-Dinner-

1.2K 202 16
                                    

Kelas sudah berakhir dan dengan buru buru Rose berlari menuju ke parkiran. Dia ingin bertemu Kakaknya itu duluan sebelum dia pulang.

"Kak Jen!!" Teriaknya menghentikan Jennie yang baru saja ingin memasuki mobil.

"Lo mau apa lagi hah?!" Marah Jennie.

"Apa benar Kak Jen sama Kak Jisoo akan ikut makan malam di mansion?" Tanya Rose.

"Kalau iya kenapa!?" Sahut Jennie.

Rose tersenyum "Aku akan memasakkan banyak makanan untuk kalian"

"Tidak perlu! Lo pikir gue mau makan makanan yang dimasak sama elo? Ck, apa jangan jangan makanan itu akan dikasi racun?" Sinis Jennie.

"Aku tidak mungkin meracuni kalian" sahut Rose.

"Bacot!" Ujar Jennie bergegas memasuki mobilnya dan berlalu pergi meninggalkan Rose yang menatap kepergian dengan sendu.

"Sudah lah, jangan sedih. Aku yakin Kak Jen sama Kak Jis pasti akan menyayangi kamu suatu hari nanti" tiba tiba saja sosok gadis berponi muncul dan merangkul Rose.

"Lisa-ya! Kamu kemana saja huh? Sudah dari tadi aku menunggu kamu!" Kesal Rose.

Sosok yang dipanggil Lisa itu terkekeh "Tadi kamu sibuk belajar si jadi aku tidak ingin mengganggu kamu" ujarnya.

Rose merangkul Lisa "Nanti malam Kak Jen sama Kak Jis akan makan malam dimansion. Kamu temani aku berbelanja ya"

"Ayo!" Sahut Lisa dan mereka berdua akhirnya berganjak memasuki mobil Rose.

Tanpa mereka sedari, ada sosok Yerim yang menatap mereka dari jauh. Ah, lebih tepatnya Yerim menatap kearah Rose "Aku kasian sama kamu Rose" gumamnya.

Kenapa Yerim tidak menatap kearah Lisa? Itu karena Yerim tidak bisa melihat Lisa. Bisa dikatakan kalau sosok Lisa itu tidak wujud.

Lisa, dia adalah kembaran Rose namun dia ikut meninggal disaat dilahirkan. Sewaktu Joohyun melahirkan kedua anak kembarnya itu, hanya 1 nyawa yang bisa diselamatkan dan hanya Rose yang terselamat. Kembaran Rose itu juga tidak dapat diselamatkan.

Disaat umur Rose semakin berganjak dewasa, dia mengalami tekanan emosi gara gara Jennie dan Jisoo yang terus menyalahkannya atas kematian sang Mama dan juga kembarannya itu. Sejak itu jugalah sosok Lisa mula muncul dan ianya hanyalah halusinasi Rose.

Rose tahu kalau Lisa tidak wujud namun dia tidak peduli. Dia hanya merasa senang dengan keberadaan Lisa yang terus menjadi sosok sandarannya. Lisa memang selalu muncul disaat Rose merasa sedih.






















Sudah 2 jam Rose berkutat didapur untuk menyiapkan makan malam. Dia memasak pelbagai jenis makanan yang digemari oleh kedua Kakaknya itu.

"Wahh, kamu masak banyak banget ya" ujar Junmyeon menghampiri sang anak.

"Ini semua kesukaan Kak Jis sama Kak Jen" ujar Rose yang terlihat senang itu.

"Mereka pasti suka" ujar Junmyeon "Mendingan sekarang kamu mandi terus bersiap siap. Mereka sudah on the way kesini"

"Baiklah. Aku keatas dulu ya" Rose langsung berlari kekamarnya. Dia sudah tidak sabar untuk menikmati makan malam bersama kedua Kakak kesayangannya itu.















Mati matian Rose menahan tangisannya ketika Jennie sama Jisoo sama sekali tidak memakan makanan yang dimasak olehnya.

Kedua Kakaknya itu malah sudah membawa makanan yang mereka beli.

"Untuk apa kalian membeli makanan? Sudah Papa bilang kalau Rose sudah memasak untuk kalian" ujar Junmyeon.

"Papa pikir aku sama Kak Jisoo mau makan masakan dia huh?" Sahut Jennie melirik Rose dengan sinis.

"Jennie..jaga omongan kamu" tegur Junmyeon.

"Aku sama Jennie kesini untuk makan malam bareng Papa. Tolong jangan menghancurkan mood kami" ujar Jisoo yang sedari tadi diam itu.

"Ji-"

"Sudahlah Pa. Tidak apa apa kok. Mungkin Kak Jisoo sama Kak Jennie memang lagi tidak mood" ujar Rose menenangkan sang Papa.

"Sok baik" cibir Jennie.

Mereka mula menikmati makan malam mereka dengan tenang. Rose sesekali melirik kedua Kakaknya itu. Sudah lama dia merindui moment bersama kedua saudaranya itu.

"Apa kalian tidak ada niatan untuk kembali kesini?" Tanya Junmyeon memecahkan keheningan.

"Tidak" sahut Jisoo singkat. Raut wajahnya masih kelihatan datar.

"Ji, ini juga rumah kalian. Apa kalian tidak kangen sama rumah ini? Bukan kah rumah ini ada banyak memori kalian sama Mama?" Tanya Junmyeon.

"Percuma kita kembali kesini kalau Mama sudah tidak ada" sahut Jisoo

"Dan aku sama Kak Jisoo pasti bisa bahagia sama Mama Papa kalau saja anak sialan itu tidak lahir" lanjut Jennie membuatkan Rose terbeku.

"Jung Jennie!" Tegur Junmyeon.

"Papa kenapa si selalu saja belain dia!? Apa Papa tidak mencintai Mama? Gara gara anak kesayangan Papa itu, Mama meninggal!" Sentak Jennie.

"Jen, jangan kurang ajar sama Papa" tegur Jisoo mengelus punggung tangan sang adek. Dia beralih menatap Rose "Gara gara elo, gue sama Jennie bukan hanya kehilangan Mama, tapi kita juga kehilangan kasih sayang dari Papa. Ck" dia bangkit dan berganjak membawa Jennie pergi dari sana.

Rose bergegas bangkit dan berlari kekamarnya. Dia sudah tidak mampu menahan air matanya lagi.








  Tekan
   👇

Happiness ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang