Sudah hampir sejam Rose menangis dikamarnya itu. Dia benar benar merasa sedih atas kelakuan kedua Kakaknya.
Andai bisa, dia juga pasti tidak ingin dilahirkan kedunia ini kalau dia tahu kelahiran dia akan membuatkan kedua Kakaknya itu kehilangan sang Mama.
"Hiks Ma. Aku tidak kuat Ma" isak Rose memeluk lututnya.
"Kamu harus kuat" sosok Lisa tiba tiba muncul. Dia memeluk kembarannya itu dari samping.
"Hiks aku tidak kuat Lis. Kenapa mereka menyalahkan aku atas kematian kamu sama Mama? Hiks andai saja aku menyusul kamu sama Mama, semua ini tidak akan terjadi bukan?"
Lisa memandang kembarannya dengan khawatir "Jung Roseanne, i know you're strong. Kamu bisa melalui semua ini. Yang sabar ya. Pelangi pasti akan muncul setelah hujan"
"Jangan tinggalin aku Lis" pinta Rose.
Lisa tersenyum "Dari perut Mama lagi kita sudah bersama jadi kita pasti tidak akan berpisah"
Rose ikut tersenyum namun sedetik kemudian dia mencengkram dadanya yang tiba tiba sesak itu.
"Rose!" Panik Lisa.
"A-appo" adu Rose yang sekarang sudah kesulitan untuk bernafas.
Lisa semakin panik. Apa yang harus dia lakukan? Tidak mungkin dia berteriak meminta tolong soalnya hanya Rose yang bisa melihat dan mendengarnya.
Ceklekk
Pintu kamar Rose yang dibuka secara tiba tiba itu membuatkan Lisa bernafas lega.
"Sayang!" Junmyeon berlari menghampiri Rose dengan khawatir. Sudah dia duga, anaknya itu pasti menangis makanya dia datang untuk melihat kondisi anaknya.
"P-Papa" lirih Rose
Melihat Rose yang sudah kesulitan untuk bernafas itu, Junmyeon langsung menggendong sang anak dan membawanya kemobil "J-jangan tinggalin aku Lisa-ya" ujar Rose sebelum kesedarannya menghilang.
Junmyeon mendengarkan kata kata anaknya itu namun dia hanya beranggapan kalau Rose memang hanya merindui sosok Lisa.
Lisa yang mendengarkan omongan Rose itu pula hanya mengangguk dan bergegas memasuki mobil walaupun Junmyeon tidak dapat melihatnya.
*
"Kak, apa kita sudah keterlaluan?" Tanya Jennie ketika dia dan Jisoo bersantai di ruang tamu apartment.
"Keterlaluan sama?" Tanya Jisoo.
"Papa" sahut Jennie "Aku merasa tidak enak karena langsung pulang tanpa pamit sama Papa"
Jisoo menghela nafasnya "Lupakan saja. Lagian besok juga Kakak akan ketemu Papa di perusahan. Apa kamu mau ikut Kakak?"
"Boleh juga si. Besok aku tidak ada kelas" sahut Jennie.
"Jen" panggil Jisoo.
"Hurm?" Sahut Jennie.
Jisoo tersenyum manis "Bikin kopi dong"pintanya manja.
Jennie terkekeh geli "Arreosso" dia bangkit dan berjalan kedapur.
Tidak butuh waktu yang lama, dia kembali dengan membawa dua gelas kopi. Tidak lupa juga dengan beberapa cemilan yang bisa menemani mereka.
Dan berakhirlah dengan mereka menonton film bersama tanpa mengetahui kondisi adek mereka yang berada di rumah sakit.
*
*Junmyeon menghela nafasnya berkali kali. Dia ketakutan saat ini. Dia tahu kondisi anaknya itu lemah makanya dia takut sesuatu yang buruk terjadi kepada sang anak.
Sudah dari kecil Rose memang sering bolak balik kerumah sakit. Dia dilahirkan dengan kondisi fisik yang lemah.
Sewaktu Joohyun lagi hamil, kondisinya memang lemah. Gara gara itu juga dia tidak dapat diselamatkan dan salah satu anaknya itu juga menyusulnya.
Walaupun Rose dapat dilahirkan dengan selamat, dia divonis mempunyai lemah jantung. Gara gara itu jugalah Junmyeon benar benar menjaga anaknya itu. Junmyeon tidak ingin Rose menangis karena menangis bagi sosok yang berpenyakitan seperti Rose adalah sesuatu yang berbahaya.
Jennie sama Jisoo bahkan tidak tahu sakit yang dialami oleh adek mereka itu. Disaat mereka masih kecil, mereka sering menemani sang adek kerumah sakit namun mereka hanya menganggap sakit yang dialami oleh sang adek adalah sakit biasa.
Dan sekarang sepertinya mereka sudah melupakannya. Buktinya saja mereka sudah tidak peduli bahkan mereka sendiri yang menambahkan penderitaan yang dialami oleh sang adek.
"Baek, gimana?" Tanya Junmyeon ketika seorang Dokter keluar dari ruangan UGD.
"Kita ngomong diruangan gue saja"
Junmyeon terus menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang serius "Gimana kondisi anak gue Baek?"
Dokter Baek yang bisa dipanggil Dokter Baekyun itu menggeleng lemah "Kondisinya semakin memburuk. Elo harus memantau dia agar dia tidak menangis. Menangis bisa bikin kondisi dia drop karena dia akan kesulitan untuk bernafas"
Junmyeon menghela nafasnya dengan kasar "Apa tidak ada cara untuk anak gue sembuh?"
"Lo pernah bilang kalau waktu kecil Rose pernah menjalani operasi bukan?"
Junmyeon mengangguk "Iya. Kenapa?"
"Sekarang hanya ada satu cara untuk dia sembuh"
"Apa caranya?"
"Pendonor jantung"
Junmyeon mengusap wajahnya dengan kasar. Apa lagi yang harus dia lakukan? Dia ingin sekali mendonorkan jantungnya itu kepada Rose namun dia masih memikirkan masa depan Rose.
Kalau dia mendonorkan jantungnya kepada Rose, siapa yang akan menjaga anaknya itu nanti? Dia yakin kalau Jennie sama Jisoo akan lebih membenci Rose atas keputusan yang dia lakukan ini.
Sekarang dia hanya mampu untuk terus berada disamping sang anak dan membahagiakan anaknya itu "Joohyun sayang, maafin aku" batinnya sendu.
Tekan
👇

KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness ✅
Fanfiction-Apa benar kebahagiaan itu wujud?- "Kelahiran elo adalah beban dihidup gue!" "Dan kematian elo adalah hal yang terindah dihidup gue" "Aku akan terus bersama kamu" Chaennie📌 Chaesoo📌 Chaelisa📌 Fanfiction📌