Sebuah motor memasuki pekarangan rumah, dan Deva membuka helm yang digunakan. Ternyata, ia baru saja pulang sekolah, tak ada senyuman sama sekali. Bahkan, sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah.
"Papa pasti memarahiku," ucap Deva sambil menggaruk belakang kepalanya.
Deva membuka pintu rumah dengan hati-hati, seolah seperti maling yang tak ingin ketahuan Fahri. Ia sedikit mengernyitkan dahi karena suasana di rumah sangat sunyi, tidak ada keributan sama sekali.
"Papa belum pulang, tumben?" heran Deva.
"Tuan muda!" panggil Rey, pelayan rumah.
"Papa meeting ya, om?" tanya Deva, agak bingung.
"Tuan Mahendra berada di rumah sakit, tuan muda," jawab Rey.
Deva terdiam, teringat bahwa Fahri masih dalam keadaan koma. Ia ingat pesan dari Angelo dan Angelina yang menyuruhnya fokus bersekolah, namun Deva pasti nekat ke rumah sakit demi menjaga Fahri.
"Om, hari ini tidak ada meeting penting, kan?" tanya Deva lagi.
"Saya kurang tahu, tuan muda. Saya ditugaskan menjaga dirimu saja dari segala macam bahaya," jawab Rey.
"Hubungi sekretaris genit itu," ujar Deva dengan nada santai.
"Baik, tuan muda," ucap Rey patuh.
"Aku sholat," ucap Deva, lalu berjalan menuju kamarnya.
Rey menganggukkan kepala, membiarkan Deva melakukan apa yang ia mau. Meskipun perusahaan kini menjadi tanggung jawab Deva, dengan segala pertentangan, hanya Deva yang berhak memimpin perusahaan Fahri karena garis keturunannya.
Di kamar yang didominasi warna hitam, Deva yang masih mengenakan baju koko terdiam di depan cermin. Ia memandangi pantulan dirinya, teringat perkelahian yang baru saja terjadi di sekolah. Deva bahkan mendapatkan hukuman skorsing selama dua minggu.
"Pah, cepatlah bangun," lirih Deva, matanya penuh harap.
Di luar, Deva terlihat biasa saja, namun sebenarnya ia ketakutan. Ia takut Fahri akan menyusul ibunya. Tatapan mata Deva semakin dingin semenjak Fahri koma.
Deva membuka baju koko yang ia kenakan, memperlihatkan bekas luka yang tersebar di tubuh atletisnya. Fahri kadang kesal saat Deva bertelanjang dada di hadapannya, bukan karena tidak suka, tapi karena Fahri merasa dirinya tidak becus sebagai seorang ayah.
Deva kemudian mengambil kaos berwarna krem dan memadukannya dengan celana kantor cokelat. Rambut Deva disisir ke samping, penampilannya kini mirip seorang pengusaha muda yang penuh percaya diri.
(Penampilan deva)
"Malas menghadapi penjilat," keluh Deva.
Di ruang tamu, Rey bersama sekretaris baru Fahri. Ucapan Deva memang benar, dia berniat menggoda Fahri untuk dijadikan suaminya. Namun, iman Fahri cukup kuat, jadi dia tidak tergoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Revisi) Deva (END)
Teen FictionZyandru Bakrie Radeva, yang akrab dipanggil Deva, dikenal sebagai cowok dingin yang sering dijuluki kulkas berjalan oleh teman-temannya. Di balik sikapnya yang keras, Deva menyimpan trauma berat akibat suatu kejadian di masa lalunya. Meskipun terkes...