14 (inget mama)

2.1K 151 81
                                    

Di belahan bumi yang bernama Indonesia, tepatnya di kota Bandung, seorang remaja laki-laki duduk diam, matanya tertuju pada sang ayah yang tengah sibuk mengetik di laptop. Rasa ingin tahunya memancar dari tatapan itu, membuat Fahri menghentikan aktivitasnya.

“Papa cuma tahu sedikit tentang Kerajaan Pajajaran,” ucap Fahri sambil menghela napas.

Sejak kemarin, Deva terus menodong Fahri untuk menceritakan sejarah Kerajaan Pajajaran. Fahri bukan tipe orang yang ahli dalam pelajaran sejarah saat sekolah dulu. Namun, ia tahu bahwa Deva adalah anak yang selalu antusias terhadap informasi baru, sehingga terkadang Fahri harus mempelajari sesuatu terlebih dahulu sebelum menjelaskannya pada Deva.

“Ayolah, Pah!” rengek Deva sambil menatap ayahnya dengan penuh harap.

“Beri Papa waktu seminggu, ya,” pinta Fahri, mencoba mencari celah untuk menunda.

“Kelamaan,” keluh Deva sambil mengerucutkan bibirnya.

“Oke, Papa telepon Rudi dulu,” ucap Fahri sambil meraih ponselnya.

“Rudi siapa?” tanya Deva penasaran.

“Teman kuliah Papa. Dia lebih paham soal ini,” jelas Fahri sambil tersenyum kecil.

“Oh,” ucap Deva singkat, masih setengah kecewa.

“Lepaskan pelukanmu dari perut Papa dong,” protes Fahri.

Sejak tadi, Deva memang memeluk perut Fahri erat-erat, berharap bisa memaksa jawaban keluar dari mulut ayahnya. Fahri awalnya berpikir Deva akan melupakan permintaan itu seiring waktu, tetapi dugaan itu ternyata salah besar.

“Aku ke kamar mandi dulu,” ucap Deva akhirnya sambil melepas pelukannya.

Deva berlari keluar kamar Fahri menuju kamar mandi, menyelesaikan urusannya dengan cepat. Setelah itu, ia menuju kamarnya untuk mengambil guling kesayangannya yang bermotif beruang. Selain tertarik pada hal-hal tentang luar angkasa, Deva memang sangat menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan beruang.

Setelah kembali, Deva mengetuk pintu kamar Fahri dan mengucapkan salam sebelum masuk. Dari dalam terdengar suara Fahri mempersilakan. Dengan semangat, Deva memutar kenop pintu dan masuk sambil membawa gulingnya.

“Ayo, sini,” ucap Fahri sambil memberi isyarat agar Deva mendekat. “Papa janji akan kasih tahu semua yang kamu mau soal Kerajaan Pajajaran.”

Wajah Deva langsung berbinar mendengar janji itu. Ia segera duduk di samping Fahri, penuh antusias untuk mendengar cerita yang sudah lama membuatnya penasaran.

Deva ingin tahu, kenapa Kerajaan Pajajaran bisa menghilang begitu saja hingga sekarang. Bagi Deva, jawabannya mungkin lebih dari sekadar sejarah ia merasa ada misteri yang menarik untuk diungkap.

“Dimulai dari mana, Dev?” tanya Fahri.

“Awal terbentuknya saja, Pah,” usul Deva.

“Baiklah, sebentar,” ucap Fahri.

“Mengingat dulu ya, Pah?” tanya Deva sambil tersenyum menggoda.

Fahri tersenyum ke arah Deva sejenak, lalu terlihat berpikir keras untuk mengingat informasi tentang Kerajaan Pajajaran.

“Papa mulai, ya. Pakuan Pajajaran atau Pajajaran adalah ibu kota dari Kerajaan Sunda Galuh yang pernah berdiri pada tahun sekitar 1030-1579 Masehi di Tatar Pasundan, wilayah barat Pulau Jawa. Di Asia Tenggara, ada kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya, sehingga Kerajaan Sunda Galuh sering disebut sebagai Kerajaan Pajajaran.”

“Pakuan Pajajaran hancur pada tahun 1579 akibat serangan Kesultanan Banten. Era Pajajaran pun berakhir, yang ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana atau singgasana raja dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Namun, sampai sekarang, letak keraton Pajajaran masih menjadi misteri.”

(Revisi) Deva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang