47

850 64 0
                                    

" Mungkin ada baiknya kau dirawat untuk hari ini, wajah mu nampak pucat!'" 

Sungchan berbaring sambil memeluk perut dengan keringat  sebesar biji jagung didahinya.

" Aku akan menemui perawat jika bigitu" Kata Kun cepat meninggalkan ranjang UGD dimana sungchan berbaring dan meninggalkan anak itu dalam pengawasan Haechan.

" Apa sih yang kau makan sebenarnya kau sudah seperti ini sejak pagi tapi menolak untuk kerumah sakit, jika kau mau di obati sejak awal kita tidak akan lari tungang langgang tengah malam begini!_

" Uhhhĥ berhenti mengome,,,,,ll, Aduhĥh" Sungchan menanggapi omelan haechan dengan suara serak dan lemah  seperti orang yang sekarat.

" ya ya.... baiklah" Kata haechan sambil memutar bola matanya jengah.
" Mau ketoilet ?_
Walaupun jengkel haechan masih menawarkan bantuan untuk sungchan.

Tirai yang mengurung ranjang dimana sungchan berbaring disibak dengan kasar. Dan wajah kucel renjun juga yangyang terlihat. Haechan tau telinga sungchan belum aman masih terbukti raut wajah renjun yang nampak seperti siap menelan bulat bulat siapapun yang mencoba menganggunya.

" Kau benar benar........._!" Dan terbukti setengah jam setelahnya bahkan sampai sungchan diantar ke ruang rawatnya renjun masih mengomel, entah sungchan mendengarkan atau tidak anak itu hanya tergolek tak berdaya diatas ranjang miliknya.

" Sudah sebaiknya kita tidur, kita akan bergantian berjaga, takut takut jika anak itu bangun ingin ke kamar mandi_"
Renjun masih memasang tampang kasar tanda jika kejengkelanya belum hilang sementara yangyang sudah terkantuk kantuk disofa samping penunggu.

" kalian tidur saja dulu aku sudah sempat tidur tadi_!" Kata renjun selanjutnya  Walaupun renjun marah dia tetepat mengambil inisiatif menjaga sungchan.

" Kun Hyung dan yangyang tidur saja dulu ini baru jam 2 pagi aku juga sempat tidur tadi_! Kun nampak akan membantah perkataan Haechan tidak mungkin dia tidur dan membiarkan majikanya bergadang sementara dia tidur.

" Aku tidak menerima penolakan, aku hanya tidur seharian, tidak apa apa ini bukan hal besar" Kata haechan meyakinkan Kun. Dan dengan sedikit paksaan lagi Kun menyusul yangyang keruangan sebelah dimana tempat tidur sisediakan untuk penunggu pasien.

Haechan dan Renjun duduk di sofa sudut agak jauh dari ranjang sungchan,  dekat jendela besar yang tertutup tirai berwarna krem, membicarakan banyak hal tanpa topik yang jelas.

" Ibuku dirawat di rumah sakit ini" Kata haechan tiba tiba, renjun mengerutkan alis mendengar cerita baru dia belum pernah mendengar cerita tentang ibu haechan selama ini.

" Ibu kandungmu? ibu yang mengandungmu?"

Haechan mengangguk menatap renjun sekilas " Ibu yang rahimnya dipinjam oleh ayahku dan Ten" Renjun menutup mulutnya

" Kau sih sibuk terus jadi tidak tau berita terbarau tentangku" Kekeh haechan berusaha mencairkan suasana.

" Kau sudah bertemu denganya?" Tanya renjun setelah berhasil pulih dari keterkejutanya.

Harchan mengangguk dan cerita mentalir begitu saja dari awal hingga akhir. Tentang kedatangan ibunya diam diam untuk menemuainya. Dan tidakan ayahnya melarang ibunya untuk bertemu dengannya.

" Bukannya aku akan ikut dengan ibuku, lagipula ibuku tidak berencana mengambilku dari ayah, dia hanya ingin bisa bertemu denganku sesekali"

" Apa kau yakin apa yang dikatakan wanita itu benar bisa saja dia bohong" Renjun mempertanyakan kebenaran cerita haechan,  yang sepertinya sudah mulai condong kearah ibunya.

" Aku tidak tau" gumam haechan.
Renjun menyarankan untuk mengeceknya apa benar ibu haechan memang dirawat disini, atau tidak.

" Aku takut jika itu benar, aku akan sangat kecewa pada ayah"

Renjun mengerti kenapa haechan sangat ragu, haechan pasti delema jika dia menemui ibunya dia akan tau perbuatan ayahnya tapi jika tidak haechan akan terus dihantui rasa kawatir dan mempertanyakan tindakan ayahnya.  Menepuk pundak haechan pelan berusaha memberi kekuatan pada sang sahabat

" lihatlah sebentar walaupun dari balik pintu, aku tau lau mencemaskan ibumu. Kau bilang jika dia wanita yang baik, jika begitu dia pasti tidak akan menjelek jelekan paman johnny, itu masalah mereka dan ibumu pasti mengerti kenapa ayahmu melarang dia menemuimu, itu sebabnya dia tidak mengatakan hal buruk tentang om johnny, dia tau jika kau mencintai ayahmu dan kau jelas yang paling tau seberapa besar ayah mu mencintaimu"

Haechan mengangguk setuju dengan apa yang renjun katakan, renjun mungkin pemarah tapi dia adalah anak yang dewasa jika dibutuhkan, seperti sekarang. 

Lorong rumah sakit terlihat sepi tidak ada satu orangpun yang haechan lihat apalagi ini adalah bangsal VVIP, jelas kenyamanan dan privasi adalah segalanya, tidak ada cctv di area ini, hanya ada cctv di ujung lorong emghadap keluar area dari bangsal VVIP  dimana konter perawat berada. Dan ini masih jam setengah 4 pagi jadi mustahil ada yang bangun atau menjenguk seseorang.


Haechan metap pintu dihadapanya untuk beberapa saat, sebelum memantapkan diri untuk mengetuk pintu bercat putih di depan wajahnya itu. Butuh waktu agak lama ssebelum pintu terbuka dan menampakkan sosok wanita anggun dengan tinggi semampai, wajahnya terlihat lelah, tentu saja apa yang haechan harapkan saat dia bertama ke ruang rawat seseorang di pagi buta begini.

" Kau datang_" gumam wanita itu, lalu membuka pintu lebih lebar agar Haechan bisa masuk.

Hal pertama yang haechan lihat adalah ranjang pasien dimana seorang wanita tengaj tidur dengan lelap dengan kaki yang terbalut gips.

Haechan mendengar Lalice bergumam jika dia  ada di sebelah. Walaupun haechan tidak keberatan dengan keberadaan wanita itu, tapi dia bersyukur karena wanita itu cukup pengertian.

Ruangan kembali hening setelah Lalice menghilang meninggalkan Haechan dan Nadine dalam keheningan, dan Haechan  tidak berencana membangunkan wanita itu. Tetapi mungkin itu insting seorang ibu, ketika Haechan duduk di kursi samping ranjang mata wanita itu terbuka secara perlahan.

Haechan dapat melihat mata  sang ibu berkaca kaca mengelus mengelus pipinya dengan lembut.

" Aku pikir aku tidak akan bisa melihatmu lagi_" Gumam nadine serak. Yang dibalas Haechan dengan  senyum kecil.

" Itu tidak akan terjadi" gumam Haechan pelan.

Haechan sudah menyuruh Nadine untuk kembali tidur setelah mengobrol cukup lama, tapi Nadine menopak mengatakan jika kesempatan bisa mengobrol seperti ini  dengan Haechan tidak sering terjadi. Dan selama mereka berbincang Nadine sama sekali tidak menyinggung prihal kecelakaan yang membuat wanita itu seperti saat ini. Dan kecenderungan mengalihkan topik saat Haechan menuntut lebih jauh penyebab kecelakaannya membuat Haechan yakin jika sang ayah ikut andil dalam kecelakaan yang Nadine alami.

" Ibu mungkin tidak bisa memelukmu saat kau kecil, tidak bisa menidurkanmu, tidak bisa mengangi popokmu, tapi ibu bersungguh sungguh saat ibu mengatakan ibu sangatbmencintaimu_" Haechan mengeratkan genggaman tanganya membawa pandanganya jauh kedinding kamar berwarna putih, sementara Nadine memeluknya dari belakang, berbaring diranjang yang sempit bersama sang ibu ternyata tidak begitu buruk menurut Haechan, mengingatkannya pada masa kecilnya dulu saat tidur berdua dengan Johnny.

"Bukanya ibu tidak memperjuangkanmu, tapi keadaan saat itu sangat kacau, ibu akan terdengar membela diri, tapi sampai saat ini kau adalah penyemangat ibu untuk bertahan"

Haechan mengangguk dia sudah tau tentang cerita ini, dan dia sepenuhnya mengerti akan hal itu, memang siapa nadine bisa melawan keluarga seo.

" Aku tau, aku juga mencintai ibu"

Haechan bisa merasakan sang ibu mencium kepalanya lembut tangannya yang bebas menepuk nepuk pelan lengannya dan seperti hipnotis mata haechan memberat hal terakhir yang dia dengar adalah bisikan betapa nadine sangat mencintainya, dan Haechan jatuh kealam mimpi.

HAECHAN LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang