Usapan lembut dikepalanya itu membuatkan Jennie dijemput kealam mimpi dengan tangannya yang tanpa sadar menggenggam tangan sang adek.
Rose tersenyum tipis ketika menyadarinya. Dia terus mengelus kepala Jennie untuk memberikan kenyamanan kepada sang Kakak "Semoga nanti aku bisa menghembuskan nafas terakhir aku dipangkuan Kakak" gumamnya dengan pelan.
Sedetik kemudian, dahinya mengernyit ketika menyadari suhu badan sang Kakak. Ah, sepertinya Kakaknya demam gara gara kehujanan tadi.
Dengan tidak relanya Rose melepaskan genggaman tangan Jennie dan berganjak kedapur. Dia akan menyiapkan air kompresan untuk sang Kakak. Tidak lupa juga dia menghubungi Dokter peribadi keluarga mereka.
"Apa yang terjadi?" Tanya Seulgi memasuki apartment.
Buat pengetahuan semua, Seulgi adalah sepupu mereka. Papa Seulgi adalah abang kepada Junmyeon. Seulgi adalah seorang Dokter dan gara gara itu juga dia tidak punya banyak waktu untuk menemani Rose walaupun dia tahu kalau sepupunya itu kesepian.
"Kak Jen demam" ujar Rose berjalan kekamar Jennie diikuti oleh Seulgi disampingnya.
Seulgi langsung memeriksa kondisi Jennie yang masih betah memejamkan matanya itu "Sudah lama dia tidur?" Tanya Seulgi.
Rose melirik jam "Sekitar 1 jam si"
"Dia hanya demam biasa saja kok. Dan Kakak dapat tahu kalau Jisoo ikut sama Om Jun ke Australia jadi sekarang Jennie sendirian dia apartment ini. Jadi, kenapa kamu bisa bersama Jennie?" Tanya Seulgi penasaran.
"Kita ngomong diluar saja ya Kak" ujar Rose yang tidak ingin Jennie terbangun dari tidurnya.
"Ah, ayo"
Mereka berganjak keluar. Rose mula menceritakan semuanya dari awal membuatkan Seulgi tersenyum "Jennie memang bakalan manja kalau lagi sakit. Selama ini dia manja sama Jisoo si tapi sekarang Jisoo tidak ada jadi sepertinya dia butuh kamu"
Rose tersenyum "Aku akan menjaga Kak Jennie"
"Baguslah" sahut Seulgi "Ngomong ngomong, gimana sama kondisi kamu?"
Raut wajah Rose berubah menjadi sendu namun tidak butuh waktu yang lama dia kembali memasang senyuman palsunya "Aku baik baik saja" sahutnya berbohong.
Seulgi tersenyum tipis "Kakak sudah ngomong sama Dokter Baek soal kondisi kamu. Sepertinya kita harus kembali melakukan operasi untuk jantung kamu itu"
"Percuma Kak. Selama ini juga aku selalu melakukan operasi dan hasilnya tetap sama! Aku tidak akan sembuh! Aku capek Kak. Tolong mengerti kondisi aku" lirih Rose diakhir kata.
Seulgi berusaha menahan air matanya "Ya sudah lah, Kakak mengerti. Maaf"
"Tidak Kak. Kak Seul tidak perlu meminta maaf. Aku tahu kalau Kakak hanya ingin yang terbaik untuk aku dan aku menghargainya. Hanya saja aku sudah capek sama semuanya dan sekarang aku hanya ingin menghabiskan sisa waktu aku dengan kebahagiaan"
Seulgi mengelus kepala Rose "Teruslah bertahan. Kakak yakin kamu bisa"
Rose mengangguk dan akhirnya Seulgi berpamitan untuk pulang.
Setelah kepergian Kakak sepupunya itu, Rose berjalan kedapur. Dia akan menyiapkan makanan yang akan dimakan oleh Jennie. Semoga saja Kakaknya itu ingin memakannya.
Jennie mengernyit ketika merasakan pusing dikepalanya. Dia bangkit dari rebahan dan menyandarkan punggungnya di headboard kasur.
"Oh, Kakak sudah bangun"
Dia menatap sosok Rose yang berjalan memasuki kamarnya dengan membawa nampan yang terdapat sepiring nasi goreng kimchi dan segelas air minum.
"Lo masih disini!? Kenapa tidak pulang!?" Dinginnya. Sepertinya dia lupa kalau dia yang meminta Rose untuk tidak meninggalkannya.
"Kakak demam jadi aku akan menjaga Kakak" sahut Rose.
"Gue tidak butuh bantuan elo. Gue bisa menjaga diri gue sendiri!"
Rose tidak peduli. Dia berganjak duduk disamping Jennie "Tadi Kak Seulgi sudah kesini. Kakak hanya perlu minum obat dan lanjut istirahat. Tapi sebelum itu Kakak harus makan duluan"
"Gue tidak mau!" Tolak Jennie.
"Aku suapin"
"Tidak!"
"Makan Kak!"
"Lo itu keras kepala ya! Gue bilang gue tidak mau! Apa lo budeg!?!"
"Aku tahu Kakak benci sama aku tapi Kakak harus tetap memakan ini karena Kakak harus meminum obat! Aku tidak akan pergi kalau Kakak tidak ingin memakannya!" Tegas Rose. Dia tidak peduli kalau Jennie ingin menamparnya. Yang penting Kakaknya itu harus makan dan meminum obat.
"Dasar pemaksa!" Gara gara sudah tidak punya tenaga untuk berdebat, Jennie akhirnya membuka mulutnya dan menerima suapan dari sang adek.
"Enak" batin Jennie namun dia berusaha menampilkan wajah datarnya.
"Apa enak?" Tanya Rose
"Rasanya seperti sampah" bohong Jennie.
"Loh, Kakak pernah makan sampah?" Tanya Rose sok polos.
Jennie sontak menatapnya dengan tajam "Maksud lo!?"
Rose terkekeh kecil "Hehe bercanda saja Kak. Jangan marah ya"
Jennie memutar bola matanya dengan malas dan suasana menjadi hening karena tidak ada yang bersuara.
"Yeayy Kakak habisin makanan yang aku masak!" Seru Rose senang.
Jennie kaget. Dia bahkan tidak sadar kalau dia menghabiskannya. Sial! Dia malu dan juga gengsi saat ini "Gue makan gara gara terpaksa" ujarnya datar.
"Tidak apa apa, yang penting Kakak makan" sahut Rose "Sekarang Kakak makan obat ini ya"
Jennie mengambil obat dan segelas air. Dia meminumnya langsung didepan Rose membuatkan sang adek tersenyum "Gue sudah minum obat. Jadi lo bisa pulang" usirnya.
Rose tersenyum dan berganjak pergi dari sana dengan membawa piring dan gelas kotor yang akan dicuci olehnya.
Cerita baby Rosie sudah dipublish ya... Kalian bisa mampir..judulnya "Forgive Me"
Tekan
👇

KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness ✅
Fanfiction-Apa benar kebahagiaan itu wujud?- "Kelahiran elo adalah beban dihidup gue!" "Dan kematian elo adalah hal yang terindah dihidup gue" "Aku akan terus bersama kamu" Chaennie📌 Chaesoo📌 Chaelisa📌 Fanfiction📌