Junmyeon bersama Jisoo sudah kembali ke Korea dan mereka kembali sibuk sama urusan mereka.
Seperti sekarang, Jisoo lagi menyiapkan makan malam untuk sang adek yang masih belum pulang itu. Dia sudah berusaha menghubungi Jennie namun adeknya itu tidak mengangkat panggilan darinya.
Ceklekk
Bunyi pintu apartment yang dibuka membuatkan Jisoo bergegas menghampirinya "Astaga Jen, kamu dari mana saja?"
"Kak Jisoo!? Kapan Kak Jisoo pulang!?" Kaget Jennie.
"Kakak baru tiba kok" sahut Jisoo "Jawab pertanyaan Kakak, kamu dari mana hah?"
"Tadi pas kelas berakhir, aku ke pantai si dan aku tidak sadar kalau sudah hampir malam" sahut Jennie.
"Pantai?" Ulang Jisoo "Ada masalah hurm?"
Jennie tersenyum tipis "Kemarin aku demam Kak" ujarnya "Tapi Kakak jangan khawatir. Sekarang aku baik baik saja" lanjutnya ketika melihat sang Kakak mula khawatir.
"Kenapa tidak kabarin Kakak?"
"Aku tidak ingin mengganggu Kakak"
"Terus apa Seulgi yang menjaga kamu?"
"Kak Seulgi memang kesini untuk memeriksa kondisi aku tapi bukan dia yang menjaga aku"
"Terus, siapa?"
Jennie menggigit bibir bawahnya "R-Rosie"
Jisoo terdiam. Dia menatap Jennie dengan tatapan yang sulit diartikan. Jennie pula memilih untuk menjelaskan semuanya.
"Aku bisa melihat kalau dia tulus menjaga aku" ujar Jennie.
Jisoo menghela nafasnya dengan kasar "Kamu mandi terus nanti kita makan malam bareng" tanpa mendengar sahutan dari sang adek, Jisoo kembali kedapur.
"Sampai kapan si Kak Ji ingin sok tidak peduli soal Rosie?" Gumam Jennie pelan.
"Masakan kamu memang enak" ujar Junmyeon setelah selesai menikmati makan malam bersama Rose.
"Pa. Bisa aku tanya sesuatu sama Papa?" Tanya Rose ragu.
"Tanya saja sayang" sahut Junmyeon.
Rose membasahi bibir bawahnya sebelum berbicara "Apa Papa tidak benci aku?"
Dahi Junmyeon mengernyit "Kenapa Papa harus benci kamu?"
"Karena aku adalah pembunuh Mama sama Lisa. Mereka meninggal gara gara aku"
Deg
Junmyeon terdiam. Dia mengalihkan pandangannya karena saat ini dia tidak sanggup untuk menatap wajah anaknya itu. Bohong kalau dia bilang dia tidak pernah membenci Rose. Dulu, waktu Rose dilahirkan, dia sempat membenci anaknya itu karena dia menganggap sang anak yang menyebabkan istrinya meninggal namun setelah dia mengingat pesan dari istrinya, dia berusaha membuang perasaan benci itu dan sekarang dia benar benar menyayangi peninggalan terakhir dari istrinya itu.
"Kalau sesuatu terjadi sama aku, tolong jaga anak anak kita ini ya. Mereka kebahagiaan aku dan jangan pernah menyakiti mereka"
Junmyeon memejamkan matanya ketika mengingati pesan istrinya "Kenapa kamu bertanya seperti ini? Apa kamu ragu sama kasih sayang Papa?" Tanya Junmyeon.
Rose sontak menggeleng "Tidak Pa! Aku tidak pernah ragu sama kasih sayang Papa. Aku tahu Papa tulus menyayangi aku. Hanya saja aku penasaran. Kak Ji sama Kak Jen saja benci sama aku dan apa yang mereka lakukan itu benar kok. Aku tidak pantas untuk disayangi"
Junmyeon bangkit dan memeluk anaknya itu "Kamu pantas untuk disayangi. Kamu masih punya Papa yang akan sentiasa menyayangi kamu. Jangan pernah merasa sendiri"
"Terima kasih Pa" ujar Rose yang terharu itu.
*
"Kamu lagi apa?" Tanya Lisa tiba tiba muncul dan duduk disamping Rose yang berada di balkon kamar itu.
"Aku lagi menulis surat perpisahan untuk Kak Ji sama Kak Jen" sahut Rose.
"Perpisahan? Maksud kamu apa?"
Rose tersenyum dan menatap wajah cantik kembarannya itu "Aku yakin suatu hari nanti aku akan menyusul kamu sama Mama. Kak Ji sama Kak Jen tidak ingin berbicara sama aku dan aku pikir hanya dengan menulis surat ini aku bisa mengucapkan salam perpisahan"
Lisa memeluk Rose dari samping "Aku akan selalu bersama kamu"
"Terima kasih, Lisa-ya"
*
Keringat terus membasahi dahi Jisoo yang lagi tidur ini. Dia kelihatan gelisah didalam tidurnya. Dahinya mengernyit namun matanya masih belum dibuka.
"Kak Ji, aku pamit ya!"
"Jangan pergi! Hiks jangan pergi Rose!!" Racau Jisoo bahkan sekarang air matanya sudah mengalir keluar "Hiks jangan pergi!!" Teriaknya terbaik dengan nafas yang memburu.
Sial! Dia kembali mendapatkan mimpi yang sama. Kenapa disaat dia mendapatkan mimpi itu, dadanya merasa sesak? Dia merasa takut. Takut untuk kehilangan. Tapi, apa benar dia akan kehilangan?
"Ma, apa yang harus aku lakukan?" Lirihnya mengusap wajahnya dengan kasar.
Diliriknya jam dinakas yang sudah menunjukkan pukul 4 pagi itu. Dia akhirnya memutuskan bangkit dari kasur dan mandi untuk menenangkan pikirannya yang kacau itu.
Disisi lain, terlihatlah Rose yang ikut terbangun dengan nafas yang memburu. Dengan tangan yang terketar ketar, dia menyambar obatnya yang berada diatas nakas dan bergegas meminumnya.
Astaga, dadanya benar benar merasa sakit dan dia merasa tersiksa "Ma, aku tidak kuat" lirihnya.
Tekan
👇
![](https://img.wattpad.com/cover/327698944-288-k415767.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness ✅
Fanfic-Apa benar kebahagiaan itu wujud?- "Kelahiran elo adalah beban dihidup gue!" "Dan kematian elo adalah hal yang terindah dihidup gue" "Aku akan terus bersama kamu" Chaennie📌 Chaesoo📌 Chaelisa📌 Fanfiction📌