-Dream-

1.1K 225 19
                                        

Kelas pertama Jennie sudah berakhir dan sekarang sosok ini lagi bersantai ditaman belakang kampus. Seharusnya dia bisa langsung pulang namun dia tidak ingin kesepian di apartment makanya dia memilih untuk bersantai disana duluan sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan.

"Jennie!!" Seperti biasa, sahabat Jennie yang memang rusuh itu menghampiri dirinya.

"Rusuh banget si lo" omel Jennie

"Ya maap" Joy, sahabat Jennie itu terkekeh kecil "Ini buat lo"

Dahi Jennie mengernyit "Tumben lo beliin sesuatu buat gue? Biasanya lo yang minta gue traktir"

"Ini bukan dari gue ya. Tapi dari seseorang. Gue hanya diminta untuk memberikannya kepada lo" sahut Joy.

"Dari siapa?"

"Coba saja lo buka"

Dengan wajah yang masih penasaran, Jennie membuka paperbag itu. Dapat dia lihat ada sandwich bersama susu strawberry. Terdapat juga satu note disana.

-Aku khawatir kalau Kak Jen belum sarapan makanya aku beliin sandwich sama susu strawberry buat Kak Jen. Dimakan ya Kak. Kalau Kakak tidak sudi untuk memakan makanan dari aku, Kak Jen bisa memberikannya untuk teman Kakak. Jangan dibuang ya Kak, mubazir. Tapi Kak Jen jangan lupa untuk makan siang. Aku tidak mau Kak Jen kembali jatuh sakit-

-Rosie posie-

"Rosie posie" gumam Jennie pelan. Sudah lama dia tidak memanggil adeknya seperti itu. Hah~ Jujur saja dia kangen waktu waktu yang dulu.

"Jangan jadi egois Jen. Lo sayang sama adek lo" suara Joy membuyarkan lamunan Jennie.

"Apaan si. Untuk apa juga gue sayang sama pembunuh Mama huh?" Sahut Jennie.

Joy tersenyum miris "Terus saja menyangkal semuanya dan gue yakin suatu hari nanti lo bakalan menyesal"

"Lo tidak tahu apa apa jadi mendingan lo tidak perlu ikut campur"

"Gue sadar kalau gue memang tidak ada hak untuk ikut campur urusan elo tapi gue sayang sama elo Jen. Gue sudah menganggap elo seperti saudara gue sendiri jadi gue tidak ingin lo menyesal suatu hari nanti. Hargai dia sebelum dia pergi" Joy menepuk pundak Jennie dan bangkit dari bangkunya "Gue duluan ya. Adek gue sudah menunggu"

Tanpa mendengar sahutan dari Jennie, dia berganjak pergi dari sana. Semoga saja kata katanya itu bisa bikin sahabatnya itu sadar.

"Apa yang harus aku lakukan?" Gumam Jennie memijit pelipisnya dengan bingung.
















"Yer, ayo pulang" Joy menghampiri Yeri dan merangkul adeknya itu.

"Kak Joy dari mana?" Tanya Yeri

"Ketemu sama Jennie" sahut Joy.

"Apa Kak Jen makan makanan dari aku itu?" Tanya Rose yang memang berada disana.

"Dia pasti makan" sahut Joy walaupun dia ragu sama kata katanya.

"Terima kasih ya Kak" ujar Rose

"Santai saja. Kakak akan berusaha menyadarkan Jennie" sahut Joy.

Rose tersenyum tipis "Tidak perlu Kak. Biarkan saja dia membenci aku. Waktu aku juga sudah tidak lama. Aku hanya ingin memberikan perhatian aku untuk dia sama Kak Jis sebelum aku pergi"

"Maksud kamu?" Bingung Joy.

Rose hanya menggeleng dengan senyuman "Aku pulang duluan ya" pamitnya berganjak pergi dari sana.

Joy beralih menatap Yeri "Apa ada sesuatu yang kalian sembunyikan?"

"Rose sakit"

"Sakit?"

"Sini" Joy dengan segera menyamakan tingginya dengan sang adek yang ingin berbisik itu "Lemah jantung"

Mata Joy melotot ketika mendengarkan bisikan sang adek. Sekarang dia bertekad untuk membuat Jennie menghilangkan gengsinya sebelum semuanya terlambat.






















*

"Akhirnya semuanya berjalan dengan lancar" ujar Jisoo setelah melihat keuangan perusahan kembali stabil.

"Semuanya berkat kamu Ji. Kamu memang yang terbaik" ujar Junmyeon menepuk pundak Jisoo "Nanti setelah kamu siap, Papa akan menyerahkan perusahan yang ini untuk kamu dan perusahan yang berada di Seoul itu untuk Jennie" lanjutnya.

"Untuk Rose?" Ceplos Jisoo.

Junmyeon tersenyum. Ternyata anak pertamanya itu masih perhatian sama si bungsu "Dia masih kuliah. Biarin saja dia memilih apa yang dia ingin lakukan" ujarnya "Lagian Papa juga tidak ingin kondisinya kembali drop kalau dia sibuk menguruskan perusahan" batinnya.

"Kapan kita kembali ke Korea? Aku sudah kangen sama Jennie" ujar Jisoo mengalihkan perbicaraan.

"Tidak kangen sama Rose?" Goda Junmyeon.

"Tidak!" Sangkal Jisoo.

Junmyeon menepuk pundak Jisoo "Rose kangen sama kamu loh. Tadi saja dia mengirim pesan sama Papa untuk menanyakan soal kondisi kamu"

"Terserah" sahut Jisoo singkat.

"Kita makan siang duluan sebelum berangkat pulang" ujar Junmyeon berganjak keluar dari perusahan.

Jisoo menghembuskan nafasnya dengan kasar sebelum berganjak menyusul sang Papa. Bohong kalau dia bilang dia tidak kangen sama Rose. Setiap malam, dia sering mendapatkan mimpi dimana dimimpi itu adeknya itu kelihatan begitu cantik dengan balutan dress putih.

"Kak Jisoo, aku pamit duluan ya"

Astaga, mimpi apaan itu? Kenapa mimpi itu seakan memberi arti?













Tekan
👇

Happiness ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang