Chapter 22.

14 1 0
                                    

...

Suara pantulan basket terdengar mendengung menghiasi lapangan olahraga.
Seorang Kapten dengan baju bernomor 22 itu terlihat cool dengan perawakan yang tinggi dan rambut yang di cepak rapi. Dan keringat yang bercucuran di kepalanya membuat wanita mana saja yang melihat ingin megelapnya.


Ahh Irvan, kau semakin menarik perhatian saja..

Hari itu Viona menemui Irvan di lapangan, terlihat Irvan sedang serius bermain basket. entah apa maksud Viona menemui Irvan. ia duduk di kursi penonton, membawa air mineral yang akan ia beri untuk Irvan.

"VANN" teriak salah satu teman nya yang melihat Viona di sisi lapangan.

"Oy" ia yang masih fokus membawa bola basket nya itu tak menoleh sedikit ke arah bangku penonton bahwa disitu ada Viona.

"Ada Viona tuh, nungguin lo kayanya"

tak lama kemudian ia menoleh dan mencari sosok Viona.

Viona mulai senam jantung. ketika Irvan berjalan menghampirinya.

"Ada apa Vi? tumben kesini"

"Gapapa.. nih buat lo" ia menyodorkan sebotol air mineral yang di genggam sejak tadi.

"Oh makasih"

ditatapnya lelaki yang sedang minum itu dengan teliti, ada rasa kagum, bahagia, dan penyesalan.

"Kenapa?"

"Maafin gue ya Van"

"Karna apa?"

"Soal yang kemarin-kemarin"

"Oh gue udah lupa, tapi lo ingetin lagi"

"Gue..-"

"Udah gausah di inget-inget lagi. itu semua udah jadi keputusan lo. lo berhak bahagia, meskipun ga sama gue, gue seneng kalo lo juga seneng. semoga Vanno bisa ngejaga lo dengan baik"

"Tapi lo ga benci sam gue kan?"

"Ngapain gue benci sama orang yang pernah gue sayang?"

"Ya kan takutnya.."

"Ga bakalan lah. lo tetep jadi orang yang gue sayang sampe kapan pun, gue bakal tetep maen ke rumah lo. gue akan merhatiin lo dari jauh. gue tetep jadi sahabat lo. tapi ya tetep gue bakal jaga jarak dari lo. supaya cowo lo ga marah" terlihat sebuah senyuman kecil di wajah Irvan, meskipun di dalam hatinya ia tak ingin mengatakan itu semua.

"Irvaaaannn..." rengek manja Viona mulai keluar.

"Hahaha ko lo jadi manja gini si? mana Viona yg gue kenal dulu? yang dingin, yang cuek, yang nyebelin, tukang ribut? ko sekarang jadi cewe beneran ya haha"

"Gue juga gatau deh kenapa bisa kaya gini. udah takdir kali ya"

"Tapi gapapa deh, gue seneng lo berubah. seengganya, adanya si Vanno di hidup lo, lo bias jadi manusia yang sebenernya"

"Dih emang kemaren-kemaren gue apaan? setan? jin?"

"Manusia setengah setan"

Irvan mengacak-ngacak rambut Viona dan lari menuju luar lapangan, karna ia tahu Viona pasti marah, ia mencari aman saja, dari pada dibalas pukulan oleh 'manusia yang baru jadi' itu.

Irvan berlari ke luar lapangan yang disusul oleh Viona, namun ditengah jalan ia melihaVanno yang sedang ngobrol dengan adik kelas, yang tinggi, cantik, putih, mulus, dan kelihatannya juga anggun. Viona mendengar sedikit pembicaraan mereka, ia samar-samar mendengar bahwa Vanno meminta nomor telpon nya. dan tak lama kemudian, si cewe itu memberi hp nya ke Vanno.

VIONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang