33

1.3K 148 1
                                    

Haechan menatap pepohonan yang silih berganti mereka lewati, dari balik jendela mobil, sementara mark hanya melirik sekilas dan kembali fokus pada setir mobil, memastikan ban mobil tidak tergelincir di sebabkan oleh sisa salju yang masih menutupi aspal .

Decitan ban mobil yang beradu dengan aspal basah terdengar agak nyaring, setelah mark menginjak pedal rem cukup dalam membuat haechan mengerutkan alis. Dan mobil berhenti pinggir jalan yang tidak begitu luas.

Haechan menatap sekilas pada mark, lalu mengedarkan pandangan dimana mereka berhenti. Sementara Mark segera turun dan membuka pintu untuk haechan yang masih sibuk dengan sabuk pengamanya.

Hal pertama yang haechan lakukan begitu kakinya menginjak tanah basah adalah mengedarkan pandangan kesegala arah, menjadi yakin jika mark membawanya jauh dari peradaban. Menatap lebih lama banguna rumah bergaya minimalis dengan kaca yang menutupi sebagaian besar dinding luar bangunan itu.

" Rumah siapa ini?"

"Rumah ku"

Mark menarik tangan haechan, dan menuntunya kedepan pintu yang juga terbuat dari kaca, menekan beberapa angka, dan pintu di hadapan mereka terbuka.

Mengikuti mark tanpa banyak protes. Mereka terbang dari chicago ke Portland dengan pesawat kecil yang di terbangkan oleh mark dan seorang pria yang tidak haechan kenal. Haechan hanya duduk tenang dan sampai.

Begitu mereka turun dari pesawat, mereka lansung berkendara hampir 2 jam lebih, melewati daerah perkotaan menjauh dari kawasan padat penduduk dan berkendara kearah pegunungan. Sejak 40 menit terakhir yang haechan lihat hanya pohon pohon besar di sempanjang jalan yang mereka lalui hampir tidak ada rumah di sepanjang hutan yang mereka lalui, sebelum tiba di rumah ini.

Melihat lihat keadaan rumah untuk beberapa saat, sebelum menyusul mark menaiki tangga. Membawanya masuk ke sebuah kamar besar bernuansa cream dan abu.

" Dimana tepatnya kita?" tanya haechan dari balkon kamar yang baru saja mereka masuki. Haechan bertanya karena memang tidak tahu menahu dimana tepatnya mereka berada. Rumah ini terlalu jauh dari peradaban, bahkan saat haechan berdiri di balkon kamar yang bisa dia lihat hanya hutan dan pohon besar.

" Forest park, Oregon. rumah ini menempati lahan yang di kelilingi oleh forest park, Lahan ini milik pribadi sejak dulu dan aku membelinya karena aku menyukai letak lahanya yang di tengah hutan, itu alasan kenapa kau tidak melihat rumah penduduk di sekitar sini, karena kita perlu masuk kedalam hutan untuk kerumah ini"

Haechan mengangguk sebagai tanggapan, bukan itu masalah utamanya sekarang. Entah kenapa dia tidak bisa berhenti memikirkan johnny. Ini pertama kalinya dia kabur dari rumah, dan ini pertama kalinya haechan bertengkar dengan johnny separah ini.

" Aku tau apa yang sedang kau pikirkan" Mark berdiri di belakang haechan sambil menyampirkan selimut kecil yang ia ambil dari sofa di sudut lain kamar.

" Jangan mamaksakan diri, kau bisa istirahat jika lelah, kau sudah melewati banyak hal sejak pindah kesini"

"Apa ayah sedih, karena kepergianku? Atau dia senang karena tidak perlu lagi harus pulang karena panggilanku?"

Mark membalik tubuh haechan dan mengusap surai yang telah berwarna hitam sepenuhnya saat ini.

" Kau tidak akan percaya jika aku mengatakan paman johnny pasti kacau saat ini, kau tidak akan percaya apa yang aku katakan jika tidak melihatnya lansung. Karena pikiranmu sedang kalut dan kau masih marah"

" bagaimana jika aku benar, ayah justru senang karena aku pergi"

Mark dapat melihat betapa rapuh dan kecewanya haechan saat ini. Haechan nampak begitu rentan. Dan mark bukan pria yang bisa berkata manis, untuk menenangkan orang lain, dia tidak akan mempermanis kata katanya. Ia cenderung lebih mengutamakan fakta daripada bualan semata.

HAECHAN LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang