Chapter 7.

157 11 0
                                    

Hari ini Viona nampak tak semangat,wajahnya begitu pucat,ditambah matanya yang begitu sayu dan nampak pakaian nya tak begitu rapi.
Nathan menatap intens ke arah Viona, tidak biasanya ia seperti ini.

"Lo kenapa?kok pucet gitu?"

"Gapapa, cuma pusing doang" jawab singkat Viona.

"Yakin lo? Gausah sekolah aja,tar gue bilang sama guru lo"

"Gue mau sekolah,gamau bolos"

"Yaudah ntar gue anterin ya" tanpa basa-basi lagi viona langsung menaiki mobil kakanya dan meraka langsung pergi meninggalkan rumah.

Tak ada percakapan selama perjalanan, Viona hanya menatap ke arah kaca mobil,nampak satu keluarga yang sedang jogging dan membuat Viona tersenyum tipis.

"Lo yakin mau tetep masuk?"

"Iya bawel ah"

"Yaudah,kalo ada apa-apa telpon gue atau engga lo minta tolong anterin sama si siapa itu yang deket sama lo?"

"Irvan?"

"Ya itu, gue udah suru dia buat jagain lo"

Tanpa membalasnya lagi Viona langsung keluar dari mobilnya Nathan dan tak lupa juga ia menyalimi tangan kakanya.

Nampak sebuah Motor Ninja hitam menghampirinya dan sepertinya Viona mengenali motor siapa itu. tak lama kemudian lelaki itu membuka helm fullface nya dan segera turun menghampiri lebih dekat lagi Viona.

"Lo kenapa ga bilang si kalo lo berangkat bareng kaka lo? Gue samper katanya udah pergi ehh ternyata beneran" cerocos Irvan yang membuat kepala Viona semakin mumet,dan Viona pun lebih memilih pergi dari pada mendengar celotehan Irvan yang tak berguna.

"Eh malah pergi,woy tungguin napa" kini Irvan berusaha mengejar Viona yang berjalan agak cepat dan membuat Irvan berolahraga pagi,lumayan cape. Irvan memandang raut wajah Viona yang terlihat putih pucat,apakah Viona sakit? Ntahlah.

"Lo sakit?" tanya Irvan sambil jalan bersisian dengan Viona,dan sepanjang melewati koridor sekolah banyak kaum hawa yang membicarakan mereka berdua, 'apa mereka jadian' 'kok bisa berduaan sih' 'kok ka Irvan ga ngehindar sih pas jalan sama cewe itu' ahh tapi Irvan tak menghiraukan ocehan mereka dan lebih fokus untuk menanyakan keadaan Viona. Aneh memang,belum kenal lama tapi sudah memiliki perasaan. Ya memang cinta tak bisa di tebak, seperti jelangkung, cinta datang tiba-tiba dan pergi tanpa di suru.

"Gak" jawab Viona santai sambil mencepol asal rambutnya dan memasangkan headset ke telinga kanan dan kirinya, menimbulkan kesan imut dan cantik.

Irvan tak henti-hentinya menatap Viona kagum,meskipun banyak di sekolah itu yang cantik,tapi Irvan lebih tertarik pada Viona. Selain cantik Viona memiliki sisi yang lain,yaitu dingin. Hampir semua cewe yang ada di sekolah SMA Nusa Bangsa mengejar-ngejar Irvan,ya memang sih Irvan tampan, tinggi,putih,cool,ditambah rambut nya yang berjambul yang memikat para kaum hawa. Tapi, Irvan tak tertarik satu pun pada mereka, hingga kini ia bertemu dengan Sosok Viona yang tak mengejar Irvan sekalipun, melirik nya saja tidak pernah. Entah mengapa setelah Irvan akrab dengan Viona, terkadang Irvan selalu gugup dihadapan Viona, apakah Irvan mulai menyukai Viona? Bisa jadi sih.

**

Bel sekolah pun berbunyi, tak sampai lima belas menit seluruh murid sudah keluar buru-buru melewati gerbang. Hal yang paling anak sekolah suka ialah ketika bel sekolah berbunyi. Viona nampak masi berjalan di koridor kelas,hanya beberapa anak yang masi berada di kelasnya,paling yang eskul hari ini.
Viona masi memegang ponsel nya menunggu balasan dari Nathan. Karna dia susah janji akan menjemput Viona ketika pulang sekolah.

"Lo nunggu di jemput?" ucap seseorang yang baru saja datang menghampiri Viona.

"Ya"

"Abang lo gabakaln jemput, dia nitipin lo ke gue katanya masi ada tugas di kampus"

Dengan malas Viona harus mengalihkan wajah nya memandang Irvan, entah mengapa darah nya berdesir kencang,jantung nya berdetak dengan kencang ketika menatap sosok lelaki yang sedang merapihkan rambutnya itu. Tidak biasanya dia seperti ini.

"Cool banget" Batin Viona mengatakan itu.

Dengan cepat Viona memalingkah wajahnya agar tak salah tingkah. Tiba-tiba tangan hangat menarik halus pergelangan mungil Viona. Sangat nyaman,itulah hal yang Viona rasakan ketika disentuh oleh Irvan.

"Ayo ah balik sama gue" Tambah Irvan yang kini menatap kembali Viona dan Viona hanya memperhatihan pegangan tangan tersebut, tak lama kemudian Irvan melepaskan tangan tersebut perlahan.

"Eh sorry hehe gue refleks" balas Irvan yang di sertai cengiran khasnya.
Lalu mereka berjalan menuju parkiran, nampak sudah sepi sekolah bahkan motor pun cuma ada 6-10 saja.

*

Akhirnya mereka telah sampai di halaman rumah Viona,untung nya hari ini tidak terlalu macet dan bisa sampai di rumah lebih cepat.
Viona turun dari motor Irvan dan membenarkan sedikit rambutnya yang tadi terkibas angin.

"Masuk dulu ga?"

"Hmm boleh deh mungpun masih siang" jawab Irvan yang hanya dibalas anggukan oleh Viona.
Irvan berjalan di belakang Viona, Viona yakin kalau abangnya Nathan pasti belum pulang dari kampus,biasanya terdapat mobilnya terparkir di halaman.

"Mau minum apa?" tanya singkat Viona sambil sedikit membereskan sofa agar tak terlihat berantakan.

"Ahh gausah repot-repot, gue bukan tamu keles"

"Yaudah, gue ganti baju dulu" Viona kembali menyahut,kini ia berjalan menaiki anak tangga karna kamarnya terletak dilantai dua.

Irvan bangkit dari tempat duduk nya dan melihat benda yang ada di nakas yang menghiasi setiap sudut rumahnya.
Terlihat banyak foto Viona dan juga Nathan kakanya, dan hanya ada satu foto keluarga yang ukurannya tidak terlalu besar, terdapat satu pria paruh baya sedang menggendong anak kecil dan wanita paruh baya sedang merangkul anak laki-laki.
Irvan yakin kalau itu adalah kedua orang tua Viona,tapi sepertinya dia tidak pernah melihat mereka berdua. Ia meraih bingkai foto tersebut dan membalikannya, terdapat sebuh tulisan 'Papa sayang Viona - Mama sayang Nathan' seulas senyum muncul di bibir Irvan.

Lalu Irvan kembali meletakan Bingkai foto tersebut ke tempat semula sebelum Viona turun. Irvan duduk kembali sambil sesekali bermain game,tak lama kemudian Viona turun dengan kaos pink pendek dan celana jeans selutut dan dengan rambut terurai menimbulkan kesan cantik nan imut.
Mereka berbincang sebentar hingga akhirnya Irvan pun pulang.

**

VIONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang