Chapter 17.

104 7 0
                                    

Backsound: Shawn Mendes - Never be alone

Viona tercengang melihat sosok yang tengah berdiri di hadapannya itu. Seseorang yang berperan pada masa lalu nya. Seseorang yang telah menyakiti nya,bahkan cinta pertamanya. Seseorang itu Kevin.

"Lo kok ad--" ucap Kevin - kaka Karin yang menunjukkan jari nya pada Viona yang sedari tadi memainkan ponsel dan langsung mengalihkan pandangan pada Kevin.

"Lo.." lirih Viona yang hampir tak terdengar oleh siapapun. Ingatan nya kembali pada bayangan masa lalu dimana ketika ia bersama nya. Ketika hari dimana orang orang telah menjalin hubungan 'pacaran' merasa bahagia,sedangkan Viona malah sebaliknya. Ia di jadikan bahan taruhan oleh nya. Rasa sakit itu kini kembali ketika ia melihat nya lagi. Entah kenapa berawal dari sebuah kepatah hatian merubah Viona menjadi seseorang yang tidak ingin mengenal cinta lagi. Memang benar, cinta bisa merubah seseorang menjadi apa saja. Apalagi saat kecil Viona sudah di tinggalkan oleh Papanya, menginjak remaja, ia di permainkan oleh orang yang ia sayang. Miris memang, tapi ia tak ingin di kasihani oleh banyak orang. Tak ingin menjadi beban bagi semua yang telah mengetahui dan mendengar kisah nya.

Irvan mengangkat Alis tebal nya sebelah ke atas, apakah Viona kenal dengan orang itu? Kapan? Perasaan sejak kenal, Irvan belum pernah melihat nya bersama Viona.

"Lo kenal abang gue Vi?" ujar Karin yang menghampiri tempat duduk Viona.

"Vio ini lo kan?" ucap Kevin meyakinkan Viona sedari mendekati nya agar bisa melihatnya lebih dekat. Ia jadi teringat masa lalu nya bersama Viona yang pernah menjadi kan nya bahan taruhan. Ia menyesal telah menyia-nyiakan Viona. Saat semuanya sudah berakhir, Kevin malah menyukai Viona. Ia mencoba mencari keberadaan Viona, namun sayang nya tidak ada. Tapi sekarang, Viona lah yang menemui Kevin sendiri dirumahnya.

"Vio? Lo kenapa?" ucap Irvan yang masih terlihat bingung. Ada apa sebenarnya dengan Viona?

Viona langsung pergi meninggalkan rumah Karin,tanpa menghiraukan panggilan dari Karin dan juga Irvan. Irvan pun langsung menyambar kunci motor nya menyusul Viona. Awan mulai terlihat gelap, hembusan angin semakin kencang. Sepertinya akan datang hujan badai. Viona berjalan tak tentu arah, tak tau harus kemana lagi ia melangkah lagi. Matanya sudah merah,hidungnya merah,dan seketika hujan pun turun. Ia menangis, ditengah hujan deras. Supaya tak terlihat oleh orang lain. Rasa sakit yang dahulu telah ia kubur,kini kembali lagi menyapa nya.

"VIO LO KENAPA SIH?" teriak Irvan yang langsung turun dari motor nya dan langsung menghampiri Viona. Ia melepas jaket kulit nya dan memasangkannya di kepala Viona agar ia tak terlalu kehujanan.

"Sakit Van sakit.." lirih Viona yang kini makin menangis sejadi-jadinya. Ia tak kuat lagi harus terus berpura-pura tegar. Ia juga sama manusia, masih punya hati.

"Nangis aja sepuas lo kalo itu bisa bikin lo tenang Vi, gue bakalan selalu ada buat lo" ujar Irvan yang menenangkan Viona. Entah mengapa,setiap Viona sedih ataupun susah, Irvan selalu ada untuknya.

Irvan merangkul Viona dan berjalan perlahan mencari tempat untuk berteduh. Entah sudah berapa kali ia melihat Viona seperti ini, baru kali ini ia menemukan sosok perempuan yang memiliki sifat dingin dan cuek ternyata seseorang yang rapuh jika mengingat akan masa lalu nya.

"Udah tenang Vi, gue selalu ada buat lo" kepala Viona di arahkan ke bahunya agar ia dapat bersandar senyaman mungkin. Baru kali ini lagi Irvan bersifat agak romantis seperti pada kekasih. Ia tak tega melihat Viona yang masih melamun dan terus menitikan air mata. Ia hendak bertanya,tapi situasi nya tak memungkinkan.

Cupp..

Viona terdiam, barusaja Irvan mengecup kening indahnya. Mengapa Irvan sampai melakukan hal itu? Apakah dia peduli padanya? Atau hanya kasihan saja. Viona merapikan posisi duduk nya, ia tidak lagi bersandar pada bahu Irvan. Karna tak ingin terlihat lemah di jadapan orang lain. Irvan hanya tersenyum melihat Viona sudah membaik, dan hujan pun mulai berhenti. Irvan mengusap air mata Viona yang masih ada di pipi mulusnya itu dan Viona hanya menatapnya datar, terlihat raut wajah Viona yang begitu sedih,kecewa,kesal dan semuanya bercampur.

"Gue gamau liat cewek dingin,sedih" ucap Irvan yang kini merapikan rambut Viona yang acak-acakan karna tadi hujan-hujanan.

"Lo sekarang udah tau kalo gue itu lemah" ucap Viona dengan nada datar yang memalingkan wajah nya ke jalan.

"Ga cuma lo, semua orang juga gitu"

"Kenapa gue di idupin kalo harus ngerasain kaya gini?"

"Karna Tuhan pengen mahluknya kuat"

"Gue cape"

"Semua orang juga kalo di kasih ujian cape, kita nya aja yang harus kuat vi" ujar Irvan yang tersenyum lebar. "Cerita aja Vi,gue bakal jaga rahasia lo kok". Tambah nya lagi.

"Gue gamau semua orang jadi kasian sama gue" ucap Viona yang masih menatap jalan.

"Gue peduli sama lo Vi. Kita sahabat kan?"

Akhirnya Viona menceritakan kejadian di masa lalu nya bersama Kevin. Dari mulai pertama bertemu,berkenalan,dekat,bahkan sampai jadian. Sayangnya,ketika sudah menjadi kekasih,Kevin malah menjadikan nya bahan taruhan. Hingga kini ia menjadi sosok yang dingin, cuek, masa bodo-an,bahkan tidak ingin mengenal cinta lagi. Dan kini ia bertemu lagi dengan Kevin dan menggali lagi kenangan yang telah ia kubur dalam-dalam.

"Gila banget tuh orang, terus abis lo jadian, lo masih kontekan sama tuh orang?" tanya Irvan yang penasaran. Ia tak menyangka, Viona bisa sekuat kini, ternyata di balik Viona yang cuek,ia seseorang yang kuat akan masa lalunya yang menyakitkan.

"Engga" jawab singkat Viona.

"Sabar ya Vi,gue yakin lo kuat"

Tak lama berbincang, mereka pun beranjak dari tempat duduknya dan langsung berjalan ke arah motor dan langsung menaikinya,lalu melesat pergi menuju rumah Viona.

**

Drrttt..

KarinPN : Vio..

Vionasbl : Hm

KarinPN : Lo tadi knp? Kok pergi sih,kan lo belom cerita

Vionasbl : Gpp

KarinPN : Ah lo mah gaasik pi.. Cerita napa sama W,tapi ntar aja deh besok ya. W mau boboemess dulu dah ngantuk wkwk, dadah Vionaaaa good night😘😘😘

Read

Viona kembali meletakan ponsel nya di atas nakas, ia menarik selimut nya karna ia merasakan tubuh nya begitu dingin. Mungkin karna tadi hujan-hujanan. Entah Sudah berapa lapis selimut menyelimuti tubuhnya,tapi tetap saja terasa dingin.

"Vi makan.." ucap Nathan yang memasuki kamar Viona dan melihat adiknya sudah terbaring di tempat tidur sambil menggigil. Sontak Nathan langsung buru-buru menghampiri Viona.

"Vi lo kenapa?" ucap nya kemudian menempel kan punggung tangannya ke dahi Viona. "Anjir panas banget lo. Ke rumah sakit ayo!" tambah Nathan yang terliat khawatir. Langsung saja Nathan membopong tubuh mungil Viona dan langsung pergi kerumah sakit dengan mobilnya. Untung saja tidak macet jadi bisa lebih cepat sampainya.

**

VIONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang