duduk.

"Vi sebenernya lo kenapa sih waktu itu" Karin duduk di sebelah Viona dan di sertai Irvan di sampingnya.

"Yang mana?" ujarnya.

"Yang waktu itu lo maen ke rumah gue".

Tiba tiba Viona jadi terdiam,ia mengingat lagi kenangan pahitnya itu.kenangan yang membuatnya lagi mengingat segalanya di masa lalu. Dulu, ia tak pernah memperkenalkan adiknya pada Viona.
Hingga saat ini ia mengetahui yang sebenarnya. Sakit memang tapi ya ini sudah terjadi..

Satu tahun kemudian..

Sinar matahari menyapa Viona yang masih di kamar nya. Hari ini Viona sudah duduk di kelas XI. Dan Irvan sudah kelas XII. Tak terasa mungkin hanya beberapa bulan lagi Irvan mengikuti UN. Akhir-akhir ini Viona sudah mulai berubah untuk tidak terlalu senga,tapi ya kadang masih singkat kalo ngejawab pertanyaan orang. Kedekatannya dengan Irvan sudah mulai terlihat. Sering diantarkan sekolah,makan bareng,main bareng,bahkan disaat Viona sakit pun Irvan selalu ada.

"Vi cepet doi udah nyamper lo tuh"

"Bentar gue sarapan belom beres bang" Viona mempercepat mengunyah nasi goreng nya agar cepat habis dan agar tidak lagi mendengar ocehan kaka nya menyurunya untuk segera berangkat ke sekolah.

"Gue brangkat bang, kalo pulang sore,gue ada les tambahan"

"Les apa maen nih"

"Serah lo ah gue sekolah ya bayy"

"Kaka ipar brangkat dolo ya,tenang gue jagain lah adek lu" sahut Irvan kemudian melajukan motornya dengan cepat.

**

Setelah melewati gerbang sekolah, Irvan langsung memarkirkan rapi motor besarnya itu. Dan menghampiri Viona yang masih menunggunya beberapa saat.

"Yok kita ke kelas. Kelas kita sebelahan loh Vi, jadi gue bisa ngontrol lo deh"

"Dih ngapain?"

"Ya takutnya ada yang jahatin lo gitu"

"Gaakan ada"

Viona langsung mengayunkan kakinya tanpa mendengarkan kembali ocehan Irvan. Tapi langkah kaki nya terhenti ketika melihat 2 orang cewek yang sedang menghalangi jalannya. Tak salah lagi itu Vitha dan Rika. 2 wanita bermulut petasan, bernyali ciut jika sudah diserbu dan adu omong.

"Eh ehh ehh ada cewek jagoan nihh"

"Minggir"

"Eittss jangan buru-buru dong, gue masih ada perlu sama lo!" Ucap Vitha sembari menunjuk Viona dengan jari telunjuknya.

"Gue gapunya urusan sama lo" ucap Viona santai dan kemudian mendorong tubuh mereka berdua ke samping lalu melanjutkan kakinya menelusuri koridor untuk pergi ke kelasnya.

"WOY ANAK SONGONG GUE TUNGGU LO PULANG SEKOLAH DI TAMAN" dengan emosi Vitha mengatakan itu karna sudah gemas sekali pada Viona ingin mengajaknya berkelahi.
Sedangkan Viona malah tak mendengarkannya, ia hanya menggap ucapannya itu main-main.

"Selamat pagi anak-anak, selamat datang di ajaran baru,teman baru juga" ucap seorang paruh baya yang memakai kacamata itu. Dia bu Riri, guru Bahasa Indonesia.

"Pagi buuu"

"Ohiya sekarang kita kedatangan murid baru"

"Pindahan dari mana bu?"

"Cewek apa cowok bu?"

"Semoga ga pinter ya Tuhan biar gue ada temennya.."

Semua murid di kelas itu ramai seketika. Seperti pasar saja. Bu Riri pun menggeleng pelan dan akhirnya berbicara lagi seraya mengetuk-ngetuk papan tulis.

"DENGARKAN SAYA DULU!"

Kelas pun kembali menjadi hening kembali..

"Kamu anak baru, silahkan masuk"

Seseorang melangkah memasuki pintu dengan pakaian rapih, cool, berbadan tegap, tinggi, Ganteng pula. Seluruh murid perempuan melongoh tak percaya, manusia ganteng itu akan menetap di kelas mereka. Bisa jadi gebetan baru. Seru mereka dalam hati masing-masing.
Berbeda dengan murid laki-laki mereka hanya memasang muka datar dan juga menciutkan bibirnya karna takut, gebetan dan pacar mereka akan menyukai murid baru itu. Sialan, umpat mereka dalam hati.

"Perkenalkan diri kamu anak baru"

"Hai, nama gue Vanno Febrian. Gue pindahan dari SMK Farmako bogor. Gue harap kalian bisa nerima gue sebagai teman baru. Makasih"

"Hai juga gantenggggg yaampun udah gantengg, dari sekolah kesehatan lagi unchh banget deh ahhh" cerocos murid yang di gerai rambutnya.

"Baiklah anak-anak. Ibu harap kalian bisa berteman baik dengan Vanno"

"Iya buuu"

"Ok Vanno kamu duduk di sebelah Viona, itu tuh yang paling belakang. Tidak apa-apa kan?"

"Iya bu gapapa ko"

"Baiklah, ibu tinggal lagi kalian ya. Ohiya hari ini kalian belum belajar efektif. Jadi manfaatkan waktu kalian untuk membuat jadwal piket dan berkenalan dengan Vanno. Ibu tinggal kalian jangan berisik yaa" seru bu Riri kemudian pergi meninggalkan murid-murid yang tadi diam kemudian bersorak ria karna hari ini tidak akan belajar. Vanno berjalan menuju meja yang di tunjukan Bu Riri tadi. Terlihat seorang wanita sedang asik memainkan ponsel nya. Kemudian Vanno duduk dan melirik ke arah wanita tersebut.

"Hai" sapanya dan berhasil membuat Viona menoleh ke sebelahnya.

"Kenalin, gue Vanno" ia mengulurkan tangan putihnya dan tak direspon apapun oleh Viona.

"Hmm.. nama lo siapa"

"Viona" ucapnya singkat kemudian kembali lagi memainkan ponsel.

"Ohh inisial nama kita sama ya V"

"Hm"

Vanno terkekeh mendengar jawaban Viona. Baru kali ini mendaat perlakuan cuek dari seorang wanita. Biasanya kan ia selalu di baweli oleh wanita mana pun. Namun kali ini tidak. Baiklah ia hanya cukup menghela nafas panjang. Kemudian segerombolan wanita lainnya datang menghampiri bangku Vanno. Mereka berkenalan dan ia mau tak mau harus mendengarkan curhatan mereka yang tak jelas itu. Apalagi urusan mereka soal pacarnya. Loh kenapa harus ke dia juga ceritanya? Percuma toh tak akan memberi solusi juga. Ketika Vanno melihat ke sebelah bangku Viona. Ia tak ada. Vanno mencarinya dan ternyata ia pindah ke bangku paling depan. Ia tak suka keramaian. Ia paling anti ketika ada ciwi-ciwi yang heboh. Apalagi soal lelaki.

Kringg...kringg...kringg

Bel berbunyi cepat. Akhirnya jam yang ditunggu tiba. Ini jam istirahat. Perut Viona sudah lapar dari tadi. Ditambah lagi tadi pagi dia sarapan hanya sedikit. Dan karna ingin mendapat bangku lebih depan. Namun tak kunjung tersampaikan. Ia harus duduk lagi di bangku paling belakang. Horror.

"Vio, tungguin"

"Kenapa"

"Temenin gue ya ke kantinnya. Gue kan anak baru disini. Lo mau kan nemenin gue? Tar gue tlaktir deh" ucap Vanno meyakinkan Viona. Semoga saja dia mau.

"Ok" hanya itu yang keluar dari mulit Viona.

Mereka pun pergi ke kantin dan hari itu pula Vanno mendapatkan teman. Ia senang, ditambah lagi ia cantik. Teman sebangku nya, namun cuek.
Dari awal istirahat mereka hanya berdua sampai pulang pun Vanno terus saja membuntuti Viona.
Viona di antarkan Vanno atas dasar ucapan terima kasih karna hari itu mau menemaninya. Ia mengantarkan sampai halaman rumahnya yang mewah itu. Vanno terus memperhatikannya sampai Vio masuk ke dalam rumah. Kemudian ia melajukan motor besarnya untuk segera pulang.
Hari yang cukup menyenangkan.

**

VIONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang