45

1K 74 0
                                    

Secangkir teh dengan uap mengepul, cangkir mewah itu tersaji diatas meja terbuat dari batu alam,terlihat begitu elegan.

Seorang wanita anggun  duduk dengan tenang sembari menatap pemandangan diluar hotel tempatnya duduk, tetapi tatapan matanya yang menerarang jauh mendakan jika ia sedang larut dalam pikiranya. 

" Selamat sore Miss Nadin" Sapaan lembut wanita yang baru saja tiba  mengalihkan tatapan wanita yang sejak tadi melamun tersebut dan sebuah senyum mengembang begitu menemukan sosok yang  ia tunggu sejak tadi berdiri dihadapanya. Wanita tinggi semampai dengan tampilan elegan dan mewah tersenyum membalas senyumanya.

" Bagaimana kabar mu?" Nadin bertanya begitu pelukan mereka terurai.

" Baik, Kau apa kabar?" Tanya wanita  semampai itu.

" Sebenarnya Lalice... Aku tidak tau"

" Apa yang terjadi?" wanita yang di panggil Lalice mencondongkan tubuhnya dengab lembut mengenggam tangan Nadine sambil mengusapnya hangat.

" Aku melihatnya...."

" Putra mu?" Nadin mengangguk sebagai jawaban.

" Lalu apa yang terjadi, kau menemuainya?" Tanya lalice antusias. Tetapi gelengan pelan berderai air mata.

" Aku tidak berharap melihatnya di depan kampusnya, aku sudah menunggu hampir seminggu, dan di hari ke 7 aku melihatnya. Aku lansung mengenalinya. Dia mirib denganku" Lalice mengusap bahu nadine ketika wanita itu bercerita dengan air mata yang tidak berhenti mengalir.

" Kau bicara denganya?" Tanya Lalice, tetapi nadine hanya menggeleng.

" Aku tidak berani. Aku berusaha menghubungi Ayahnya tapi aku tidak pernah disambungkan padanya"

" Mungkin dia hanya tidak tahu" Sanggah Lalice agar tidak membuat sang sahabat kecewa.

" Tidak aku sudah datang ke kantornya dan menitipkan note jika aku menghubunginya dan ingin bertemu, dia tidak mungkin lupa nama ibu dari anaknya kan?" Lalice mengangguk, masuk akal juga.

" Apa mungkin dia memang tidak ingin membiarkan anak itu bertemu dengan mu?"
Nadine menoleh kearah Lalice sengan wajah merah.

" Tidak ada yang bisa kita lakukan, mereka memegang kekuasaan di tangan mereka, percuma jika kita melawan mereka , bisa saja mereka menyuruh orang melakukan sesuatu pada kita" Lalice menghembuskan nafas setelah mengatakan itu.

Wajah nadine memucat mendengar penuturan Lalice, Lalice yang melihat itu melebarkan matanya.

" Apa terjadi hal lain?" tanyanya cepat.

Nadine menoleh kesana kemari, mengedarkan pandanganya keseluruh penjuru restaurant.

" 3 minggu terakhir, setelah aku menghubungimu mengatakan jika aku baru saja kembali dari chicago, ada yang mengikuti mobilku. Dan belakangan aku merasa diawasi" 

" Kau yakin? mereka mengikutimu sampai ke china?"  Nadine mengangguk setelah memikirkan kembali.

" orang orang itu mengikutiku setelah aku kembali dari Chicago untuk menemui mereka"

Lalice menutup mulutnya dengan telapak tangan
" Mereka benar benar ingin menyingkirkanmu dari kehidupan anakmu sendiri" Gumam Lalice pelan.

Nadine mulai menangis lagi, mendengar perkataan lalice. Jadi bahkan hanya untuk melibatnya dari jauh anak yang sempat dia kandung tidak bisa, betapa mengerikanya hidup ini, apa nadine tidak layak mendapat pengampunan atas dosanya dimasa lalu?

Lalice menepuk bahu sang sahabat sambil berusaha menenangkan wanita yang masih menangis itu.

" Aku akan membantumu" perkataan lalice membuat nadin mengangkat kepalanya menatap wanita cantik itu dengan harapan di matanya.

HAECHAN LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang