Chapter 18.

153 5 1
                                    

Banyak orang yang berlalu-lalang di koridor rumah sakit,khusus nya mereka yang berpakaian putih-putih. Nathan duduk di bangku, menunggu dokter yang memeriksa Viona belum juga keluar. Semoga saja Viona tidak apa-apa. Hati nya gelisah memikirkan Viona,ia jadi teringat ketika kecil,Viona juga pernah sempat di larikan ke rumah sakit gara-gara suhu tubuh nya yang begitu panas. Ponsel Viona masih ia genggam karna tadi ia membawa nya, terdengar suara notifikasi yang menandakan adanya sebuah pesan baru. Ponsel Viona tak pernah memakai pola, jadi siapa saja bisa membukanya.

Irvanobgs : Vio lo dmna? Ko gue ke rumah lo kaga ada siapa2? Kaka lo juga gaada

Dengan cepat Nathan membalas.

Vionasbl : Vio masuk r.s. ini gue natan

Irvanobgs : Wah yang bener lo? Rs mana?

Vionasbl : Pelita

Read

Dokter sudah keluar dari ruang Viona, nampak takut wajah dokter biasa biasa saja, mungkin Viona tidak apa apa.

"Keluarga Viona Salsabila" ucap dokter itu, kemudian Nathan berdiri menghampiri dokter itu.

"Iya saya dok, bagaimana keadaan adik saya?" ujarnya.

"Viona tidak apa apa, dia hanya demam biasa saja, namun suhu tubuhnya kadang berubah ubah. Saya sarankan ia dirawat dulu untuk beberapa hari disini"

"Baiklah dok. Apakah saya sudah bisa menjenguk adik saya?"

"Silahkan, saya permisi dulu" ucap dokter itu lalu pergi meninggalkan Nathan.

Setelah menutup pintu, Nathan langsung duduk disebelah Viona. Viona yang terbaring lemah itu nampak tidur sangat tenang tak ada masalah. Terdengar suara pintu terbuka, dan benar saja, Irvan ternyata sudah ada diruangan Viona.

"Bang gimana keadaan Viona?" tanya Irvan yang terlihat khawatir.

"Dia baik baik aja, cuma demam biasa" jawab Nathan dengan nada datarnya.

"Syukurlah, kayanya gara-gara tadi ujanan deh"

Nathan menatap Irvan heran,apakah benar Viona sakit karna hujan-hujanan. Pelupuk mata Viona mulai bergerak, seperti nya Viona sudah mulai sadar dari pingsan nya tadi. Dengan cepat, Nathan langsung berdiri.

"Vi lo jangan banyak gerak dulu" ujarnya dengan nada khawatir.

"Gue.. Dimana.." jawab Viona dengan nada lesu dan wajah nya semakin pucat.

"Lo di rumah sakit Vi, tadi badan lo panas banget" ujar Nathan.

"Iya Vi, lo istirahat aja. Kayanya lo sakit gara-gara ujan ujanan tadi" sahut Irvan yang menatap Viona datar.

Viona menatap kosong ke langit-langit ruang inap nya. Bayangan itu muncul kembali seakan tak pernah ingin pergi dari pikiran Viona. Bayangan ketika tadi bertemu dengan Kevin, seseorang yang di masalalu nya, cinta pertamanya,dan orang yang telah menyakitinya. Sakit. Memang sakit. Viona sudah mengubur kenangan itu dalam-dalam. Namun sekarang kenangan itu mencul kembali.
Setetes cairan bening mengalir di pelupuk mata Viona, dengan cepat Nathan menggenggam tangan Viona.

"Vi lo kenapa.." ujar Nathan dengan nada khawatir.

"Kangen papa.." lirihnya dengan pelan.

Ingatan Viona melayang kepada masa kecil nya ketika ia sakit. Ia di khawatirkan oleh orang tua nya, terutama Papa nya. Ia memang sangat dekat dengan papanya. Ketika ia sakit panas,ia langsung di larikan ke rumah sakit. Mama nya begitu cemas melihat Viona. Namun,setelah orang tua nya cerai, ia tak pernah di khawatirkan lagi. Nathan lah yang selalu menjaga nya. Saat ini, ia benar-benar merindukan Papanya. Entah kapan ia bisa bertemu lagi,keberadaan nya pun Viona tak tahu.

"Vi.. Ada gue disini yang ga bakal ninggalin lo, lo harus percaya sama gue. Keluarga yang gue punya satu-satu nya itu lo. Gue bakalan selalu ngejagain lo Vi" ucap Nathan yang mengelus puncak rambut nya dengan pelan.

Irvan menatap heran ke arah keduanya. Memang kemana papa nya Viona? Ketika ia main ke rumahnya tak pernah menjumpai Papa nya. Hanya melihat foto nya saja. Apa Mungkin kerja di luar kota?

"Van, lo jagain dulu Viona ya. Gue mau balik dulu sekalian ngambil baju adek gue" sahut Nathan yang melepas genggaman tangan Viona dan beranhak berdiri.

"Siap dah. Hati-hati bang" jawab Irvan dengan nada datar. Nathan pun pergi meninggalkan ruangan, sebelumnya ia sudah berpamitan pada Viona.

Hening.

Hening.

Hening.

Tak ada percakapan setelah Nathan pergi. Viona masih terlihat menatap ke arah atap dengan tatapan kosong. Keduanya bingung harus memulai percakapan dari mana. Beberapa menit kemudian, Viona akhirnya membuka mulutnya.

"Sory gue nyusahin lo terus"

"Gapapa, gue seneng disusahin sama lo"

"Kenapa?"

"Karna lo sahabat gue" jawabnya yang hanya di balas anggukan oleh Viona.

"Gue cape pengen tidur" ujar Viona dengan sangat pelan.

"Tidur aja, gue bakalan jagain lo kok" seulas senyum hadir di wajah Irvan,

Viona mulai memejamkan mata nya dan beralih ke alam bawah sadarnya. Nampak tenang ketika tidur dan nampak kacau ketika sadar. Irvan masih memandang Viona dengan seulas senyum di wajahnya. Viona terlihat cantik saat tidur. Memang kadang menyebalkan,tapi ntah kenapa masih saja Irvan menyukainya.

"Gatau kenapa gue malah makin suka sama lo, meskipun lo nganggep gue sahabat, gue nganggap lo lebih" ujar nya sambil mengelua tangan Viona.

**

Matahari sudah terbit di sebelah timur, cahaya memasuki kamar inap Viona. Mata nya mulai bergerak-gerak menandakan ia akan bangun. Ia membuka mata nya dengan perlahan karna sinar matahari menyorot langsung ke arah ranjang nya. Tangannya terasa berat untuk di angkat. Ia menoleh ke arah tangan nya dan ternyata ada seseorang yang menindihnya dengan kepala. Ya kepala Irvan.

Viona mencoba melepaskan tangannya hingga posisinya menjadi duduk dan membuat Irvan terbangun dari tidur nya. Rupa nya ia semalam tidur di kursi bukan di sofa. Mata nya membuka sebelah dan melihat kesana kemari,dan itu membuat Viona tersenyum kecil melihat tingkah konyol Irvan ketika bangun tidur. Irvan mengucek matanya dan merenggangkan badannya di hadapan Viona yang sudah tersenyum geli.

"Eh lo udah bangun Vi" ucap Irvan yang terlihat masih mengantuk.

"Kalo udah duduk ya udah bangun" jawab Viona dengan nada datar nya.

Tak ada percakapan kembali, Viona beranjak dari ranjangnya hendak melangkah mendekati kaca. Ia melihat di luaran sana banyak yang berlalu-lalang terutama orang yang sakit yang sedang menghirup udara pagi. Viona jadi ingin pergi keluar untuk mencari udara segar. Ia membalikan badannya dan melangkah menuju Irvan.

"Temenin gue ke taman" timbalnya dengan nada datar.

"Mau ngapain? Lo harus nya istirahat" jawab Irvan dengan nada yang sedikit dinaikan.

"Nyari udara"

"Kan udah ada AC"

"Pengen yang alami"

Tanpa basa basi lagi Viona langsung melangkahkan kaki nya keluar ruangan menuju tamn rumah sakit. Kaki nya terhenti ketika melihat sahabatnya, Karin.

**

VIONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang